LSM Oxfam Sebut Israel Sengaja Blokir Bantuan, Cuma Biarkan 15.413 Truk Masuk Gaza
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Oxfam menuduh Israel sengaja memblokir bantuan kemanusiaan dan hanya membiarkan 15.413 truk memasuki Gaza.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Oxfam menuduh Israel sengaja memblokir bantuan kemanusiaan dan hanya membiarkan 15.413 truk memasuki Gaza.
"Israel dengan sengaja untuk menghalangi pasokan bantuan ke Gaza," klaim Oxfam dalam laporan yang dirilis pada hari Senin (18/3/2024) dan berjudul: Inflicting Unprecedented Suffering and Destruction (Terjemahan: Menimbulkan Penderitaan dan Kehancuran yang Belum Pernah Ada Sebelumnya).
Dikutip dari Al Jazeera, salah satu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa kelaparan akan meluas di Gaza, paling lambat pada Mei 2024 mendatang.
Mengingat warga Gaza kekurangan akses terhadap makanan, air, dan obat-obatan di daerah kantong yang terkepung itu.
Oxfam juga merinci sejumlah penolakan terhadap gudang yang penuh dengan bantuan internasional termasuk oksigen, inkubator, serta peralatan air dan sanitasi.
Laporan tersebut selanjutnya menyatakan bahwa Israel “melanggar salah satu ketentuan utama yang diminta oleh Mahkamah Internasional (ICJ) – untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan mengingat risiko genosida di Gaza”.
"Ini hanyalah satu contoh dari keseluruhan respons kemanusiaan yang dilakukan Israel dengan sangat berbahaya, sehingga tidak mungkin bagi lembaga bantuan untuk bekerja dengam kecepatan yang diperlukan untuk menyelamatkan nyawa, meski sudah berupaya yang terbaik," papar Oxfam.
“Orang-orang yang tinggal di Gaza akan menderita kematian massal akibat penyakit dan kelaparan jauh melebihi 31.000 korban perang Palestina saat ini, kecuali Israel mengambil langkah segera untuk mengakhiri pelanggaran yang dilakukannya,” tambahnya.
Menurut Direktur Oxfam Timur Tengah dan Afrika Utara Sally Abi Khalil, perintah ICJ seharusnya mengejutkan para pemimpin Israel untuk mengubah haluan, namun sejak itu kondisi di Gaza justru memburuk.
Khalil menambahkan bahwa pemerintah Israel tidak hanya gagal memfasilitasi upaya bantuan internasional tetapi juga secara aktif menghambatnya.
"Kami percaya bahwa Israel gagal mengambil semua tindakan yang mereka mampu untuk mencegah genosida," ucapnya.
Baca juga: Biden-Netanyahu Bahas Rafah dan Bantuan Gaza, Pimpinan Mossad ke Qatar Rundingkan Gencatan Senjata
Israel mengendalikan sebagian besar dari tujuh penyeberangan darat di Gaza, tetapi hanya penyeberangan Rafah dan Karem Abu Salem/Kerem Shalom yang terbuka untuk bantuan.
Sebanyak 15.413 truk telah diizinkan masuk ke Gaza sejak 7 Oktober, menurut LSM tersebut.
Bisa dibilang, jumlahnya bahkan lima kali lebih sedikit dari jumlah minimum yang disyaratkan.
Oxfam mengatakan kargo bantuannya tertahan di gudang El Arish di Mesir yang hanya berjarak 40 kilometer dari perbatasan Gaza.
"Truk-truk tersebut rata-rata menunggu selama 20 hari untuk dapat melewatinya," imbuh Oxfam.
Sejumlah pekerja bantuan menjadi korban serangan Israel dan sekitar 400 pencari bantuan tewas.
Amerika kirim bantuan lewat udara dan bangun pelabuhan sementara
Menyusul situasi di Gaza, Amerika Serikat terpaksa menggunakan bantuan lewat udara, yang dalam satu kasus terbukti berakibat fatal.
Gedung Putih juga sedang mengerjakan rencana untuk membangun pelabuhan.
Sebuah kapal yang menarik 200 ton bantuan untuk menguji upaya yang didukung Uni Eropa untuk membuka koridor laut tiba di Gaza pekan lalu.
Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, pada hari Senin (18/3/2024) mengulangi seruan sebelumnya agar Israel mencabut blokade.
Baca juga: Israel Desak ICJ Tidak Perintahkan Tindakan Baru atas Krisis Pangan di Gaza
Ia sekali lagi menuduh Tel Aviv menggunakan kelaparan sebagai “senjata perang”.
“Di Gaza, kami tidak lagi berada di ambang kelaparan, kami berada dalam kondisi kelaparan yang berdampak pada ribuan orang,” kata Borrell, berbicara pada konferensi bantuan kemanusiaan untuk Gaza di Brussels.
"Ini tidak bisa diterima. Kelaparan digunakan sebagai senjata perang," katanya.
Menanggapi Borell, Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan Borell harus berhenti “menyerang” Israel.
Katz menyalahkan Hamas karena mengganggu bantuan kemanusiaan.
“Israel mengizinkan bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar ke Gaza melalui darat, udara, dan laut bagi siapa pun yang bersedia membantu,” katanya.
Di wilayah utara, di mana satu dari tiga anak di bawah dua tahun sudah mengalami kekurangan gizi akut, hampir dua pertiga rumah tangga menjalani hari-hari tanpa makanan setidaknya 10 kali dalam 30 hari terakhir, kata laporan itu.
Setengah dari populasi Gaza – 1,11 juta orang – kini berada pada fase 5 atau tahap bencana IPC, yang merupakan indikator kelaparan tertinggi.
Masyarakat di Gaza tengah dan selatan sudah berada pada tingkat darurat fase 4 – hanya satu langkah menuju kelaparan – menurut IPC.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)