Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Petinggi Militer Israel Kompak Ajukan Resign Massal, Akui Tak Kuat Pikul Beban Berat Perang

Petinggi militer Israel dilaporkan tengah bersiap melakukan pengunduran diri massal karena merasa gagal menangkis serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Nuryanti
zoom-in Petinggi Militer Israel Kompak Ajukan Resign Massal, Akui Tak Kuat Pikul Beban Berat Perang
Times of Israel
Sejumlah petinggi militer Israel bersiap melakukan pengunduran diri massal. Menyusul Kepala intelijen militer pada Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Aharon Haliva yang telah lebih mengumumkan pamit dari kursi jabatannya. 

TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah petinggi militer Israel dilaporkan tengah bersiap melakukan pengunduran diri atau resign massal dari jabatannya.

Kabar ini mencuat usai surat kabar Israel Yedioth Ahronoth yang dilansir dari Al Mayadeen mengungkapkan bahwa komandan Komando Pusat pasukan pendudukan Israel, Mayor Jenderal Yehuda Fox akan mengundurkan diri pada Agustus mendatang.

Pengunduran diri ini disampaikan langsung oleh Yehuda Fox kepada Kepala Staf Angkatan Militer Israel, Herzi Halevi.

Sudah 3 tahun ia menjabat sebagai Komandan Komando Pusat Pasukan Pendudukan Israel.

Pengunduran diri atau resign massal kabarnya juga turut dilakukan para pemimpin Israel lainnya.

Di antaranya Kepala Staf Angkatan Bersenjata israel, Herzi Halevy dan wakilnya, Amir Baram.

Disusul komandan Divisi Gaza, Avi Rosenfeld, serta komandan Distrik Selatan, Yaron Finkelman.

Bos IDF Pamit Resign

Berita Rekomendasi

Sebelum isu pengunduran diri massal ini mencuat, Kepala intelijen militer pada Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Aharon Haliva telah lebih dulu mengumumkan pamit dari kursi jabatannya.

Lewat pernyataan resminya Haliva mengatakan bahwa pihaknya tak bisa menjalankan tugas negara dengan baik.

Alasan ini yang membuat Haliva terpukul dan menyalahkan diri sendiri karena gagal menjamin keamanan bagi penduduk Israel

"Saya menanggung rasa sakit akibat perang selamanya. Hari-hari saya kelam sejak saat itu, hari demi hari, malam demi malam," ujar Haliva dalam suratnya, dikutip dari Euro News.

Baca juga: Pejabat Militer Israel Membelot, Pilih Lakukan Resign Massal Ketimbang Berperang di Gaza

Keputusan ini menjadikan Haliva sebagai tokoh senior pertama di Israel yang mengundurkan diri terkait kegagalan mencegah serangan Hamas.

Beban Perang yang Berat Jadi Penyebab

Mengutip dari laman Al Mayadeen, pengunduran diri yang dilakukan Bos IDF lantaran pihaknya tak kuasa menahan beban perang yang telah merenggut 1.200 nyawa warga Israel serta 250 orang lainnya dinyatakan sebagai sandera perang.

Senada dengan Bos IDF, para petinggi Israel lainnya juga menjelaskan pengunduran diri dilakukan lantaran mereka sangat terpukul karena gagal menangkis serangan Hamas pada 7 Oktober.

Alasan ini yang membuat Yehuda dan para petinggi Israel melakukan resign massal setelah bertahun-tahun menjabat kursi kepemimpinan tertinggi di angkatan militer Israel.

Israel Krisis Pasukan

Banyaknya petinggi yang melakukan pengunduran diri massal, kini Israel terancam mengalami krisis pasukan.

Kondisi tersebut makin diperparah lantaran sebagian besar tentara cadangan dari batalion perang menolak perintah Perdana Menteri Benyamin Netanyahu untuk melanjutkan invasi melawan Hamas di jalur Gaza.

Tak sampai disitu, sejumlah pasukan dilaporkan kabur dari batalyon demi terhindar dari tugas perang melawan Hamas di jalur Gaza.

Akibat masalah ini brigade baru Israel terancam bubar.

Tidak dijelaskan secara spesifik mengenai alasan mengapa militer Israel kompak menolak perintah perang.

Namun menurut informasi yang dihimpun media lokal Channel 14, pengunduran diri mencerminkan adanya gangguan dalam Unit, akibat ketidaksepakatan antara mereka mengenai pendudukan di Rafah, Gaza, Palestina.

Imbasnya Israel kini menghadapi ancaman krisis, hal ini diperkuat dengan adanya pernyataan dari juru bicara IDF yang mengungkap bahwa pihaknya sangat membutuhkan 7.000 tentara tambahan.

Selain ribuan pasukan, IDF juga meminta tambahan 7.500 posisi untuk perwira dan bintara.

Jumlah tersebut melonjak dari target yang telah dijadwalkan, menandakan IDF mengalami krisis di Gaza selama hampir 150 hari perang.

(Tribunnews.com/ Namira Yunia)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas