Ukraina Ingin Warga Rusia Juga Merasakan Apa Rasanya Itu Perang
Di tengah gempuran yang menimpa di wilayah bagian timur, Ukraina bertekad membalas membombardir wilayah perbatasan.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Di tengah gempuran yang menimpa di wilayah bagian timur, Ukraina bertekad membalas membombardir wilayah perbatasan.
Mikhail Podoliak, penasihat utama Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia berusaha meningkatkan penyerangan ke wilayah Rusia, seperti yang telah dilakukan oleh musuh mereka.
Hal ini dilakukan untuk menjatuhkan moral para penduduk Rusia di daerah perbatasan.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-757, Kharkiv Diserang, Zelensky Serukan Sistem Pertahanan Udara Baru
Podoliak menyatakan bahwa Kiev ingin melihat kekacauan menyebar ke Wilayah Kursk dan Belgorod di Rusia.
“Saya ingin skalanya lebih besar. Sehingga Rusia bisa merasakan apa itu perang,” katanya dalam sebuah wawancara dengan pembawa acara TV Ukraina Vladimir Golovanov dikutip dari Russia Today, Kamis (21/3/2024).
Podoliak menegaskan bahwa warga Rusia yang tinggal jauh dari garis depan juga harus merasakan beban konflik yang paling berat, seperti halnya yang terjadi pada warga Ukraina.
“Saat mereka tinggal di tempat perlindungan bom, terus-menerus mendengar sirene dan sebagainya, mereka akan [berpikir] berbeda. Meski aku meragukannya. Dunia Rusia memiliki ciri-ciri khusus tertentu.”
Podoliak juga menyuarakan dukungan atas serangan ke wilayah Rusia yang dilakukan oleh Korps Relawan Rusia (RDK) dan Legiun Kebebasan Rusia, unit paramiliter yang terdiri dari pembelot Rusia dan buronan neo-Nazi yang berkolaborasi dengan Kiev.
Unit-unit tersebut – yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Moskow – harus didukung dan diberi semua dana yang diperlukan, tegas Podoliak.
RDK dan Legiun Kebebasan Rusia berusaha menerobos perbatasan Rusia awal bulan ini, namun serangan tersebut berhasil digagalkan, menurut Kementerian Pertahanan di Moskow.
Baca juga: Cium Paris Akan Kirim 2.000 Tentara ke Ukraina, Rusia: Tentara Prancis Target Prioritas Serangan
Pejabat Rusia memperkirakan kerugian yang diderita unit tersebut mencapai 1.500 korban jiwa dan puluhan kendaraan lapis baja.
Genjot Produksi Senjata
Sementara itu, Ukraina terus menggenjot produksi senjatanya.
Washington Post mengabarkan, Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal menyebutkan produksi senjata berkembang pesat.
“Produksi meningkat tiga kali lipat pada tahun 2023 dan diperkirakan meningkat enam kali lipat tahun ini,” ujarnya.
Menurut Menteri Transformasi Digital Mykhailo Fedorov, untuk barang-barang penting tertentu, seperti drone yang telah mengubah cara perang berlangsung, Ukraina telah memenuhi 90 persen kebutuhannya.
Di antara barang-barang tersebut adalah pesawat udara tak berawak jarak jauh.
Ukraina juga membuat mortirnya sendiri serta peluru artileri 122mm dan 152mm standar Soviet.
Perusahaan-perusahaan pertahanan Ukraina juga berupaya memenuhi kebutuhan terbesar militernya dengan membuat sendiri peluru kaliber 155 mm berstandar NATO, yang diperlukan untuk sistem artileri yang dipasok oleh negara-negara Barat yang mendukung Ukraina.
Menteri Industri Strategis Oleksandr Kamyshyn menyatakan pada bulan Februari bahwa Ukraina telah mengerahkan rudal buatan lokal dengan jangkauan sekitar 650 km.
Sistem pertahanan udara dan rudal presisi tinggi yang mirip dengan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) buatan AS juga sedang dikembangkan, kata para pejabat.
Tahun ini, Ukraina akan menghabiskan sekitar $5 miliar untuk produksi senjata dalam negeri, kata para pejabat, namun semua orang sepakat bahwa itu tidak cukup.
Namun, publikasi tersebut menekankan bahwa produksi lokal tidak cukup untuk menutupi hilangnya dukungan internasional, terutama senjata dari Amerika Serikat.
Seperti yang dilaporkan Ukrinform, produsen senjata Jerman Rheinmetall berencana mendirikan setidaknya empat pabrik di Ukraina, kata CEO Rheinmetall Armin Papperger pada presentasi hasil perusahaan pada tahun 2023.