Korsel Kelabakan Pasca Aksi Mogok Dokter, Kerahkan 2.700 Perawat Tambahan Tangani Lonjakan Pasien
Sistem kesehatan di Kota Seoul terancam terganggu pasca 90 persen dari 13.000 dokter yang menjalani pelatihan melakukan mogok kerja dan resign massal.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – Kementerian Kesehatan Korea Selatan mengerahkan lebih dari 2.700 perawat asisten dokter (PA) tambahan untuk mengatasi lonjakan pasien serta gangguan sistem medis pasca aksi mogok kerja para dokter di negara itu.
Mengutip dari The Korea Times, sistem kesehatan di Kota Seoul terancam terganggu pasca 90 persen dari 13.000 dokter yang menjalani pelatihan melakukan mogok kerja dan resign massal.
Aksi ini dilakukan para dokter Korsel sebagai bentuk protes sejak 20 Februari sebagai bentuk protes atas kebijakan pemerintah Korea Selatan yang akan menaikkan kuota mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran jadi 2.000 orang mulai tahun 2025.
Otoritas Kesehatan Korsel berdalih penambahan kuota tersebut dilakukan demi mencegah terjadinya kekosongan staf medis, mengingat populasi dokter Korea Selatan saat menua dengan cepat.
Namun para Dokter Korsel menilai langkah ini hanya akan memicu krisis lapangan kerja jumlah dokter yang ada tidak sebanding dengan rasio pertumbuhan di Korea Selatan.
Serangkaian alasan ini yang membuat ribuan dokter kompak melakukan mogok kerja massal hingga lima rumah sakit umum terbesar di ibu kota Korea Selatan, Seoul, terpaksa mengurangi operasi dan prosedur medis.
Baca juga: Aksi Spionase Israel di Malaysia: Agen Mossad Selundupkan Senjata, Djebloskan Penjara 40 Tahun
Aksi pemogokan tersebut juga berdampak pada industri medis di Korea Selatan. Industri medis mengalami kekacauan besar ini karena para dokter pelatihan memainkan peran penting di rumah sakit-rumah sakit besar.
Dokter yang Mogok Kerja Akan Kena Hukuman
Untuk mencegah lonjakan dokter yang melakukan mogok kerja,Pemerintah Korea Selatan mengancam akan mengambil tindakan hukuman termasuk menangguhkan izin medis bagi ribuan dokter magang yang menolak untuk kembali bekerja usai melakukan mogok kerja massal pada pekan lalu.
"Saya harap Anda akan kembali ke tempat kerja dan terlibat dalam dialog untuk lingkungan medis yang lebih baik," ujar Menteri Dalam Negeri Korsel Lee Sang Mi.
Baca juga: Cerita di Balik Pembantaian Mossad Atas Mohammad Srour, Warga Lebanon Penyalur Dana Iran ke Hamas
"Jika Anda kembali ke rumah sakit paling lambat 29 Februari, Anda tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang terjadi di masa lalu," imbuh Lee.
Sebelum ancaman tersebut diumumkan, Pemerintah Seoul telah berulang kali meminta para dokter untuk bekerja kembali dan menyatakan pengunduran diri secara massal itu melanggar hukum,
Baca juga: Iran Siap Balas Dendam ke Israel, Kota Tel Aviv Mencekam, AS Minta Warganya Tak Keluyuran
Namun hal tersebut tak membuat para dokter muda di Korsel jera, 9.275 dokter junior justru semakin kompak turun di jalanan kota untuk menggelar aksi mogok kerja.
Dalam upaya untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, pemerintah Korea Selatan pada pekan lalu mengumumkan langkah-langkah untuk meningkatkan gaji dan kondisi bagi tenaga medis yang masih dalam masa pelatihan.
Pemerintah Korsel juga melakukan peninjauan terhadap shift kerja yang berlangsung selama 36 jam yang mana menjadi sebuah keluhan utama di kalangan tenaga medis junior.