Situasi RS Al Shifa Memanas, Blinken di Mesir & Masih Bahas Gencatan Senjata bersama al-Sisi
Situasi di Rumah Sakit Al Shifa semakin memanas, saat Blinken dan Al-Sisi merundingkan gencatan senjata di Kairo, Kamis (21/3/2024).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Situasi di Rumah Sakit Al Shifa semakin memanas bahkan saat Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dan Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi berada di Kota Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza, Kamis (21/3/2024).
Blinken memulai tur Timur Tengahnya pada Rabu (20/3/2024) di Arab Saudi dan bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al-Saud (MBS).
Keduanya membahas mengenai situasi di Gaza, tempat 2,3 juta warga Palestina menderita rawan pangan.
"Kami mendesak gencatan senjata segera dan juga pembebasan sandera," kata Bliken kepada stasiun televisi berbahasa Arab, Al Hadath.
Dikutip dari Al Arabiya, perundingan gencatan senjata dilanjutkan di Qatar setelah Israel menolak proposal Hamas pekan lalu.
"Saya pikir kesepakatan sangat mungkin tercapai," kata Bliken kepada Al Hadath.
Al-Sisi menekankan bahwa gencatan senjata sangat penting untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang meningkat di Gaza.
Presiden Mesir itu juga memperingatkan bahaya operasi militer di Rafah, yang merupakan zona realatif aman bagi warga sipil.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller menyebut Blinken dan Al-Sisi membahas negosiasi untuk mengamankan gencatan senjata segera setidaknya selama enam minggu dalam perang antara Israel dan Hamas
Di Gaza sendiri, serangan militer berpusat di Rumah Sakit Al Shida, satu-satunya fasilitas medis yang masih berfungsi di wilayah kantong yang terkepung.
Penduduk setempat mengaku menyaksikan gedung-gedung di dalam kompleks RS Al Shifa terbakar.
Baca juga: Hari Ke-167 Perang Israel-Hamas, Zionis Klaim Renggut 90 Nyawa Pria Bersenjata di RS Al Shifa
Di dekat Al-Shifa, warga mengatakan kepada Reuters bahwa tentara telah meledakkan rumah-rumah di dekatnya sementara gedung-gedung di kompleks rumah sakit terbakar.
Rabah, yang merupakan ayah dari lima anak, mengatakan daerah itu adalah zona perang, dimana orang-orang terjebak di dalam rumah mereka di tengah bentrokan di jalanan.
“Israel mengirim tank kembali ke jantung Kota Gaza untuk menghancurkan sisa-sisa rumah dan jalan. Semua itu terjadi di mata dunia yang bermata satu,” katanya.
Israel: militan bersembunyi di rumah sakit
Israel mengatakan pasukannya telah membunuh lebih dari 50 orang bersenjata Hamas pada hari sebelumnya, menjadikan jumlah pejuang yang terbunuh di sekitar rumah sakit menjadi 140 orang.
Dikatakan bahwa pihaknya telah menemukan infrastruktur dan senjata teroris di dalam dan sekitar fasilitas tersebut, menunjukkan gambar senapan otomatis AK-47, granat berpeluncur roket, mortir dan artileri lainnya.
Juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan “banyak militan Hamas – baik yang aktif maupun yang senior” bersembunyi di rumah sakit bersama dengan militan Jihad Islam.
“Ketika kami memasuki rumah sakit, kami menemukan teroris berperang melawan kami di sini, di daerah ini,” katanya.
Hamas membantah bahwa rumah sakit tersebut menampung militan dan mengatakan mereka yang tewas adalah pasien yang terluka dan pengungsi.
Dikutip dari Al Jazeera, Rumah Sakit Al Shifa merupakan salah satu fasilitas medis terbesar di Jalur Gaza sebelum perang 7 Oktober.
Perang tersebut dipicu oleh militan dari Hamas, yang menguasai Gaza, menyerbu ke Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 253 orang, menurut perhitungan Israel.
Kementerian tidak memberikan rincian mengenai perundingan tersebut, namun sumber-sumber Mesir mengatakan negara-negara Arab akan menekankan pentingnya menemukan solusi politik terhadap konflik Israel-Palestina.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)