Kata Pengamat Militer soal Dugaan Motif ISIS Targetkan Rusia dalam Serangan Gedung Konser Moskow
Ini kata pengamat militer soal dugaan motif ISIS menargetkan Rusia dalam serangan teror di gedung konser Moskow memakan ratusan korban jiwa.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Ini kata pengamat militer soal dugaan motif ISIS menargetkan Rusia dalam serangan teror di gedung konser Moskow memakan ratusan korban jiwa.
Hingga saat ini, kurang lebih 137 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya terluka menyusul serangan ISIS di Balai Kota Crocus Moskow pada Jumat (22/3/2024).
Waktu beraksi, para penyerang mengenakan seragam kamuflase, mereka melepaskan tembakan dan melemparkan granat ke penonton konser band rock Picnic yang akan tampil hari itu.
Ledakan pun memicu kebakaran hebat, atap gedung pun runtuh.
Ada 11 orang yang diamankan oleh pihak berwenang, empat di antaranya diketahui terlibat langsung dalam serangan bersenjata tersebut, kantor berita Rusia, Interfax melaporkan pada Sabtu (23/3/2024),
Cabang ISIS di Afghanistan, juga dikenal sebagai Negara Islam di Provinsi Khorasan, ISKP (ISIS-K), mengaku bertanggung jawab atas serangan teror tersebut.
Dikutip dari Reuters, klaim tersebut telah dikonfirmasi oleh para pejabat Amerika Serikat (AS).
Motif ISIS serang Moskow
Cabang ISIS di Afganistan menjadi salah satu afiliasi ISIS yang paling aktif di Afghanistan, Iran, Pakistan, dan Turkmenistan.
Kelompok ini muncul dari Afghanistan timur pada akhir tahun 2014.
Mereka terdiri dari pejuang Taliban Pakistan yang memisahkan diri dan pejuang lokal yang berjanji setia kepada mendiang pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.
Baca juga: Serangan Teror Moskow: Rusia Berkabung, Prancis Perketat Keamanan
Sejak itu, kelompok ini mempunyai reputasi yang menakutkan karena tindakan brutalnya.
- Pengamat militer asal Turki
Seorang pengamat militer dan mantan koloner tentara Turki, Murat Aslan menyebut afiliasi ISIS di Afghanistan dikenal karena “metodologinya yang radikal dan keras”.
“Saya pikir ideologi mereka menginspirasi mereka dalam memilih target," ucap Murat.
"Pertama-tama, Rusia berada di Suriah dan berperang melawan Daesh (ISIS) seperti Amerika Serikat," katanya.
"Itu berarti mereka melihat negara-negara seperti itu sebagai negara yang bermusuhan,” kata Aslan kepada Al Jazeera.
“Mereka sekarang berada di Moskow. Sebelumnya mereka terjadi di Iran, dan kita akan melihat lebih banyak serangan, mungkin di ibu kota lain,” tambahnya.
Meskipun keanggotaannya di Afghanistan telah menurun sejak puncaknya pada tahun 2018, para pejuangnya masih menjadi salah satu ancaman terbesar terhadap otoritas Taliban di Afghanistan.
- Direktur South Asia Institute di Wilson Center
Sementara itu, analis pertahanan dan keamanan mengatakan kelompok tersebut telah menargetkan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam aksi propagandanya dalam beberapa tahun terakhir, atas dugaan penindasan terhadap Muslim oleh Rusia.
“Kebijakan luar negeri Rusia telah menjadi tanda bahaya besar bagi ISIS [ISIL],” Michael Kugelman, Direktur South Asia Institute di Wilson Center yang berbasis di Washington mengatakan kepada Al Jazeera.
Baca juga: 4 Terdakwa Serangan Teror di Moskow Babak Belur saat Muncul di Pengadilan
- Asisten Profesor di Clemson University di South Carolina
Menurut Asisten Profesor di Clemson University di South Carolina dan salah satu penulis The Islamic State in Afghanistan and Pakistan: Strategic Alliances and Rivalries, Amira Jadoon, Moskow telah menjadi fokus perang propaganda ekstensif ISIS.
“Keterlibatan Rusia dalam perang global melawan ISIS dan afiliasinya, terutama melalui operasi militernya di Suriah dan upayanya menjalin hubungan dengan Taliban Afghanistan menandai Rusia sebagai musuh utama ISIS/ISIS-K,” kata Jadoon kepada Al Jazeera.
- Peneliti di Program Studi Strategis dari Observer Research Foundation
Peneliti di Program Studi Strategis dari Observer Research Foundation, Kabir Taneja mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Rusia dipandang oleh ISIS dan afiliasinya sebagai “kekuatan salib melawan Muslim”.
“Rusia telah menjadi target ISIS dan bukan hanya ISKP sejak awal,” kata Taneja, penulis buku The ISIS Peril.
Hubungan dekat Moskow dengan Israel juga merupakan kutukan terhadap ideologi ISIS.
“Jadi gesekan ini bukanlah hal baru secara ideologis, namun secara taktis,” katanya kepada Al Jazeera.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)