Dari MIT Hingga Berkeley, Kampus-Kampus Elite AS Bergolak Bela Gaza: Mahasiswa Aktivis Ditangkapi
universitas-universitas AS, alih-alih menjunjung tinggi hak mahasiswanya malah memilih untuk menindak demonstran mahasiswa yang pro-Gaza Palestina
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Universitas-universitas di seluruh negeri di AS, termasuk Berkeley dan MIT, juga mengalami peningkatan ketegangan dan protes akibat kemarahan yang terus berlanjut atas genosida Israel di Gaza.
Protes ini menandai titik fokus baru di universitas-universitas AS, di mana demonstrasi terus berlanjut dan semakin intensif menyusul keputusan administratif yang melibatkan penegak hukum dalam membubarkan aksi duduk.
Kriminalisasi Anti-Semitisme
Demonstrasi pro-Palestina di universitas-universitas AS menghadapi tuduhan anti-Semitisme di tengah protes mereka.
Dalam konteks ini, Presiden AS Joe Biden mengecam “protes antisemitisme” dan “mereka yang tidak memahami apa yang terjadi pada rakyat Palestina.”
Mahasiswa yang berkumpul di Beinecke Plaza Yale telah diberi ultimatum untuk membubarkan aksi protes pada akhir akhir pekan.
Pihak berwenang mengulangi peringatan mereka kepada para pengunjuk rasa pada Senin pagi, mengancam kalau mereka bisa ditangkap dan dan dikenai tindakan disipliner, termasuk skorsing, sebelum penegak hukum melakukan intervensi.
Setelah insiden penangkapan pada hari Senin di Yale, sejumlah besar demonstran berkumpul kembali dan menghalangi jalan dekat kampus, sebagaimana dikonfirmasi oleh Petugas Christian Bruckhart, juru bicara kepolisian New Haven.
Gelombang kekacauan baru-baru ini dimulai ketika mahasiswa Universitas Columbia mendirikan tenda-tenda pada hari yang sama ketika Presiden Universitas Columbia, Minouche Shafik, menghadapi cecaran pertanyaan di sidang kongres AS.
Partai Republik AS menuduhnya tidak cukup mengatasi “antisemitisme” di kampus.
Peristiwa ini menyusul pengunduran diri dua presiden Ivy League lainnya beberapa bulan sebelumnya, yang mendapat kritik keras atas kesaksian mereka di hadapan komite yang sama.
Dalam perkembangan terkait, Direktur kantor Al Mayadeen di Washington menegaskan kalau kampanye media intensif sedang berlangsung, yang bertujuan untuk mengasosiasikan gerakan solidaritas universitas terhadap Palestina di Amerika Serikat sebagai bentuk “antisemitisme”.
Singkatnya, universitas-universitas AS, alih-alih menjunjung tinggi hak mahasiswanya untuk melakukan protes damai dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi wacana yang dilindungi Amandemen Pertama, malah menyerah pada tekanan dari donor kaya dan anggota kongres.
Mereka memilih untuk menindak demonstran mahasiswa.
(oln/cnn/almydn/*)