Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Panglima Perang Israel Segera Mundur, Resign Massal Petinggi Militer IDF Saat Tak Jua Menang Perang

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Herzi Halevi dilaporkan segera mengundurkan diri dalam waktu dekat.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Panglima Perang Israel Segera Mundur, Resign Massal Petinggi Militer IDF Saat Tak Jua Menang Perang
IDF
Panglima Israel Herzi Halevi terlihat pada 13 Februari 2024. Dia laporkan segera mundur seiring bergulirnya penyidikan internal militer Israel terkait kegagalan meredam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. 

Panglima Perang Israel Segera Mundur, Resign Massal Petinggi Militer IDF Saat Tak Jua Menang Perang

TRIBUNNEWS.COM - Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Herzi Halevi dilaporkan segera "mengundurkan diri dalam waktu dekat," media lokal melaporkan pada Sabtu (27/4/2024) dikutip Anadolu.

Laporan ini menyusul prediksi bakal mundurnya banyak petinggi militer IDF di tengah Perang Gaza yang belum dimenangkan.

Baca juga: Mundurnya Kepala Intelijen IDF Picu Resign Massal Petinggi Militer Israel di Tengah Perang Gaza

Pengunduran diri petinggi militer Israel sudah dimulai oleh Kepala Badan Intelijen Militer IDF Mayjen Aharon Haliva.

Resign massal petinggi IDF ini dilaporkan dipicu oleh penyidikan kegagalan IDF membaca dan mengantisipasi serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 bertajuk Banjjir Al-Aqsa.

"Setelah kepala intelijen militer negara itu, Mayjen Aharon Haliva, mengundurkan diri pada hari Senin, menjadi jelas bahwa semua perwira yang bertanggung jawab karena gagal memprediksi serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023 akan mundur, dimulai dengan Kepala Intelijen militer," kata laporan Channel 12 Israel.

Ramai-Ramai Cari Pengacara

Laporan menambahkan, banyak perwira tinggi IDF telah mencari perwakilan hukum “dalam persiapan untuk penyelidikan perang.”

Berita Rekomendasi

Laporan tersebut mengklaim, Haliva telah menulis surat pengunduran dirinya kepada Kepala Staf setelah menerima nasihat hukum "dengan asumsi bahwa semua pernyataannya juga akan disampaikan kepada komite investigasi ketika komite tersebut dibentuk."

"Haliva adalah komandan pertama dari serangkaian komandan yang “akan dipaksa pensiun dalam waktu dekat,” ungkap laporan tersebut.

Laporan juga menyebutkan beberapa perwira lainnya yang akan dipaksa mundur, termasuk Kepala badan keamanan dalam negeri Shin Bet Ronen Bar.

"Kekhawatiran meningkat mengenai dampak penggantian Halevi terhadap sistem keamanan dan politik," tambah saluran tersebut.

Panglima militer Israel yang baru, Herzi Halevi, menghadiri upacara pengawal kehormatan di Kementerian Pertahanan Israel di kota Mediterania Tel Aviv, pada 16 Januari 2023. Halevi ditunjuk sebagai kepala staf militer baru Israel dalam sebuah upacara yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Panglima militer Israel, Herzi Halevi, menghadiri upacara pengawal kehormatan di Kementerian Pertahanan Israel di kota Mediterania Tel Aviv, pada 16 Januari 2023. Halevi ditunjuk sebagai kepala staf militer baru Israel dalam sebuah upacara yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. (GIL COHEN-MAGEN / AFP)

Kemampuan Calon Pengganti Dipertanyakan

Kekhawatiran proses penggantian petinggi militer IDF ini merujuk pada kredibilitas dan kemampuan sosok yang digadang-gadang sebagai pengganti para perwira yang mundur tersebut.

"Dikatakan bahwa banyak komandan yang pernah dipandang sebagai calon penerus, termasuk Mayjen Yaron Finkelman dan Mayjen Eliezer Toledano, kini “dipandang sebagai bagian dari kegagalan,” tulis laporan tersebut.

Kalangan politik Israel kini mengharapkan Mayjen Eyal Zamir, direktur jenderal Kementerian Pertahanan, untuk menggantikan Herzi Halevi, menurut sumber tersebut.

Israel telah melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina, Hamas, pada 7 Oktober, yang menurut Tel Aviv menewaskan kurang dari 1.200 orang.

Hampir 34.400 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 77.400 orang terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

Beban Perang yang Berat

Nama lain yang muncul dalam daftar 'resign massal' di kalangan petinggi militer IDF adalah Komando Pusat pasukan pendudukan Israel, Mayor Jenderal Yehuda Fox.

Di disebut-sebut akan mengundurkan diri pada Agustus mendatang.

Mengutip dari laman Al Mayadeen, pengunduran diri yang dilakukan Bos IDF lantaran pihaknya tak kuasa menahan beban perang yang telah merenggut 1.200 nyawa warga Israel serta 250 orang lainnya dinyatakan sebagai sandera perang.

Senada dengan Bos IDF, para petinggi Israel lainnya juga menjelaskan pengunduran diri dilakukan lantaran mereka sangat terpukul karena gagal menangkis serangan Hamas pada 7 Oktober.

Alasan ini yang membuat Yehuda dan para petinggi Israel melakukan resign massal setelah bertahun-tahun menjabat kursi kepemimpinan tertinggi di angkatan militer Israel.

Khusus untuk Yehuda Fox, kabar lain menyiratkan, dia berniat mundur dari posisinya sekarang untuk mengisi jabatan yang lebih tinggi, termasuk posisi Herzi Halevi yang dirumorkan segera lowong.

Israel Krisis Pasukan

Banyaknya petinggi yang melakukan pengunduran diri massal, kini Israel terancam mengalami krisis pasukan.

Kondisi tersebut makin diperparah lantaran sebagian besar tentara cadangan dari batalion perang menolak perintah Perdana Menteri Benyamin Netanyahu untuk melanjutkan invasi melawan Hamas di jalur Gaza.

Tak sampai disitu, sejumlah pasukan dilaporkan kabur dari batalyon demi terhindar dari tugas perang melawan Hamas di jalur Gaza.

Akibat masalah ini brigade baru Israel terancam bubar.

Tidak dijelaskan secara spesifik mengenai alasan mengapa militer Israel kompak menolak perintah perang.

Namun menurut informasi yang dihimpun media lokal Channel 14, pengunduran diri mencerminkan adanya gangguan dalam Unit, akibat ketidaksepakatan antara mereka mengenai pendudukan di Rafah, Gaza, Palestina.

Imbasnya Israel kini menghadapi ancaman krisis, hal ini diperkuat dengan adanya pernyataan dari juru bicara IDF yang mengungkap bahwa pihaknya sangat membutuhkan 7.000 tentara tambahan.

Selain ribuan pasukan, IDF juga meminta tambahan 7.500 posisi untuk perwira dan bintara.

Jumlah tersebut melonjak dari target yang telah dijadwalkan, menandakan IDF mengalami krisis di Gaza selama hampir 150 hari perang.

(oln/anadolu/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas