Minta Pemerintah Israel Diganti, Pengunjuk Rasa Geruduk Rumah Menteri Kabinet Perang Benny Gantz
Sejumlah pengunjuk rasa menyerbu kediaman Benny Gantz, salah satu menteri dalam kabinet perang Israel, pada hari Sabtu, (26/4/2024).
Penulis: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah pengunjuk rasa menyerbu kediaman Benny Gantz, salah satu menteri dalam kabinet perang Israel, pada hari Sabtu, (26/4/2024).
Di rumah Gantz yang berlokasi di Kota Rosh Ha'ayin, pengunjuk rasa meminta pemerintah Israel diganti.
Di antara para pengunjuk rasa itu ada keluarga warga Israel yang disandera Hamas sejak 7 Oktober 2023.
Dikutip dari Egypt Today, mereka membantangkan tulisan yang terbaca "Jika tidak ada kesepakatan [tentang senjata], mundurlah dari pemerintahan".
Para pengunjuk rasa dilaporkan menyalakan api unggun dan suar.
The Times of Israel melaporkan ada dua orang yang ditangkap polisi dalam aksi demonstrasi itu. Keduanya dituding menganggu ketertiban masyarakat.
Salah satunya ditangkap setelah menyerang polisi. Adapun yang satunya ditangkap setelah berusaha menerobos palang keamanan.
Aksi protes itu muncul saat utusan Mesir tiba di Tel Aviv, Israel, untuk membahas usulan gencatan senjata dan pertukaran sandera.
Menurut laporan media yang mengutip pernyataan pejabat, utusan Mesir ingin melakukan pembicaraan mengenai gencatan senjata di antara Hamas dan Israel.
Diskusi antara utusan Mesir dan Israel berfokus pada kemungkinan pertukaran sandera yang ditahan Hamas dengan warga Palestina yang ditahan Israel.
Utusan Mesir itu juga membahas kembalinya para pengungsi Palestina ke Gaza bagian utara.
Baca juga: Pejabat Israel Tuding Netanyahu Jadi Biang Kerok Gencatan Senjata di Gaza Tak Kunjung Tercapai
Pembicaraan itu diharapkan bisa berlanjut guna mencapai tujuannya, yakni mengakhiri perang di Gaza.
Netanyahu dituding halangi gencatan senjata
Seorang pejabat Israel menuding Perdana Menteri Netanyahu sengaja menghalangi kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas di Jaluar Gaza.
"Netanyahu sama sekali tak menginginkan kesepakatan, dia menciptakan kesukaran dan membawa halangan," kata pejabat itu kepada lembaga penyiaran Israel, KAN, pada hari Jumat, (26/4/2024), dikutip dari Palestine Chronicle.
Menurut pejabat tersebut, kesepakatan gencatan senjata sebenarnya bisa dicapai hanya dalam beberapa hari.
Namun, Netanyahu meminta adanya tinjauan tentang kesepakatan itu secara komprehesif. Hal itu bertentangan dengan tawaran dari Mesir sebagai pihak penengah.
Dikutip dari Anadolu Agency, kantor Netanyahu hingga kini belum buka suara tentang tudingan itu.
Pada hari Jumat seorang utusan Mesir telah tiba di Tel Aviv untuk membahas kemungkinan gencatan senjata
Al Qahera melaporkan bahwa ada perkembangan signifikan dan pembicaraan gencatan senjata.
Sementara itu, KAN mengatakan utusan Mesir tersebut meyakini bahwa saat ini adalah kesempatan terakhir untuk mengembalikan sandera dari Gaza.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan ada upaya baru dari Qatar dan Mesir yang tengah dilakukan guna mewujudkan kesepakatan antara Hamas dan Israel.
Baca juga: Video Perang Israel-Hamas: Menteri Israel Kecelakaan Mobil - Hamas Bicara soal Gencatan Senjata
Sullivan berujar ada momentum baru dalam pembicaraan itu mengenai kesepakatan pertukaran tahanan. Namun, dia tidak mengungkapkan rinciannya.
Di sisi lain, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich dilaporkan mengancam akan mengundurkan diri jika tawaran Mesir diterima oleh Netanyahu.
Adapun Hamas pada hari Sabtu mengaku sudah menerima tanggapan resmi Israel mengenai usulan gencatan senjata yang disampaikan kepada Mesir dan Qatar pada tanggal 13 April.
"Hamas sudah menerima tanggapan resmi Israel atas usulan Hamas yang disampaikan kepada penengah, yakni Mesir dan Qatar," kata Khalil Al-Hayya, wakil kepala Hamas di Gaza, dalam pernyataannya.
"Hamas akan mempelajari usulan ini, dan setelah lengkap, akan menyampaikan tanggapannya kepada mediator."
(Tribunnews/Febri)