Prajurit Kiev: Tak Ada yang Sudi Gabung Pasukan Ukraina, Banyak yang Kabur Lewat Sungai & Tenggelam
Seorang tentara Ukraina yang berdinas di Batalion Azov mengklaim tidak ada yang sudi bergabung dengan pasukan Ukraina.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Seorang tentara Ukraina yang berdinas di Batalion Azov mengklaim tidak ada yang sudi bergabung dengan pasukan Ukraina.
Tentara yang dilaporkan bernama Nico itu mengungkapkan situasi pelik yang kini dihadapi Ukraina.
Dia menyebut ada banyak warga Ukraina yang menghindari wajib militer.
“Sekarang tak ada yang bersedia bergabung dengan Angkatan Bersenjata Ukraina,” ujar Nico kepada media setempat, dikutip dari Sputnik News.
Nico mengaku harus tetap bertempur meski sudah kehilangan satu kakinya di medan perang. Kata dia, tidak ada personel lain yang menggantikannya.
Dalam beberapa bulan terakhir Ukraina memang kekurangan personel militer.
Para tentara negara di Eropa Timur itu mulai letih karena tidak dirotasi. Kedisiplinan mereka berkurang sehingga efektivitas pasukan turut menurun.
Di sisi lain, Rusia justru sedang di atas angin. Pasukan Rusia berhasil menguasai satu desa di Republik Rakyat Donetsk dengan mudah, hampir tanpa perlawanan.
Nico kembali menegaskan tidak ada satu pun yang rela berjuang di garis depan pertempuran.
Bahkan, beberapa pekan belakangan muncul kabar sejumlah pasukan Ukraina menolak menerima perintah dari panglima tertinggi Ukraina yang baru, Oleksandr Syrsky.
Syrsky kurang disukai dibandingkan dengan panglima sebelumnya, yakni Valerii Zaluzhny.
Baca juga: Putin Pamer Sejumlah Kendaraan Lapis Baja Inggris dan AS yang Berhasil Direbut dari Ukraina
Nico mengklaim warga Ukraina yang sudah memenuhi umur wajib militer relah melakukan segalanya agar bisa menghindari wajib militer.
“Termasuk berenang menyeberangi Sungai Tisza dan menenggelamkan diri di sana,” kata Nico.
Sekitar 22 warga Ukraina dilaporkan tewas saat mencoba menyerangi Sungai Tisza yang menjadi batas antara Ukraina dan Romania.
Seorang komandan senior Ukraina beberapa waktu lalu mengkritik warga Ukraina yang menunjukkan simpatinya untuk para penolak wajib militer.
“Sayangnya beberapa warga negara kita tak lagi sadar bahwa tindakan serta pernyataan terang-terangan mereka telah berubah jadi senjata kuat di tangan musuh,” kata komandan itu.
Dia turut mengecam para blogger yang mendukung penolakan wajib militer.
Rusia kuasai Desa Semyonovka
Pasukan Rusia kini menguasai Desa Semyonovka di Republik Rakyat Donetsk.
“Satuan Tempur Tsentr, sebagai hasil dari operasi aktif, telah membebaskan pemukiman Semyonovka di Republik Rakyat Donetsk,” kata Kementerian Pertahanan Rusia, Senin (29/4/2024).
Jatuhnya desa ini memungkinkan pasukan Rusia untuk mengepung pasukan Ukraina di sekitar Desa Berdychi.
Di sepanjang poros Tonenkoye-Orlovka-Semyonovka-Berdychi, pasukan Ukraina beruapa membangun garis pertahanan setelah Kota Avdiivka jatuh ke tangan Rusia.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-797: Rudal Balistik Rusia Hajar Odessa, Situs Warisan Budaya Terbakar
Satuan Tempur Tsentr turut mengalahkan formasi infantri ke-168, ke-23, dan brigade infantri lapis baja ke-115 di Angkatan Bersenjata Ukraina.
Dalam satu hari, pasukan Rusia juga dilaporkan memukul mundur sepuluh serangan balik Ukraina yang dilancarkan oleh brigade infantri lapis baja ke-24 dan ke-100, infatri ke-142, satuan serang ke-98, dan lainnya.
Di sisi lain, pasukan Ukraina dilaporkan kehilangan 395 tentara di dekat pemukiman Krasnohorovka dan Kostyanynivka dalam 24 jam.
“Musuh kehilangan 395 personel militer, 3 tank, 4 kendaraan tempur lapis baja, dua mobil, satu howitzer M198 buatan AS, meriam D-30, serta sistem elektronik antipesawat nirawak.
(Tribunnews/Febri)