Iran Bernyali Serang Israel, Tapi Sulit Atasi Inflasi, Sembako Sampai Dijual Secara Kredit
Karena inflasi, kebutuhan warga Iran jadi Rp 8 juta per bulan. Gaji minimun di Iran tak melebihi 150-200 dolar AS atau tak lebih Rp 3,3 juta.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Di tengah meningkatnya ketegangan dengan Israel, ekonomi Iran kian terpuruk.
Inflasi di Negeri Para Mullah tersebut mencapai angka 40 persen sehingga berimbas pada harga barang kebutuhan dasar.
Lotfollah Siahkali, anggota parlemen Iran, telah memperingatkan cadangan keuangan Iran telah mencapai titik puncaknya.
Menurut dia, pemerintah tidak dapat lagi terus menguras sumber daya dari cadangan tersebut.
"Kantong rakyat terkoyak. Kalau sampai sekarang kita pakai uang rakyat, itu sudah tidak mungkin lagi,” seru Lotfollah Siahkali menyinggung gejolak mata uang yang sangat dahsyat, dikutip Iran International.
Baca juga: Investor Cari Aman Imbas Konflik Iran-Israel, Bersiap Rupiah Tembus ke Level Rp17.000 Saat Memburuk
Di tengah tantangan ekonomi yang sedang berlangsung termasuk melonjaknya harga pangan, harga bahan bakar, dan tingginya angka pengangguran, Siahkali memperkirakan bahwa paruh kedua tahun ini, hidup di Iran akan menjadi lebih sulit.
Komentarnya muncul sebagai respons terhadap perubahan signifikan di pasar mata uang pada awal tahun (Pertengahan Maret), yang telah memicu ekspektasi inflasi.
Siahkali menunjuk pada kurangnya stabilitas di pasar ekonomi Iran sebagai katalis bagi masyarakat untuk beralih ke aset ekonomi dan mata uang yang lebih stabil seperti dolar AS, emas, dan real estate untuk menjaga daya beli terhadap depresiasi real yang cepat.
Rial telah menderita secara dramatis sejak AS menarik diri dari perjanjian nuklir pada tahun 2018 dan penerapan kembali sanksi yang berdampak pada sektor-sektor utama seperti ekspor minyak dan perbankan.
Per 19 April 2024 tercatat 1 dollar AS sama dengan 42.062 rial Iran.
Daya beli masyarakat Iran menurun
Dua minggu sebelum Tahun Baru Iran Norouz (Nowruz), laporan yang diterima oleh Iran International menunjukkan penurunan signifikan dalam daya beli masyarakat.
Mereka terpaksa mengubah pola makan dengan menghapus beberapa daftar bahan makanan yang biasa mereka konsumsi untuk menekan biaya pengeluaran.
Misalnya, biasanya mereka makan daging, kini terpaksa beralih ke telur untuk kebutuhan protein.