8 Keluarga Palestina Dibantai Israel dalam Sehari, Korban Tewas di Gaza Naik Jadi 30.800 Jiwa
Sebanyak 72 persen korban jiwa di Gaza karena agresi Israel adalah anak-anak dan perempuan
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
8 Keluarga Dibantai Israel dalam Sehari, Korban Tewas di Gaza Naik Jadi 30.800 Jiwa
TRIBUNNEWS.COM - Jumlah warga Palestina yang tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi lebih dari 30.800 jiwa.
Adapun jumlah korban luka-luka mencapai hampir 72.400 orang, menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Jumat (8/3/2024).
Baca juga: AS Mau Kerahkan 1.000 Tentara Bangun Pelabuhan Gaza, Awal Pengusiran Total Rakyat Palestina?
Ashraf Al-QUdra, juru bicara kementerian kesehatan Gaza, melaporkan angka-angka itu dalam pembaruan harian mengenai jumlah korban jiwa dan cedera akibat agresi Israel yang sedang berlangsung, yang kini sudah berlangsung selama 154 hari.
“Jumlah korban agresi Israel telah meningkat menjadi 30.878 orang tewas dan 72.402 orang terluka sejak saat itu. 7 Oktober tahun lalu,” tulis laporan Al-Mamlaka TV mengutip pernyataan tersebut.
8 Keluarga Dibantai dalam 24 Jam Terakhir
Qudra menambahkan, tentara pendudukan Israel melakukan 8 pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza, yang mengakibatkan 78 korban jiwa dan 104 luka-luka dalam 24 jam terakhir.
Sementara itu, “beberapa korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalanan,” dan “pendudukan menghalangi tim ambulans dan pertahanan sipil untuk menjangkau mereka.”
Qudra mencatat, 72 persen korban agresi Israel adalah anak-anak dan perempuan.
Ngotot Serbu Rafah
Di tengah meningkatnya korban jiwa di Gaza karena agresi Israel,
Perdana Menteri Israel, berjanji untuk melanjutkan rencana tentara pendudukan Israel (IDF) menyerang Rafah, wilayah terakhir di Jalur Gaza selatan yang belum diserang dari darat.
Dalam pernyataanya Kamis (7/3/2024), Netanyahu menekankan, jika tidak melakukan hal tersebut berarti kekalahan Israel melawan kelompok Hamas, tulis laporan Anadolu Agency.
Baca juga: Ekonomi Jebol, Kerugian Israel di Perang Gaza 6 Kali Lipat Lebih Besar Dibanding Perang Lebanon 2006
“Siapapun yang menyuruh kami untuk tidak beroperasi di Rafah berarti menyuruh kami kalah perang dan hal itu tidak akan terjadi,” kata Benjamin Netanyahu pada upacara kadet tentara Israel, menurut lembaga penyiaran publik, KAN.
Meskipun berjanji untuk meminimalkan korban sipil di Gaza, ia mengulangi tuduhannya kalau Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia sebagai bagian dari taktiknya dalam menghadapi tentara Israel.
Hamas membantah tudingan tersebut, dan menuduh balik Israel menggunakan warga Palestina sebagai tameng manusia dalam serangannya terhadap wilayah Palestina.
Netanyahu juga mengatakan "Tentara Israel akan terus bertindak melawan Hamas di seluruh penjuru Gaza, termasuk di Rafah, benteng terakhir Hamas”.
Baca juga: Cueki AS dan Internasional, Netanyahu Bersumpah Israel Lanjut Serang Gaza dan Benteng Terakhir Hamas
Abaikan Tekanan Internasional
Dia mengakui kalu pemerintahannya menghadapi tekanan internasional untuk tidak menyerang Rafah, namun menekankan bahwa Israel akan bertahan dengan tekanan ini dan terus berperang di Gaza sampai kemenangan penuh melawan Hamas.
Tel Aviv dilaporkan tetap berencana melakukan serangan darat di Rafah, tempat 1,4 juta orang mengungsi, meskipun ada peringatan dan seruan internasional untuk menghindari serangan semacam itu.
Israel telah melancarkan serangan balasan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 30.800 orang dan melukai hampir 73.000 lainnya di tengah kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.
Israel juga menerapkan blokade yang melumpuhkan wilayah kantong Palestina, menyebabkan penduduknya, khususnya warga Gaza utara, berada di ambang kelaparan akut.
Sekitar 85 persen warga Gaza telah mengungsi akibat serangan Israel di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional yang, dalam keputusan sementara pada bulan Januari, memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
(oln/anadolu/memo/*)