Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Houthi Yaman Pakai Senjata yang Tidak Bisa Dideteksi untuk Serang Kapal, AS dan Inggris Ketar Ketir?

Sebuah rudal yang ditembakkan oleh Houthi menghantam M/V True Confidence, kapal curah berbendera Barbados milik Liberia, di Teluk Aden

Penulis: Eko Sutriyanto
zoom-in Houthi Yaman Pakai Senjata yang Tidak Bisa Dideteksi untuk Serang Kapal, AS dan Inggris Ketar Ketir?
tangkap layar twitter
TENGGELAM - Kondisi Kapal Kargo Rubymar asal Inggris yang sudah tenggelam separo badan karena terkena rudal balistik Houthi di Teluk Aden. 

TRIBUNNEWS.COM, YAMAN - Pemimpin milisi Houthi Yaman, Kamis mengatakan, pasukannya telah meluncurkan 403 pesawat tanpa awak dan rudal terhadap 61 kapal di Laut Merah, Selat Bab Al-Mandab, dan Teluk Aden sejak awal serangan mereka.

Mereka juga mengatakan, serangan pembalasan yang dilakukan oleh pasukan militer Amerika Serikat dan Inggris telah memperkuat kelompoknya.

Dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi, Abdul Malik Al-Houthi mengatakan bahwa 19 rudal dan pesawat tak berawak telah diarahkan ke tujuh kapal, Rabu lalu.

Mereka juga mengklaim persenjataan yang digunakan itu tidak terdeteksi oleh angkatan laut AS dan Inggris.

"Dalam serangan kemarin, ada ketakjuban pada ketepatan serangan dan kekuatan kerusakan," katanya, mengacu pada serangan pada hari Rabu dilansir dari Arabnews.com.

Baca juga: Serangan Houthi Tewaskan 2 Awak Kapal Curah Berkebangsaan Filipina di

Sebuah rudal yang ditembakkan oleh Houthi menghantam M/V True Confidence, kapal curah berbendera Barbados milik Liberia, di Teluk Aden.

Berita Rekomendasi

Tiga pelaut tewas dan empat lainnya terluka, tiga di antaranya masih dalam kondisi kritis, menurut pernyataan Komando Pusat AS pada hari Kamis. Kerusakan yang signifikan juga terjadi pada kapal tersebut.

Hal ini terjadi ketika media Houthi melaporkan bahwa AS dan Inggris melakukan dua serangan udara di Ras Isa di provinsi Hodeidah barat pada hari Kamis, kurang dari satu hari setelah serangan udara AS dan Inggris lainnya menghantam bandara kota tersebut.

Militer AS dikatakan telah melakukan serangan preemptive terhadap rudal balistik, pesawat tanpa awak, dan kapal-kapal yang dioperasikan dari jarak jauh dan sarat dengan bahan peledak yang rencananya akan ditembakkan oleh Houthi ke kapal-kapal internasional dan kapal-kapal komersil di Laut Merah dari daerah-daerah yang berada di bawah kendali mereka di Yaman.

Houthi mengatakan bahwa mereka telah menyerang M/V True Confidence dan kapal-kapal lain setelah peringatan untuk tidak memasuki Laut Merah tidak digubris.

Kelompok ini juga menuduh AS menekan kapal-kapal untuk menantang blokadenya terhadap kapal-kapal yang menuju Israel.

Dalam sebuah posting di X, Mohammed Abdulsalam, kepala negosiator Houthi, mengatakan, militer Yaman tidak menyerang kapal manapun sampai kapal tersebut diperintahkan untuk tidak menyeberang, dan beberapa kapal mematuhi dan pergi, sementara kapal lain yang menolak diserang.

"Kami menganggap Amerika bertanggung jawab atas dampak dari setiap peristiwa di Laut Merah," katanya.

Kepala Komite Revolusi Tertinggi Houthi, Mohammed Ali Al-Houthi, mengatakan bahwa kelompok tersebut tidak berniat membunuh para pelaut sipil di M/V True Confidence.

Dia menambahkan bahwa jika AS ikut menanggung biaya, Houthi akan memberikan kompensasi kepada keluarga mereka yang terbunuh dan terluka.

"Kami merasa bahwa Amerika harus memberikan kompensasi kepada para korban atas tindakan yang disengaja. Kami juga bersedia memberikan kompensasi kepada mereka atas tindakan yang tidak disengaja," tulis Mohammed Al-Houthi di X.

Sejak November, Houthi telah menyita satu kapal komersial dan meluncurkan ratusan pesawat tanpa awak, rudal balistik, dan kapal tanpa awak terhadap kapal-kapal komersial dan angkatan laut di Laut Merah, Bab Al-Mandab, dan Teluk Aden.

Houthi mengatakan bahwa tindakan mereka adalah untuk mendukung rakyat Palestina dan untuk mendorong Israel agar mengizinkan masuknya makanan, air, dan obat-obatan ke Jalur Gaza yang terkepung.

Otoritas Antar Pemerintah untuk Pembangunan, sebuah kelompok yang terdiri dari delapan negara Afrika Timur yang berbasis di Djibouti, pada hari Kamis menyatakan keprihatinannya mengenai bencana lingkungan yang akan datang pada kapal M/V Rubymar, yang tenggelam setelah dihantam rudal Houthi pada bulan Februari.

Kelompok ini mengatakan bahwa jika muatan 21.000 ton pupuk amonium fosfat dan 200 ton minyak bocor ke laut, maka akan membutuhkan waktu lebih dari 30 tahun untuk membersihkannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas