Pemuda Palestina Ini Seorang Diri Hadapi Pertempuran 7 Jam Lawan Israel, AU IDF Sampai Turun Tangan
Seorang diri menghadapi segambreng pasukan IDF, mantan dinas keamanan Palestina ini melukai 7 tentara Israel dalam pertempuran 7 jam di Tepi Barat
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Pemuda Palestina Ini Seorang Diri Hadapi Pertempuran 7 Jam Lawan Israel, AU IDF Sampai Turun Tangan
TRIBUNNEWS.COM - Sekali lagi, perlawanan rakyat Palestina di Tepi Barat menepis debu keheningan dan mencuri perhatian terkait agresi Israel yang terjadi di Jalur Gaza.
Kali ini, gema perlawanan itu datang dari pertempuran yang berlangsung selama 7 jam, dipimpin oleh seorang pemuda yang memaksa Angkatan Udara Israel bergerak dan turun tangan untuk mengejarnya.
Baca juga: VIDEO Detik-Detik Mata-mata Israel Paling Berbahaya di Jenin Dieksekusi Milisi Perlawanan Palestina
"Pada Jumat (22/3/2024) pagi, syahid Mujahid Barakat Mansour melakukan operasi penembakan yang menargetkan bus pemukim di jalan yang menghubungkan desa Deir Ibzi' dan Kafr Ni'ma, sebelah barat Ramallah. Dia kemudian bentrok dengan bala bantuan militer IDF setelah operasi penyerangan tersebut, dan berhasil mundur ke daerah pegunungan yang sepi penduduk," tulis laporan Khaberni mengulas aksi Mansour yang dinilai sangat heroik.
Operasi penyerangan tersebut mengakibatkan 7 tentara Israel terluka, dua di antaranya luka berat, sedangkan pengejaran terhadap Mansour berlangsung hingga berjam-jam.
"Tentara pendudukan IDF gagal melumpuhkannya, kecuali melalui pemboman via helikopter yang membunuhnya dengan rudal, menurut saksi mata dan menyebarkan video," tulis laporan tersebut.
Baca juga: Habiskan Rp 915 T di Gaza Lawan Hamas, Israel Malah Bikin Brigade Jenin Makin Galak di Tepi Barat
Siapakah Mansour ?
Segera setelah operasi berlangsung dan identitas pelaku teridentifikasi, pasukan pendudukan IDF mengirim bala bantuan militer ke kampung halaman Mansour di Deir Bazi'.
IDF lalu mengepung rumah ayahnya dan mulai menginterogasi anggota keluarganya, menurut Imad al-Taweel, kepala suku. dari dewan lokal kota, kepada Al Jazeera Net.
Presiden Dewan itu menambahkan, pasukan besar tentara pendudukan IDF menyerbu desa tersebut, menuju ke rumah keluarga Mansour– yang jenazahnya mereka sita – dan mengepung sekitarnya.
"Ia menyatakan bahwa "martir tersebut berusia 31 tahun, menikah dan memiliki beberapa anak, salah satunya meninggal beberapa hari yang lalu," tulis laporan tersebut
Terungkap, Mansour sebelumnya adalah anggota Dinas Keamanan Nasional Palestina, mengajukan pengunduran dirinya sekitar 7 tahun yang lalu dan beralih menjadi wirausaha.
"Populasi kota ini diperkirakan sekitar 3.000 orang, dan pendudukan Israel menutup salah satu pintu masuk utamanya, selain pemukiman yang menargetkan cagar alam di wilayah kota," papar laporan tersebut terkait latar belakang asal Mansour.
Operasi Individu, Hal Ajaib Lawan Segambreng Tentara IDF
Sebuah operasi serangan secara individu ini, menurut penulis dan analis politik Akram Natsheh, mengingat tersedianya teknologi pengawasan dan drone milik pendudukan IDF, selain menara militer yang dikerahkan di wilayah tersebut, adalah hal ajaib.
“Tidak masuk akal jika pengejaran dan bentrokan berlanjut selama beberapa jam,” kata Akram Natsheh merujuk kerepotan yang ditunjukkan segambreng pasukan IDF hanya untuk melumpuhkan satu orang.
Dia menambahkan, dalam wawancaranya dengan Al Jazeera Net, kalau Mansour terhitung sangat taktis dalam bertempur.
“Dia tampaknya dapat memanfaatkan sifat pegunungan di daerah tersebut, dan memilih jam-jam setelah fajar dengan kabut yang relatif, dan ini membantunya saat terlibat dalam pertempuran. Selama periode ini, peretmpuan menimbulkan banyak korban (IDF)," kata AKram.
Akram Natsheh menunjukkan, daerah di mana penyerangan itu terjadi "sangat dekat dengan kota Tel Aviv, yang merupakan hal paling berbahaya dalam operasi tersebut, terutama karena daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang paling luas di Tepi Barat di mana pasukan pendudukan IDF memiliki banyak sistem pengawasan dan pengintaian."
Akram Natsheh meyakini kalau operasi Mansour ini kemungkinan besar merupakan “operasi individu,” dengan menjelaskan kalau “tidak ada struktur militer terorganisir di Tepi Barat untuk berbagai faksi perlawanan Palestina.”
“Meskipun banyak operasi (penyerangan terhadap IDF) yang dilakukan berafiliasi dengan faksi, namun operasi yang dilakukan belakangan ini bersifat individual atau sel yang sangat kecil,” katanya.
Baca juga: Api Gaza Menjalar ke Tepi Barat: Brigade Tulkarem Himpun Pasukan, Brigade Jenin Duluan Serang Israel
Dia menunjukkan perbedaan besar antara konsep operasi terorganisir dan operasi individu.
“Dulu, operasi terorganisir berarti kehadiran organisasi militer dengan strukturnya yang jelas, dan operasi tersebut dilakukan dalam struktur militer ini, tetapi sekarang organisasi ini strukturnya tidak ada, jadi operasi di sebagian besar dari mereka tampak seperti operasi individu meskipun pelakunya adalah anggota salah satu organisasi perlawanan,” kata dia.
Dalam penjelasannya tentang pentingnya pekerjaan Mansour sebelumnya di dinas keamanan Palestina, Akram Natsheh mengatakan kalau partisipasi mantan atau personel keamanan saat ini tidak lagi menjadi hal yang luar biasa.
“Belakangan ini, kita telah menyaksikan partisipasi aparat keamanan dalam operasi. Memang benar jumlah mereka sedikit, namun hal tersebut memberikan indikasi penting mengenai kemungkinan kelompok ini ikut serta jika terjadi konfrontasi di Tepi Barat , seperti Intifada Al-Aqsa, atau yang kita saksikan dalam konteks kelompok bersenjata seperti sarang singa di kota Nablus, yang didasarkan pada anggota pasukan keamanan Palestina yang mengundurkan diri dari tugasnya,” katanya.
Sehubungan dengan agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, pendudukan telah meningkatkan operasinya di Tepi Barat, di mana jumlah martir mendekati 450 orang, sementara jumlah tahanan telah melebihi 7.700 orang.
Di sisi lain, lingkaran operasi Palestina yang menargetkan tentara pendudukan Israel dan pemukim telah meluas di banyak wilayah di Tepi Barat.
(oln/khbrn/*)