4 Mortir 2 Roket Serang Israel, IDF Cium Persembunyian Hamas di Rafah: Kami Akan Terus Beroperasi
Tentara Israel mengklaim telah menemukan tempat persembunyian militan Hamas di Rafah.
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Suci BangunDS
Sebelumnya dilaporkan bahwa setidaknya 12 orang tewas dalam tiga serangan terpisah di Rafah, ketika militer Israel mengintensifkan serangannya terhadap kota di Gaza selatan.
Wafa juga melaporkan bahwa tiga orang tewas dalam serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di lingkungan al-Sabra di selatan Kota Gaza, sementara satu orang lainnya tewas ketika bom Israel menghantam sebuah rumah di kamp pengungsi al-Shati di sebelah barat Kota Gaza.
Israel Serang Rafah usai Hamas Sepakat untuk Gencatan Senjata
Militer Israel mengatakan telah melakukan “serangan yang ditargetkan” terhadap milisi Palestina Hamas di Rafah bagian timur, setelah mendesak warga sipil untuk evakuasi.
Sebagai balasan, kelompok milisi di Gaza menembakkan roket ke Israel selatan.
Operasi militer Israel dimulai setelah Hamas menerima perjanjian gencatan senjata, yang kemudian ditolak oleh Israel karena dianggap “jauh dari memenuhi tuntutan Israel”.
Belum jelas apa yang disetujui Hamas, namun usulan tersebut diperkirakan mencakup pembebasan warga Israel yang disandera Hamas dan pemulangan warga Palestina ke Gaza.
Sebelumnya, Israel telah mendesak 100.000 warga Palestina untuk meninggalkan Rafah timur sebelum operasi militer “terbatas” dilakukan.
Militer Israel mengatakan ini bukan evakuasi skala besar dan pengungsi akan diarahkan ke kota-kota tenda di Khan Younis dan al-Mawasi.
Perang dimulai ketika pejuang Hamas menyerbu Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 252 orang, menurut penghitungan Israel.
Lebih dari 34.700 orang telah terbunuh di Gaza sejak itu, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas
Berikut ini adalah yang kami ketahui tentang serangan terbaru Israel terhadap Gaza.
‘Serangan yang ditargetkan’ di Rafah usai Hamas setujui kesepakatan.
Pasukan pertahanan Israel (IDF) mengumumkan mereka melakukan serangan di Rafah pada Senin (06/05) malam waktu setempat. “Serangan yang ditargetkan” itu menyasar Hamas di Rafah timur, kata IDF.
Kantor berita Associated Press mengatakan, tank-tank Israel terlihat menuju Rafah, pada rute yang sangat dekat dengan perbatasan Gaza dan Mesir – namun BBC tidak dapat memverifikasi hal ini secara independen.
Gambar-gambar suar yang menerangi langit kota Gaza pada Senin, yang dikirim ke BBC oleh seorang petugas medis Palestina, mungkin menunjukkan keterlibatan pasukan darat dalam serangan tersebut – karena suar sering digunakan untuk penerangan dan penandaan sasaran.
Serangan itu terjadi tak lama setelah Hamas mengatakan mereka menerima usulan yang ditawarkan Qatar dan Mesir – yang memediasi Hamas dan Israel – terkait gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera dengan Israel.
Dasar dari kesepakatan tersebut adalah jeda pertempuran selama beberapa pekan dan pembebasan sejumlah sandera yang ditahan oleh Hamas.
Sementara serangan terus berlanjut di Rafah pada Senin malam, Israel mengatakan pihaknya berencana mengirim delegasi untuk merundingkan perjanjian gencatan senjata lebih lanjut setelah mengatakan bahwa perjanjian yang disepakati Hamas sebelumnya "jauh dari memenuhi tuntutan Israel".
Serangan balik Pejuang Palestina
Tak lama, sirene berbunyi di Israel bagian selatan. Itu adalah sistem peringatan untuk serangan roket yang ditembakkan ke negara tersebut, yang diandalkan oleh jutaan warga Israel setiap hari.
Sejumlah foto-foto menunjukkan sistem pertahanan Iron Dome mencegat rudal yang menuju Israel.
Jihad Islam Palestina mengatakan para pejuangnya telah meluncurkan roket dari Gaza menuju Israel selatan sebagai balasan atas serangan udara Israel di wilayah Palestina.
“Kami telah menargetkan Sderot, Nir Am, dan permukiman di wilayah selubung Gaza dengan serangan roket,” katanya dalam sebuah pernyataan, yang diterjemahkan oleh kantor berita AFP.
"Selubung Gaza" mengacu pada zona Israel selatan yang dekat dengan Gaza.
