70 Anak Yatim Piatu di Gaza Dipindahkan ke Tepi Barat, Dilaporkan Dalam Kondisi Sehat
Sekitar 70 anak yatim piatu dari dari zona SOS (panti asuhan) di Gaza ke wilayah Tepi Barat.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM – Sekitar 70 anak yatim piatu dari dari zona SOS (panti asuhan) di Gaza dipindahkan ke wilayah Tepi Barat.
Namun media Israel melaporkan bahwa pemerintahan Tel Aviv tengah menghadapi kritik dari kelompok garis keras.
Menyusul Adanya laporan berita Channel 12 yang mengungkapkan sekitar 70 anak yatim piatu itu 'dipindahkan paksa' dari dari zona SOS (panti asuhan) di Gaza ke wilayah Tepi Barat.
Menteri Israel Bezalel Smotrich berdalih pemindahan ini bukan bagian dari penculikan, melainkan operasi pemindahan rahasia sebagai tindakan belas kasihan.
“Anak-anak yatim piatu Palestina dipindahkan dari Desa Anak-Anak SOS di Gaza ke sebuah fasilitas di Beit Lahm atas permintaan kedutaan Jerman,” jelas Smotrich dikutip dari Al Mayadeen.
“Ini adalah evakuasi, setelah fasilitas penampungan itu berhentinya operasional,” imbuh Smotrich.
Secara lebih rinci, The Times of Israel melaporkan bahwa anak-anak yatim piatu Palestina 'dipindahkan' dari Desa Anak-Anak SOS di Gaza ke sebuah fasilitas di Beit Lahm atas permintaan kedutaan Jerman.
Operasi rahasia ini, yang dikoordinasikan oleh Kementerian Keamanan dan Dewan Keamanan Nasional, dilakukan tanpa persetujuan eksplisit dari kabinet keamanan pemerintah, menurut The Times of Israel.
Informasi yang tersedia online pada akhir Januari menunjukkan bahwa SOS mengelola sebuah panti asuhan di Rafah, yang menampung 76 anak dan remaja.
SOS menyebut bahwa anak-anak tersebut dalam kondisi aman, dengan persediaan makanan, air, dan bahan bakar, yang menimbulkan keraguan atas narasi Israel tentang penghentian operasi tempat penampungan, sehingga mengharuskan pemindahan.
Bukan Kali Pertama
Baca juga: Klarifikasi SOS Childrens Village Rafah: 68 Anak di Gaza Dipindahkan Tanpa Paksaan, Kondisinya Baik
Penculikan seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan tentara Israel.
Euro-Med Human Rights Monitor melaporkan bahwa militer Israel telah berulang kali menculik anak-anak Palestina dari Jalur Gaza.
Euro-Med menyatakan penculikan paksa itu disebut sebagai bagian dari tindakan genosida yang sedang berlangsung.
Organisasi kemanusian itu juga menyuarakan keprihatinan yang mendalam.
Mengungkapkan ketakutan bahwa insiden yang melibatkan petugas dan bayi Palestina ini bukanlah kejadian yang terisolasi.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Otoritas Palestina mengutuk penculikan seorang bayi perempuan Palestina oleh seorang petugas Israel di Jalur Gaza.
Selain menculik anak-anak, Pasukan Israel juga melancarkan kampanye penangkapan secara acak dan sewenang-wenang terhadap para pengungsi Palestina.
Termasuk dokter, akademisi, jurnalis, dan pria lanjut usia di sekolah Khalifa Bin Zayed dan New Aleppo, keduanya berafiliasi dengan United Nations Relief dan Badan Pekerjaan untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Korban Tewas di Gaza Capai 31 Ribu
Meski sejumlah negara telah mendesak Israel untuk melakukan gencatan senjata, namun hal tersebut tak kunjung dilakukan pemerintah Israel.
PM Netanyahu justru semakin gencar mengintensifkan serangan, hingga jumlah korban tewas di Gaza mencapai 31.045 orang.
Sementara sebanyak 72.654 orang dilaporkan terluka akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.
Adapun dari 72 persen korban tewas yang dirilis Kementerian Kesehatan Palestina merupakan anak-anak dan perempuan.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)