Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pelaku Teror Moskow Ngaku Dibayar Rp 85 Juta, Rusia Tuduh AS Sengaja Kambinghitamkan ISIS

Termasuk empat orang pelaku yang terlibat langsung dalam penembakan di Balai Kota Crocus itu juga ikut diringkus.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Pelaku Teror Moskow Ngaku Dibayar Rp 85 Juta, Rusia Tuduh AS Sengaja Kambinghitamkan ISIS
Tangkap Layar Twitter/X
ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan di Balai Kota Crocus Moskow, yang menewaskan ratusan orang. 

Pelanggaran tersebut diancam dengan hukuman maksimal penjara seumur hidup.

Pengadilan memerintahkan mereka, yang semua warga negara Tajikistan, ditahan sebelum persidangan hingga 22 Mei.

Rusia Bilang ISI Hanya Kambing Hitam

Rusia menuduh Amerika Serikat (AS) melindungi Ukraina atas serangan teroris di Moskow yang membunuh ratusan orang.

ISIS mengaku menjadi dalang pembantaian yang menewaskan 137 orang pada konser di Balai Kota Crocus, Moskow, Jumat (22/3/2024).

Namun Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan Ukraina memiliki peranan dalam serangan teror itu.

Ia mengatakan para pelaku bersembunyi dan menuju Ukraina setelah melakukan aksinya.

Berita Rekomendasi

Sedangkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menuduh AS melindungi Ukraina dengan menjadikan ISIS sebagai kambing hitam.

“Insinyur politik Amerika menyudutkan diri mereka sendiri dengan cerita bahwa serangan Balai Kota Crocus dilakukan oleh kelompok teroris ISIS,” ujar Zakharova dilansir dari TASS, Senin (25/3/2024).

“Oleh karena itu, setiap hari Washington melakukan penyelamatan di wilayahnya di Kiev, dan untuk menutupi dirinya dan rezim Zelenskyy yang mereka ciptakan dengan orang-orangan sawah dan ISIS,” sambungnya.

Zakharova mencatat, sejumlah faktor secara langsung dan tak langsung menunjukan keterlibatan Pemeerintah AS dalam mensponsori terorisme Ukraina.

“Miliaran dolar dan jumlah senjata yang belum terjadi sebelumnya, yang diinvestasikan tanpa akuntabilitas dan menggunakan skema korupsi ke dalam rezim Kiev, retorika agresif terhadap Rusia, nasionalisme fanatik, larangan perundingan damai mengenai Ukraina secara paksa,” tutur Zakhariva.

“Serta penolakan untuk mengutuk serangan teror selama bertahun-tahun yang dilakukan rezim Kiev, dan dukungan informasi serta politik yang sangat besar terhadap siapa pun, bahkan tindakan Zelenskyy yang paling keji sekali pun,” sambungnya.

Zakharova juga mencatat bahwa sebelumnya, intervensi AS dalam urusan Timur Tengah telah menyebabkan munculnya penguatan dan pelembagaan sejumlah kelompok radikal dan teroris yang masih aktif di wilayah itu hingga hari ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas