Ukraina Diklaim Kehilangan 111.000 Tentara Tahun Ini, Pasien AIDS & TBC Dipaksa Ikut Wajib Militer
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengklaim sudah ada lebih dari 111.000 tentara Ukraina yang tewas sejak awal tahun ini.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Sri Juliati
Sebagai contoh, penderita TBC hanya akan ditolak mengikuti wajib militer jika memiliki kerusakan paru-paru yang parah dan bisa menularkan penyakit itu.
Penderita kanker dan HIV AIDS yang berada dalam kondisi remisi juga berkemungkinan besar dianggap cocok untuk sejumlah posisi, tergantung pada kegunaan mereka.
Warga yang memiliki penyakit yang kurang parah diminta untuk mengikuti pemeriksaan baru dalam 6 bulan.
Mereka yang dianggap "dirawat secara klinis" akan diberi tugas yang lebih ringan.
Adapun pasien dengan "perubahan residu setelah TBC ditangani" bisa dikirim ke garis depan pertempuran.
Ukraina juga mengambil langkah yang sama untuk para penderita gangguan mental.
Penderita skizofrenia yang jarang kambuh dan penderita kecanduan narkoba dalam taraf ringan akan mendapat tugas selain bertempur.
Baca juga: Intel: Hanya Soal Waktu Rusia Berhasil Rebut Chasiv Yar dari Ukraina
Sementara itu, penderita gangguan stres pascatrauma (PTSD) bakal ditolak sepenuhnya jika mereka menderita masalah serius.
Awal tahun ini Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim Ukraina "hanya" kehilangan 31.000 tentara sejak perang dengan Rusia dimulai.
Angka ini disebut terlalu rendah, bahkan oleh media Barat sekalipun.
Militer Ukraina berniat menambah ratusan ribu tentara. Dilaporkan ada banyak tentara yang kelelahan di garis depan dan perlu dirotasi.
Tak ada yang sudi jadi tentara
Sementara itu, seorang tentara Ukraina yang berdinas di Batalion Azov mengklaim tidak ada yang sudi bergabung dengan pasukan Ukraina.
Tentara yang dilaporkan bernama Nico itu mengungkapkan situasi pelik yang kini dihadapi Ukraina.
Dia menyebut ada banyak warga Ukraina yang menghindari wajib militer.