Ahli Meteorologi Peringatkan Potensi Perang Cuaca Antar Negara Usai Banjir di Dubai
Ada konsekuensi yang tidak diinginkan jika menggunakan teknologi yang relatif baru tersebut, karena bisa berpotensi menyebabkan ketidakstabilan
Editor: willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Ahli meteorologi memperingatkan akan adanya potensi perang cuaca antar negara menyusul banjir yang melanda Dubai dan dianggap disebabkan oleh penyemaian awan dengan konsekuensi bencana.
Banjir di Dubai menimbulkan kekhawatiran mengenai manipulasi curah hujan secara artifisial. Ahli Meteorologi Senior dari Perusahaan Teknologi Lingkungan KISTERS, Johan Jaques memperingatkan mungkin ada konsekuensi yang tidak diinginkan jika menggunakan teknologi yang relatif baru tersebut, karena bisa berpotensi menyebabkan ketidakstabilan diplomatik.
“Setiap kali kita mengganggu pola curah hujan alami, kita memicu rangkaian peristiwa yang tidak dapat kita kendalikan,” katanya dikutp dari Daily Mail, Jumat(19/4/2024).
Kata Johan, intervensi terhadap cuaca memunculkan dampak buruk, sebab perubahan cuaca di satu negara mungkin dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan seperti bencana di negara lain. Apalagi cuaca tidak mengenal batas-batas internasional.
"Cuaca ekstrem, dan kekhawatiran terhadap perubahan iklim serta kemungkinan manipulasi, telah mendapat perhatian dalam beberapa hari terakhir karena banjir di Dubai menyebabkan gangguan luas dan kerusakan infrastruktur," ujarnya.
Diketahui, Dubai di Uni Emirat Arab minggu ini dilanda banjir besar yang membanjiri bandara dan banyak jalan di sekitarnya, memaksa puluhan penerbangan dibatalkan karena para pelancong berdesakan di ruang tunggu untuk berlindung dari hujan lebat.
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan bagaimana mobil terisi air, memaksa ratusan pengendara meninggalkan kendaraannya dan berenang ke tempat aman.
Kerusakan di kawasan ini disebabkan oleh hujan deras yang tiba-tiba, dengan curah hujan lebih dari 142 mm di Dubai hanya dalam waktu 24 jam atau jumlah yang diperkirakan akan terjadi dalam setahun.
Pergeseran cuaca yang aneh ini memicu kekhawatiran mengenai penyemaian awan, sebuah proses yang digunakan sejak tahun 1940-an di mana pesawat yang dilengkapi dengan suar khusus melepaskan garam ke awan untuk mendorong curah hujan.
Meski para pejabat membantah peran penyemaian awan dalam banjir minggu ini, UEA telah menggunakan penyemaian awan untuk mendorong curah hujan sejak tahun 1990an.
Johan Jaques mengatakan bahwa curah hujan tinggi yang disebabkan oleh penyemaian awan dapat menyebabkan aliran berlebih yang berpotensi menimbulkan banjir bandang.
“Banjir di Dubai merupakan peringatan nyata akan konsekuensi yang tidak diinginkan yang dapat kita timbulkan jika kita menggunakan teknologi tersebut untuk mengubah cuaca. Selain itu, kita hanya mempunyai sedikit kendali atas dampak dari penyemaian awan (cloud seeding). Di manakah tepatnya hujan akan turun secara efektif?," kata Johan.
Menurut Johan menggunakan teknik seperti penyemaian awan untuk mendatangkan curah hujan yang sangat dibutuhkan di satu wilayah dapat menyebabkan banjir bandang dan kekeringan di wilayah lain.
“Setiap kali kita mengganggu pola curah hujan alami, kita memicu rangkaian peristiwa lain yang tidak dapat kita kendalikan,” tambahnya.