Pilih Gunakan Cara Teroris, Israel Dituding Terlalu Pengecut untuk Lawan Iran dengan Kekuatan Penuh
Kelompol Houthi atau Ansarallah di Yaman menyebut Israel terlalu pengecut untuk melawan Iran dengan kekuatan penuh.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Kelompol Houthi atau Ansarallah di Yaman menyebut Israel terlalu pengecut untuk melawan Iran dengan kekuatan penuh.
Wakil Kepala Urusan Media Houthi, Nasr Al-Din Amer, mengatakan serangan Iran ke Israel beberapa waktu lalu berjalan dengan efektif.
"Serangan itu memiliki dampak besar terhadap jalannya peristiwa dan menghancurkan martabat Israel," kata Amer saat diwawancarai Russia Today.
"Serangan Iran efektif, kuat, dan bernilai sejarah."
Amer menyebut Iran punya hak untuk mempertahankan diri. Serangan Iran ke Israel dilancarkan setelah Israel menyerang Kedutaan Besar Iran di Damaskus, Suriah.
"Langkah ini menujukkan dukungan kuat Teheran terhadap rakyat Palestina yang ditindas."
Kemudian, Amer ditanya mengenai kemungkinan Israel akan kembali menyerang Iran dan kemungkian terjadinya perang berskala besar di antara keduanya.
"Saat ini Israel adalah penjahat dan entitas politik agresif yang memilih metode teroris. Saat ini Israel terlalu pengecut untuk membalas republik Islam itu (Iran) dengan kekuatan penuh. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan," jawabnya.
Dalam wawancara itu Amer turut mengungkapkan tujuan operasi militer Houthi di Laut Merah, yakni kemerdekaan Palestina dan kemanan Yaman adalah tujuan utama Houthi.
Selama sepekan terakhir Houthi kembali menyerang kapa-kapal Israel dan Amerika Serikat (AS) yang melewati Laut Merah.
Serangan itu disebut menimbulkan kerugian ekonomi dan merusak citra AS dan sekutunya.
Baca juga: POLITICO: Israel Berniat Pindahkan 1,2 Juta Warga Palestina dari Rafah ke Garis Pantai Gaza
Karena tak bisa menggertak Houthi dengan serangan, AS memilih menggunakan cara lain, yakni mengiming-imingi akan mencabut blokade terhadap ibu kota Yaman, Sanaa, dan Pelabuhan Hodeiah jika Houthi bersedia menghentikan serangan.
"Operasi kami memiliki dua tujuan. Yang pertama ialah mendukung warga Palestina yang ditindas dengan cara menghalangi kapal atau perahu Israel yang menuju ke pelabuhan-pelabuhan Palestina yang diduduki,"
"Tujuan yang kedua ialah membalas agresi AS dan Inggris terhadap negara kami."