Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Usai Iran Serang Israel, Netanyahu Tunda Invasi IDF ke Rafah

Gara-gara Iran serang Israel, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu langsung menunda invasi Israel ke Rafah di Jalur Gaza Selatan.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
zoom-in Usai Iran Serang Israel, Netanyahu Tunda Invasi IDF ke Rafah
JACK GUEZ / AFP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pernyataan di kota pesisir Israel Tel Aviv, pada 14 Juni 2014. -- Netanyahu menunda invasi Israel ke Rafah gara-gara diserang Iran. 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dikabarkan menunda tanggal yang ditetapkan untuk melancarkan operasi darat dan menyerang wilayah Rafah, Jalur Gaza Selatan.

Channel12 Israel melaporkan tanggal invasi Israel ke Rafah ditunda pada tahap ini, dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tidak mengizinkan publikasi rincian lebih lanjut.

Penundaan ini menyusul serangan Iran ke Israel pada Sabtu (13/4/2024), dengan meluncurkan lebih dari 100 drone dan rudal dari wilayah Iran menuju Israel.

Serangan tersebut sebagai balasan atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada Senin (1/4/2024) yang menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi Iran (IRGC), termasuk dua jenderal Iran.

Netanyahu Sudah Tetapkan Tanggal Invasi ke Rafah

Sebelumnya, Netanyahu mengatakan Israel sudah menetapkan tanggal invasi ke Rafah untuk menghancurkan wilayah yang diklaim sebagai benteng terakhir gerakan Palestina, Hamas.

"Hari ini saya menerima laporan rinci tentang perundingan di Kairo, dan kami bekerja tanpa lelah untuk mencapai tujuan kami, yang paling utama adalah pembebasan semua sandera kami dan mencapai kemenangan penuh atas Hamas," kata Netanyahu dalam konferensi pers, Senin (8/4/2024) malam.

Ia mengklaim kemenangan Israel atas Hamas hanya dapat dicapai jika IDF menginvasi Rafah.

Berita Rekomendasi

"Kemenangan ini mengharuskan kita memasuki Rafah dan melenyapkan brigade Hamas di sana. Ini akan terjadi. Tanggalnya telah ditentukan," tambahnya, seperti dikutip dari Al Arabiya.

Sebelumnya, Israel telah menggempur Jalur Gaza utara, tengah, hingga Khan Yunis di Jalur Gaza selatan dengan dalih untuk menargetkan Hamas.

Sementara itu, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Matthew Miller, mengatakan AS tidak mengetahui tanggal invasi Israel ke Rafah.

Baca juga: Terungkap, Israel akan Invasi Rafah lalu Kembali Gempur Khan Yunis

Meski AS merupakan sekutu utama Israel yang menyumbang senjata, AS tidak ingin melihat Israel menginvasi Rafah yang merupakan tempat lebih dari 1,4 juta warga Palestina mengungsi.

"Kami tidak ingin melihat invasi besar-besaran Israel ke Rafah," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Matthew Miller, pekan lalu.

AS juga menyarankan agar Israel mengevakuasi warga Palestina yang berada di Rafah jika tetap nekat melakukan serangan besar-besaran di wilayah itu.

Jumlah Korban

Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 33.729 jiwa dan 76.371 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (14/4/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).

Israel memperkirakan, ada kurang lebih 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Sementara itu, ada lebih dari 8.000 warga Palestina yang berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas