Kabinet Perang Israel Berembuk, Siapkan Negosiasi dengan Hamas, Menteri Keuangan Ngambek
Kabinet perang Israel akan menggelar rapat untuk membahas negosiasi dengan Hamas.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Kabinet perang Israel akan menggelar rapat untuk membahas negosiasi dengan Hamas perihal perang di Jalur Gaza.
Anggota kabinet itu bakal menyampaikan mandat atau pesan kepada utusan Israel dalam perundingan di Kota Doha, Qatar.
Adapun utusan yang ditunjuk Israel ialah David Barnea yang menjabat sebagai Kepala Mossad atau agen intelijen Israel.
Rapat itu akan diikuti oleh anggota kabnet perang. Kemudian, akan ada rapat lagi bersama dengan seluruh anggota Kabinet Keamanan Negara (SSC).
Dilansir dari I24 News, utusan Israel akan berangkat ke Doha pada hari Senin, (18/3/2024).
Disebutkan bahwa beberapa respons Hamas atas perundingan itu bisa memungkinkan tercapainya kesepakatan.
Sebelumnya, Hamas mengajukan sejumlah syarat dalam perundingan dengan Israel.
Pertama, Hamas meminta Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menarik diri dari Gaza.
Kedua, Hamas meminta agar warga Palestina bisa kembali ke Gaza bagian utara.
Ketiga, Hamas menginginkan gencatan senjata secara permanen.
Akan tetapi, Israel merasa syarat-syarat yang diajukan Hamas itu susah untuk dipenuhi.
Baca juga: Gencar Ada Aksi Boikot Produk Israel Picu Perusahaan Lokal untuk Buka Lapangan Kerja Baru
Menteri Keuangan ingin cegah utusan Israel
Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich tak senang jika utusan Israel pergi ke Doha untuk berunding dengan Hamas.
Smotrich kemudian meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mencegah utusan Israel berangkat ke tempat perundingan.
Dalam pernyataan yang ditulisnya di media sosial X, Smotrich mengatakan upaya untuk mencari resolusi lewat perundingan di Paris dan Qatar telah berakhir dengan kegagalan.
Oleh karena itu, Smotrich yang juga menjabat sebagai pemimpin Partai Zionisme Religius itu menolak perundingan dengan Hamas.
Menurutnya, pihak di kabinet perang Israel yang mendukung kesepakatan dengan Hamas adalah pihak yang telah "tersesat".
"Netanyahu harus memerintahkan utusan itu untuk tetap di Israel," katanya.
Kemudian, dia meminta agar rencana Israel untuk menyerang Kota Rafah di Gaza segera dilakukan.
"IDF harus segera memasuki Rafah dan meningkatkan tekanan militer hingga Hamas ditumbangkan."
Netanyahu sendiri juga bersikeras akan melancarkan serangan Kota Rafah di Jalur Gaza.
Padahal, sudah ada banyak desakan dari masyarakat dunia agar Netanyahu mengurungkan niatnya lantaran sudah banyak warga sipil Palestina yang jadi korban tewas.
Baca juga: Israel-AS Makin Tak Akur, Pejabat Zionis Keluhkan Kiriman Senjata AS yang Makin Lemot Tibanya
Netanyahu kembali menegaskan bahwa desakan dari masyarakat dunia dan kritik yang diarahkan kepada Israel tak akan menghentikan negara Zionis itu.
Dia mengklaim keberlangsungan negara Israel sedang dipertaruhkan. Selain itu, menurutnya “kemenangan total” sudah dekat.
Netanyahu berulang kali menolak desakan untuk melakukan gencatan senjata. Dia menyebut Israel harus menyingkirkan benteng terakhir Hamas.
“Demi memenangkan perang ini, kami harus menghancurkan batalion terakhir Hamas di Rafah,” ujar Netanyahu dalam pesan video kepada ogranisasi pro-Israel bernama AIPAC di Washington, AS, hari Selasa, (12/3/2024), dikutip dari Russia Today.
“Kami harus merampungkan pekerjaan di Rafah,” katanya.
Jumlah korban jiwa di Gaza
Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Minggu, (17/3/2024), melaporkan bahwa korban tewas akibat serangan Israel di Gaza sudah mencapai 31.645 jiwa.
Dalam 24 jam terakhir tercatat ada 92 warga Gaza yang meninggal.
Adapun jumlah korban luka kini sudah mencapai 73.676 orang.
(Tribunnews/Febri)