Analis: Iran Mungkin Jadi Umpan Israel agar AS Restui Invasi di Rafah
Sejumlah analis mengatakan Iran mungkin hanya jadi umpan Israel agar AS merestui invasi di Rafah, terutama dengan tambahan dana 17 miliar dolar.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah analis internasional memberikan pandangan mereka mengenai dampak ketegangan Iran dan Israel terhadap agresi Israel di Jalur Gaza.
Memanasnya hubungan Iran dan Israel disebut untuk mengalihkan perhatian Amerika Serikat (AS) dari komitmennya untuk mengatasi krisis bantuan kemanusiaan yang dialami warga Palestina di Jalur Gaza.
Setelah Israel menyerang konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April lalu, Iran membalasnya dengan menyerang situs militer Israel pada Sabtu (13/4/2024).
Sekutu dekat Israel, AS, buru-buru menggelontorkan bantuan militer tambahan ke Israel untuk menghadapi ancaman Iran.
Mairav Zonszein, seorang analis International Crisis Group (ICG) yang berbasis di Tel Aviv, mengatakan serangan Iran mengalihkan perhatian dunia.
“Serangan Iran telah benar-benar mengalihkan perhatian dunia dari Gaza ke potensi perang regional,” katanya, merujuk pada potensi perang Iran dan Israel.
Serangannya Dibalas Iran, Israel Tunda Invasi ke Rafah
Sebelum memanasnya hubungan Iran dan Israel, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berencana melakukan serangan besar ke Rafah di Jalur Gaza selatan, yang dihuni 1,5 juta pengungsi Palestina.
Namun, Presiden AS Joe Biden menolak rencana Netanyahu karena berpotensi meningkatkan korban jiwa.
Netanyahu bersikeras untuk menginvasi Rafah, yang dianggap sebagai benteng terakhir gerakan Palestina, Hamas.
Rencana invasi itu ditunda setelah Iran meluncurkan serangan balasannya terhadap Israel pada 13 April 2024.
Baca juga: AS Kepanasan saat Iran Dekati Rusia, Korea Utara, Pakistan, dan Sri Lanka
"AS sedang sibuk dan mungkin memprioritaskan masalah Iran saat ini," kata Mairav Zonszein, analis Israel itu kepada The New Arab, Rabu (24/4/2024).
“Akibatnya, baik di Israel maupun di AS, fokus pada masalah kemanusiaan (di Gaza) dan sandera mulai terpinggirkan,” tambahnya.
Iran-Israel Hindari Perang
Setelah serangan balasan Iran, Netanyahu bersumpah untuk membalasnya.
Pada Jumat (19/4/2024), Israel diduga mengirim tiga drone kecil ke Isfahan, Iran, yang dianggap oleh Iran sebagai mainan anak-anak yang meledak di sana.
Kecilnya serangan kedua Israel tersebut, menurut Mairav Zonszein, menunjukkan bahwa Iran dan Israel tidak menginginkan perang.
"Tanggapan Israel diperlunak untuk mengakhiri eskalasi ini," katanya.
"Tapi pertanyaan sebenarnya adalah apa yang terjadi jika Israel menyerang sasaran-sasaran Iran di Suriah atau tempat lain? Tentu hal ini sudah rutin terjadi, namun kemarin Iran mengancam akan membalasnya dalam upaya mengubah aturan main," ujarnya.
Iran Hanya Beri Peringatan ke Israel
Sementara itu, Ali Vaez, analis Iran di ICG yang berbasis di Washington, mengatakan ketidakpastian aturan Iran dalam melawan Israel.
Ia mengatakan Iran selama ini melawan Israel melalui proksi-proksinya yang di Suriah, Lebanon, Irak, Yaman, Palestina dikoordinasi oleh Pasukan Quds Iran.
"Namun, serangan Israel pada 1 April di Damaskus menewaskan tiga komandan tertinggi Iran, ini adalah garis merah yang tidak bisa diabaikan oleh Iran," kata Ali Vaez, Rabu, dikutip dari Sputnik.
"Dalam serangan balasan Iran pada 13 April, Iran ingin memberi sinyal ke Israel bahwa aturan sebelumnya tidak lagi berlaku," lanjutnya, merujuk pada pembunuhan Israel terhadap militer Iran di masa lalu yang tidak menimbulkan respon sebesar ini.
Hal ini ditunjukkan dari ancaman Hossein Salami, komandan pasukan elit militer Iran, Korps Garda Revolusi (IRGC), yang mengatakan Iran akan membalas langsung setiap agresi di wilayahnya.
Namun, serangan drone kecil pada 19 April di Isfahan tidak ditanggapi serius oleh Iran dan tidak mengaitkannya dengan Israel, sehingga Iran tidak perlu membalas.
AS Panik, Kirim Bantuan 17 Miliar Dolar ke Israel
AS telah menyetujui miliaran dolar untuk Israel setelah serangan balasan Iran pada 13 April karena khawatir akan perang regional besar-besaran yang dapat menghancurkan Israel.
Sehari setelah serangan itu, 90 anggota parlemen Kongres mendesak Ketua DPR Mike Johnson untuk segera mengajukan rancangan undang-undang pendanaan asing yang mencakup bantuan sebesar $14 miliar kepada Israel.
“Serangan Iran menunjukkan kepada kita mengapa bantuan kita kepada Israel sangat penting,” tulis Perwakilan Partai Demokrat dari Florida, Lois Frankel, di akun media sosial X.
Pada Sabtu (20/4/2024), Kongres AS menyetujui 17 miliar dolar untuk membantu pertahanan Israel.
Dari 17 miliar dolar, para analis memperkirakan hanya 2 miliar dolar yang mungkin dialokasikan untuk membantu warga Palestina yang menghadapi agresi Israel.
Israel Segera Menginvasi Rafah
Analis lainnya, Raz Zimmt, seorang peneliti di Institut Studi Keamanan Nasional (INSS) yang berbasis di Tel Aviv, mengatakan jika terjadi perang Iran-Israel maka Israel bisa kewalahan untuk menghancurkan Hamas di Gaza.
Namun, jika ketegangan Iran-Israel mereda maka Israel bisa melanjutkan invasinya ke Rafah.
Sementara dana bantuan dari AS kemungkinan bisa digunakan untuk mendanai invasi tersebut.
Menurut dua pemantau perang Gaza, Proyek Ancaman Kritis (CTP) dan Institut Studi Perang (ISW), para pejabat AS dan Israel pada Kamis (18/4/2024) mengadakan pertemuan virtual untuk membahas kemungkinan operasi militer Israel di Rafah.
AS dilaporkan setuju dengan beberapa taktik Israel untuk menginvasi Rafah melalui beberapa tahap, meski AS skeptis soal rencana Israel memindahkan 1,5 juta warga Palestina dari Rafah.
Para analis tersebut berpendapat, seiring dengan berkurangnya ketegangan Israel dengan Iran, perhatian global bisa teralihkan dari agresi Israel di Jalur Gaza dalam waktu lama.
Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 34.151 jiwa dan 77.084 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (24/4/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Iran VS Israel