Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jelang Invasi Israel ke Rafah, Israel Rencanakan Usir Warga Gaza ke Pulau Kemanusiaan di Gaza Tengah

Israel berupaya mendorong warga Palestina menuju area lain menjelang invasi ke Rafah.

Penulis: Muhammad Barir
zoom-in Jelang Invasi Israel ke Rafah, Israel Rencanakan Usir Warga Gaza ke Pulau Kemanusiaan di Gaza Tengah
AFP/SAID KHATIB
Warga Palestina berbagi makanan berbuka puasa, pada hari pertama bulan suci Ramadhan, di sebuah kamp pengungsi di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 11 Maret 2024, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan Israel kelompok militan Hamas. (Photo by SAID KHATIB / AFP) 

Menjelang Invasi Israel ke Rafah, Israel Rencanakan Usir Warga Gaza ke Pulau-pulau

TRIBUNNEWS.COM- Israel berupaya mendorong warga Palestina menuju area lain menjelang invasi ke Rafah.

Tel Aviv merencanakan eksodus paksa warga Palestina lainnya yang akan mengakibatkan 1,4 juta penduduk Gaza terpaksa mengungsi dari Rafah selatan ke apa yang disebut pulau kemanusiaan di Gaza tengah.

Israel berencana untuk secara paksa memindahkan sebagian besar dari 1,4 juta warga Palestina yang tinggal di kota Rafah paling selatan Gaza yang terkepung ke pulau kemanusiaan di tengah wilayah tersebut, sebelum rencana invasi ke wilayah tersebut.

Kepala juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan pada hari Rabu bahwa memindahkan warga Palestina di Rafah ke daerah yang ditentukan adalah bagian penting dari persiapan militer untuk invasi ke Rafah.

Israel mengklaim pasukan Hamas masih memiliki empat batalyon.

“Kita perlu memastikan bahwa 1,4 juta orang atau setidaknya sejumlah besar dari 1,4 juta orang akan pindah,” kata Hagari kepada wartawan dalam sebuah pengarahan.

BERITA REKOMENDASI

Hagari tidak mengatakan kapan eksodus Rafah akan terjadi, atau kapan invasi Rafah akan dimulai, dan mengatakan bahwa Israel ingin waktunya tepat secara operasional dan harus dikoordinasikan dengan negara tetangganya, Mesir.

Mesir mengatakan pihaknya tidak ingin gelombang pengungsi Palestina melintasi perbatasannya.

AS telah bersikap tegas terhadap Israel atas kekhawatirannya terhadap Rafah.

Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan pada hari Rabu bahwa Washington belum menerima rencananya dari Israel untuk mengirim warga sipil ke sana.

“Kita perlu melihat rencana yang akan membuat warga sipil terhindar dari bahaya jika ada operasi militer di Rafah,” katanya kepada wartawan di Washington setelah mengadakan pertemuan tingkat menteri virtual mengenai bantuan Gaza dengan para pejabat dari PBB, Uni Eropa, Inggris, Qatar, UEA, dan Siprus.


“Kami belum melihat rencana seperti itu.”

Nasib warga Palestina di Rafah telah menjadi kekhawatiran utama para sekutu Israel – termasuk Amerika Serikat – dan kelompok-kelompok kemanusiaan, yang khawatir bahwa serangan di wilayah yang padat dengan begitu banyak pengungsi akan menjadi sebuah bencana.

Rafah juga merupakan pintu masuk utama Gaza untuk bantuan yang sangat dibutuhkan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan serangan gencar di Rafah sangat penting untuk mencapai tujuan negaranya menghancurkan Hamas. Namun para kritikus mengatakan tujuan seperti itu pasti akan gagal.

Rafah telah membengkak dalam beberapa bulan terakhir karena warga Palestina di Gaza melarikan diri dari invasi dan pemboman Israel di hampir setiap sudut wilayah tersebut.

Rafah, Kota ini telah tertutup oleh banyak tenda yang berdiri.

Bencana kemanusiaan

Pada awal perang, Israel mengarahkan para pengungsi ke sebidang tanah terkepung yang belum dikembangkan di sepanjang pantai Mediterania Gaza yang ditetapkan sebagai “zona aman”.

Namun kelompok bantuan mengatakan tidak ada rencana nyata untuk menerima pengungsi dalam jumlah besar di sana.

Serangan Israel juga menargetkan daerah tersebut. Sementara itu, pertempuran terus berlanjut di Gaza.

Invasi Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 31.000 orang, menyebabkan sebagian besar wilayah kantong itu hancur dan membuat sekitar 80 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi.

Serangan Israel pada hari Rabu menghantam tempat distribusi makanan di Gaza selatan yang dikelola oleh UNRWA, badan PBB yang menangani pengungsi Palestina, menewaskan satu anggota staf badan tersebut dan melukai 22 lainnya.

Kematian tersebut menambah jumlah pekerja yang tewas dalam lima bulan terakhir pertempuran, menurut UNRWA, menjadi 165 orang.

Pemboman dan pengepungan Israel terhadap Gaza telah memicu bencana kemanusiaan, yang menyebabkan meningkatnya kelaparan di wilayah tersebut.

Krisis ini sangat akut di bagian utara Gaza, yang menjadi target awal Israel pada minggu-minggu awal perang.

Amerika dan negara-negara lain juga telah mengirimkan makanan ke Gaza utara dalam beberapa pekan terakhir untuk membantu meringankan krisis ini.

Kelompok-kelompok bantuan mengatakan pengiriman bantuan melalui udara dan pengiriman melalui laut jauh kurang efisien dibandingkan membawa makanan dengan truk.

(Sumber: TRT World)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas