113 Mahasiswa Pro-Palestina Dibekuk Polisi, Iran Desak Washington Dengarkan Protes Bukan Membungkam
Ia menilai langkah AS tersebut adalah bentuk pembungkaman kebebasan bersuara dan berdemokrasi yang selama ini menjadi fondasi
Penulis: Bobby W
Editor: Tiara Shelavie
![113 Mahasiswa Pro-Palestina Dibekuk Polisi, Iran Desak Washington Dengarkan Protes Bukan Membungkam](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/demo-mahasiswa-dukung-palestina-meluas-di-kampus-elit-as_20240424_094041.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Tak hanya dikecam oleh dunia internasional, aksi Amerika Serikat yang terus mendukung langkah Israel untuk melakukan agresi militer di Palestina ikut menuai kecaman oleh warganya sendiri.
Berangnya warga AS akan pemerintahan Joe Biden in bisa dilihat dari deretan gelombang protes mahasiswa di beberapa universitas terkemuka di negeri Paman Sam.
Dalam beberapa hari terakhir ini, mahasiswa dari beberapa universitas gaek di Amerika melakukan demonstrasi menuntut dibebaskannya Palestina dari invasi Israel.
Aksi tersebut bisa dilihat dari gelombang protes di Harvard, New York University, Yale, Arizona State, dan California State Polytechnic University di Humboldt.
Protes terpanas sendiri terjadi di Columbia University yang berlangsung sejak 17 April lalu dengan aksi demonstrasi yang melumpuhkan kegiatan belajar mengajar di kampus tersebut.
Bahkan, aksi protes di Columbia University ini berujung pada penangkapan 113 mahasiswa oleh pihak berwajib pada Senin (22/4/2024) waktu setempat.
Panasnya situasi kampus-kampus di Amerika Serikat akibat gelombang protes pro-Palestina ini pun turut menjadi perhatian Iran.
Hal ini diutarakan oleh Jurubicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, pada Rabu (24/4/2024) waktu setempat.
Dikutip Tribunnews dari kantor berita pusat Iran (IRNA) Nasser mewakili pemerintah Iran mendesak AS untuk menjamin kebebasan berekspresi dan berkumpul bagi mahasiswa dan profesor universitas serta menghormati tuntutan dan hak-hak hukum mereka.
Desakan itu ia bagikan melalui unggahan di akun X-nya pada hari Rabu.
"Berita yang berkaitan dengan penindasan massal dan penangkapan mahasiswa dari universitas-universitas Amerika oleh polisi karena dukungan mereka terhadap rakyat Palestina adalah pelanggaran keras terhadap hak suara, kebebasan berekspresi, dan hak asasi manusia," buka Nasser.
Baca juga: Joe Biden Bungkam Mahasiswa AS Pro-Palestina, Tangkap 100 Demonstran Anti-Perang Israel
Ia menilai langkah AS tersebut adalah bentuk pembungkaman kebebasan bersuara dan berdemokrasi yang selama ini menjadi fondasi bagi negara Paman Sam.
"Aksi ini menyebabkan kekhawatiran di banyak kalangan untuk mengeluarkan opini publik di seluruh dunia," tulis Naser
"Adalah penting bagi pemerintah AS, untuk mematuhi kewajibannya terkait hak asasi manusia, hal ini diperlukan untuk menjamin kebebasan berekspresi dan berkumpul bagi mahasiswa dan profesor universitas serta menghormati tuntutan dan hak-hak hukum mereka," tambahnya.
"Dengan menciptakan atmosfer penyekapan dan membungkam para pengunjuk rasa, peran dukungan dan utama pemerintah Amerika bagi genosida terhadap rakyat Palestina oleh rezim Zionis tidak akan terhapus," katanya.
Reaksi Joe Biden terkait Penangkapan Mahasiswa AS Pro-Palestina
Menanggapi kontroversi penangkapan mahasiswa di Columbia University tersebut. Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, pun menggelar pertemuan dengan Anggota DPR Alexandria Ocasio-Cortez dan dua anggota parlemen liberal terkemuka lainnya yang menentang perang Israel di Jalur Gaza.
Joe Biden ditemani Senator Bernie Sanders dan Ed Markey ketika memasuki ruang Oval pada Selasa (23/4/2024) untuk membahas aspirasi dari rakyatnya di tengah gelombang protes mahasiswa AS.
"Saya sudah lama belajar untuk mendengarkan wanita itu," kata Joe Biden merujuk pada Ocasio-Cortez, yang bulan lalu mengkritik Joe Biden karena dukungannya terhadap genosida Israel di Gaza.
"Kami juga akan berbicara lebih banyak tentang belahan dunia lain," lanjutnya.
Pertemuan itu digelar setelah protes para mahasiswa di kampus-kampus AS, termasuk Yale, Columbia, New York dan universitas lain yang menolak dukungan AS untuk Israel.
Lebih dari 100 mahasiswa yang mengikuti demonstrasi tersebut ditangkap.
Mengkritik Israel Bukanlah Anti-Semitisme
Sebelumnya, Joe Biden mengatakan pemerintah AS harus melindungi komunitas Yahudi, merujuk pada gelombang demonstrasi diakhirinya agresi Israel di Jalur Gaza.
“Bahkan dalam beberapa hari terakhir, kita telah menyaksikan pelecehan dan seruan untuk melakukan kekerasan terhadap orang Yahudi. Anti-Semitisme yang terang-terangan ini tercela dan berbahaya, dan sama sekali tidak memiliki tempat di kampus universitas, atau di mana pun di negara kita,” katanya, Minggu (21/4/2024).
Sementara itu, pengorganisir mahasiswa Universitas Columbia menolak tuduhan anti-Semitisme yang dilontarkan Joe Biden.
"Beberapa pengorganisir (demonstran) adalah orang Yahudi," katanya, merujuk pada orang-orang Semit yang juga memprotes Israel, Selasa.
Orang Semit adalah kelompok etnis, budaya, atau ras yang terkait dengan masyarakat Timur Tengah, termasuk Arab, Yahudi, Akkadia, dan Fenisia.
Menurutnya, media AS dan Barat yang pro-Israel menggunakan istilah Semit untuk merujuk pada teroris (Israel) yang tidak mewakili orang-orang Yahudi.
Leah Salem, seorang mahasiswa tahun kedua di Universitas Barnard, mengatakan kepada Reuters bahwa dia adalah salah satu dari 15 mahasiswa Yahudi yang ditangkap di Columbia Park minggu lalu.
“Sangat jelas bagi kami bahwa orang-orang di luar tidak memahami arti dari kamp ini,” katanya.
(Tribunnews.com/Bobby Wiratama/Yunita Rahmayanti)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.