Jihad Islam Palestina adalah kelompok milisi terbesar kedua di Gaza dan – seperti Hamas – dikategorikan sebagai organisasi teroris terlarang di Inggris dan negara-negara lain.
Baca juga: Kemenristek Iran Siap Berikan Beasiswa bagi Mahasiswa yang Kena DO karena Ikut Demo Pro-Palestina
Israel lanjutkan perintah evakuasi
Seiring dengan serangan yang terus berlanjut di Rafah, pasukan Israel telah meminta warga Palestina untuk meninggalkan kota tersebut.
Pada saat jumpa pers, juru bicara IDF Daniel Hagari bilang: “Malam ini, kami juga menyerukan kepada mereka yang tinggal di wilayah tertentu yang telah kami komunikasikan dan jelaskan melalui segala cara – radio, media, internet, dan selebaran” di Rafah timur untuk pergi.
Israel telah mendesak sekitar 100.000 orang di bagian timur Rafah, di bagian selatan Gaza, untuk pindah ke wilayah kemanusiaan yang diperluas di wilayah al-Mawasi dan Khan Younis – sekitar 10 km ke utara Rafah.
Israel menggambarkan tindakan tersebut sebagai evakuasi warga sipil “terbatas dan sementara” dari beberapa bagian kota Rafah, yang populasinya bertambah menjadi 1,4 juta orang – dan banyak warga Gaza mencari perlindungan di sana.
Peta terbaru di bawah ini menunjukkan lokasi wilayah-wilayah tersebut di Jalur Gaza, termasuk zona kemanusiaan al-Mawasi, wilayah kemanusiaan yang diperluas, dan zona evakuasi.
'Saya khawatir hari ini akan tiba'
Pengungsi Palestina di Rafah mengungkapkan reaksi mereka terhadap seruan Israel untuk mengevakuasi bagian timur kota tersebut.
Abu Ahmed menanyakan perintah evakuasi Israel, sebab menurutnya, Rafah adalah daerah yang paling aman bagi dirinya dan keluarganya.
“Hari ini, mereka menyuruh kami keluar dari Rafah. Ke mana orang-orang akan pergi? Haruskah mereka pergi ke laut? Ke mana orang-orang akan pergi setelah mereka memberi tahu kami bahwa ini adalah daerah yang aman," ujarnya.
Seorang perempuan Palestina, Aminah Adwan, bercerita dia mendapati perintah evakuasi itu di pagi hari, ketika hujan deras turun dan menggenangi tendanya.
“Kami bangun di pagi hari dan mendapati hujan deras, kami tergenang dalam hujan, pakaian dan barang-barang kami juga -- kami berada di jalanan. Kami juga mendapat berita yang jauh lebih buruk, seruan untuk mengevakuasi Rafah,” ujar Aminah Adwan.
“Saat ini hujan deras dan kami tak tahu harus pergi ke mana. Saya selalu khawatir hari ini akan tiba, saya sekarang harus mencari tahu ke mana saya bisa membawa keluarga saya,” ujar Abu Raed, salah satu pengungsi di Rafah.
Apa kesepakatan yang disetujui Hamas?
Wakil pemimpin Hamas di Gaza mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa persyaratan gencatan senjata yang disetujui pada Senin (06/05) mencakup pertukaran tahanan Israel-Palestina dalam tiga tahap.
BBC belum bisa memverifikasi informasi tersebut secara independen saat ini, namun berikut rinciannya:
Fase pertama: Akan mencakup periode gencatan senjata selama 42 hari, Hamas akan membebaskan 33 sandera sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.
Hal ini juga akan melibatkan penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza dan memungkinkan warga Palestina untuk bergerak bebas dari selatan ke utara.
Fase kedua: Melibatkan periode gencatan senjata selama 42 hari, “ketenangan berkelanjutan” akan dipulihkan di Gaza dan pasukan Israel akan ditarik sepenuhnya.
Hamas juga diperkirakan akan membebaskan tentara cadangan Israel dan beberapa tentara yang disandera sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina dari penjara.
Frase ketiga: Pertukaran jenazah akan selesai dan dimulainya rekonstruksi sesuai dengan rencana yang diawasi oleh Qatar, Mesir dan PBB.
Hal ini juga akan mengakhiri blokade penuh Jalur Gaza.
Seperti yang telah kami laporkan, rincian pasti dari proposal yang disetujui oleh Hamas masih belum jelas dan Netanyahu dari Israel mengatakan bahwa perjanjian tersebut "jauh dari memenuhi tuntutan Israel", dan menambahkan bahwa ia akan mengirim tim ke Kairo untuk melakukan negosiasi lebih lanjut.
(Tribunnews.com/Chrysnha, Bahrir)