Hizbullah Lepas 40 Roket Katyusha ke Israel, Taktik Kuras Iron Dome Sebelum Gelombang Serangan Iran?
Intelijen Amerika Serikat dan negara-negara lain memprediksi pembalasan bisa terjadi paling cepat pada hari Sabtu malam waktu setempat.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT - Kelompok pejuang muslim Syiah Lebanon, Hizbullah, melepaskan puluhan roket artileri ke wilayah Israel utara pada Sabtu dini hari, (13/4/2024).
Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya isu Iran akan membalas tindakan Israel yang menghancurkan gedung konsulatnya di Damaskus, Suriah, beberapa waktu lalu.
Hizbullah adalah proksi Iran yang terlibat konflik terbatas dengan Israel di perbatasan, setelah negeri Yahudi itu melancarkan invasi ke Jalur Gaza.
Sekjen Hizbullah Sayyid Hasan Nasrallah memandang reaksi Iran menanggapi agresi Israel di bagian konsuler Kedutaan Besar Iran di Damaskus sebagai hak yang sah.
Hizbullah dilaporkan menggunakan 40 roket Katyusha ke posisi artileri Pasukan Pertahanan Israel di Israel utara.
Israel mengklaim beberapa di antaranya berhasil dicegat, sementara yang lain menghantam area terbuka atau gagal di Lebanon.
Saat kejadian berlangsung, terdengar sirene meraung-raung termasuk akibat jatuhnya pecahan peluru dari intersepsi rudal pertahanan Iron Dome.
Meski tak menimbulkan kerusakan di pihak Israel, ada analisa bahwa serangan Hizbullah yang membanjiri Israel ini bukan untuk menimbulkan kerusakan.
Serangan itu diduga untuk menguras stok rudal pertahanan udara IDF sebelum Iran melancarkan serangan utama.
Disebutkan ratusan rudal jelajah telah disiapkan Iran sebagai pembalasan atas pemboman Israel terhadap kedutaan mereka di Suriah. Ratusan drone "murah" juga sudah siap.
Iran diyakini akan menggunakan taktik cerdas, menggunakan drone murah terlebih dahulu untuk membuat Israel menggunakan sistem pertahanan udara bernilai jutaan dolar.
Prediksi Waktu Serangan
Intelijen Amerika Serikat dan negara-negara lain memprediksi pembalasan bisa terjadi paling cepat pada hari Sabtu malam waktu setempat.
Serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini dapat memicu perang regional yang besar-besaran.