'Prediksi' Kedubes AS di Rusia soal Serangan Teroris di Moskow, Ungkap Rencana Ekstremis
Jauh sebelum serangan di Moskow, Kedubes AS di Rusia telah memprediksi soal adanya rencana para teroris.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.com - Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) di Rusia, sempat memperingatkan soal potensi serangan teroris di Moskow.
Peringatan itu disampaikan Kedubes dan Konsulat AS di Rusia lewat laman resmi mereka.
Meski disampaikan lebih dari dua minggu yang lalu, peringatan itu telah memprediksi sebagian besar serangan di Moskow yang terjadi pada Jumat (22/3/2024) malam.
"Peringatan bahaya: Hindari pertemuan besar selama 48 jam mendatang," bunyi peringatan awal Kedubes AS di Rusia, Kamis (7/3/2024).
Dalam pengumuman selanjutnya, Kedubes AS di Rusia mengaku mendapat laporan soal adanya ekstremis yang berencana menargetkan pertemuan besar di Moskow, termasuk kegiatan konser.
Karena itu, Kedubes AS di Rusia menyarankan warga negaranya untuk menghindari pertemuan besar selama 48 jam ke depan.
"Kedutaan Besar memantau laporan bahwa para ekstremis mempunyai rencana untuk menargetkan pertemuan besar di Moskow, termasuk konser."
"Warga AS disarankan untuk menghindari pertemuan besar selama 48 jam ke depan," kata Kedubes AS di Rusia.
Lebih lanjut, Kedubes AS memberikan saran tindakan-tindakan yang harus dilakukan warga AS di Rusia.
"Tindakan yang harus dilakukan: hindari keramaian, pantau media lokal untuk pembaruan, dan waspadai lingkungan sekitar Anda," tutup peringatan tersebut.
Diketahui, setidaknya 133 orang tewas dan 100 lebih lainnya terluka dalam serangan teroris di gedung konser Balai Kota Crocus, tepi Barat Moskow pada Jumat malam.
Baca juga: Pengakuan Tersangka Teroris di Rusia, Tak Mengenal Siapa Dalangnya
ISIS Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan di Moskow
Sementara itu, ISIS telah mengaku bertanggung jawab atas serangan di Balai Kota Crocus.
Klaim itu termuat dalam sebuah pernyataan singkat yang diterbitkan kantor berita yang berafiliasi dengan ISIS, Amaq, di Telegram, Jumat.
Meski demikian, dikutip dari CNN, pernyataan itu tidak memberikan bukti yang mendukung.