4 Mortir 2 Roket Serang Israel, IDF Cium Persembunyian Hamas di Rafah: Kami Akan Terus Beroperasi
Tentara Israel mengklaim telah menemukan tempat persembunyian militan Hamas di Rafah.
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Tentara Israel mengklaim telah menemukan tempat persembunyian militan Hamas.
Klaim tersebut, untuk membuktikan lokasi Hamas benar adanya berada di Rafah, sesuai dengan operasi tank yang kini telah masuk di perbatasan Rafah-Mesir.
Bukti persembunyian Hamas disebut IDF terdeteksi dari 4 buah mortir yang diluncurkan dari kawasan Rafah menuju Israel.
Hal ini menyusul bunyi sirine di kawasan Kerem Shalom.
Selain mortir, IDF menyebut dua roket juga menyasar wilayah Israel, teridentifikasi dari kawasan Rafah.
IDF semakin meyakini, Hamas berada di wilayah Rafah untuk melakukan teror kepada Israel.
Seiring dengan hal itu, Israel tak tinggal diam dan dengan tegas terus melakukan operasi di Rafah.
Sekaligus sebagai dalih untuk melindungi warga sipil Israel dari ancaman.
Demikian diunggah oleh akun X (Twitter) IDF pada Selasa (7/5/2024) malam WIB, berikut terjemahannya:
"4 buah mortir diluncurkan dari kawasan Rafah menuju wilayah Israel, menyusul sirene yang berbunyi di kawasan Kerem Shalom.
2 peluncuran roket tambahan juga teridentifikasi dari kawasan Rafah menuju wilayah Israel.
Baca juga: Update Israel Serang Rafah, Operasi Militer Tank Masuk Pekarangan Rumah Buru Militan Hamas
Peluncuran ini merupakan bukti lebih lanjut eksploitasi sistematis Hamas di wilayah Rafah untuk tujuan teroris. Kami akan terus beroperasi dan menghilangkan setiap ancaman terhadap warga sipil Israel."
Tank Masuki Rafah
Satu brigade tank Israel telah menguasai Jalur Gaza di perbatasan Rafah dengan Mesir sebagai upaya militer IDF melakukan agresi serangan Rafah.
Hal ini bahkan terjadi saat perundingan gencatan senjata Israel dan Hamas berlangsung dimediasi oleh beberapa negara Timur Tengah.
Brigade 401 Israel memasuki penyeberangan Rafah pada Selasa (7/5/2024) sore.
Demikian diupdate oleh akun X (Twitter) IDF berikut menunjukkan video detik-detik operasi tank Israel masuk perbatasan Rafah-Mesir.
IDF dalam unggahannya juga meminta warga untuk segera mengungsi sebelum dimulainya serangan besar-besaran di wilayah tersebut.
Sementara suasana mencekam tanpa aktivitas penduduk setempat terlihat dalam video yang beredar.
Menurut militer Israel, mereka telah melakukan penyeberangan penting sebagai jalur utama bantuan masuk ke wilayah kantong yang terkepung dan jalan keluar bagi mereka yang bisa melarikan diri ke Mesir.
Israel mengontrol penuh seluruh akses masuk dan keluar Gaza sejak perang dimulai.
Rekaman yang dirilis oleh militer Israel menunjukkan sebuah tank memasuki persimpangan.
Rincian video sesuai dengan ciri-ciri penyeberangan yang diketahui dan menunjukkan bendera Israel berkibar dari tank yang merebut daerah tersebut.
Militer Israel mengklaim penyeberangan itu setelah menerima informasi intelijen bahwa jalur digunakan untuk tujuan teroris.
Baca juga: Israel Kuasai Penyeberangan Rafah yang Merupakan Jalur Penting Keluar Masuk Gaza dan Mesir
Pasukan IDF menduga area sekitar penyeberangan telah digunakan untuk melancarkan serangan mortir yang menewaskan empat tentara Israel dan melukai lainnya di dekat Penyeberangan Kerem Shalom.
Militer juga mengatakan bahwa pasukan darat dan serangan udara menargetkan lokasi yang dicurigai sebagai posisi Hamas di Rafah.
Ini adalah pertama kalinya tentara Israel memasuki perlintasan tersebut sejak perang Gaza dimulai pada bulan Oktober.
Perbatasan ini merupakan pintu masuk utama bantuan ke Gaza.
IDF juga mengimbau warga di Rafah bagian timur untuk segera mengungsi sebelum serangan Israel digelar.
Klaim mereka, telah menyediakan tempat pengungsian yang memadai di Al-Mawasi.
"Warga di wilayah Rafah timur diimbau untuk mengungsi sementara ke wilayah kemanusiaan yang diperluas di Al-Mawasi sebelum operasi dilakukan.
IDF telah memfasilitasi perluasan rumah sakit lapangan, tenda, dan peningkatan pasokan air, makanan dan medis di daerah tersebut."
Wael Abu Omar, juru bicara Otoritas Penyeberangan Palestina, mengakui pasukan Israel telah merebut penyeberangan tersebut dan menutup fasilitas tersebut untuk sementara waktu.
Dia mengatakan serangan telah menargetkan daerah sekitar persimpangan sejak Senin.
“Seluruh wilayah barat [Rafah] telah menjadi teater operasi sejak kemarin. Pengeboman belum berhenti,” kata Abu Omar, dikutip dari WAtoday.
Tentara Israel telah “menghentikan pergerakan orang dan bantuan sepenuhnya,” kata otoritas penyeberangan yang dikelola Hamas dalam sebuah pernyataan.
Tentara Israel mengatakan 20 militan Hamas tewas dalam operasi hari Senin dan mereka menemukan tiga terowongan.
Serangan udara Israel juga melanda tempat lain di Rafah pada hari Selasa, menewaskan sedikitnya lima orang, termasuk seorang anak dan seorang wanita, kata pejabat rumah sakit.
Pergerakan pasukan ke wilayah tersebut terjadi sehari setelah Israel memerintahkan penduduk di bagian timur Rafah untuk segera meninggalkan kota tersebut sebelum kemungkinan terjadinya serangan terhadap kota tersebut .
Seorang pejabat militer Israel mengatakan sebagian besar orang yang berada di zona evakuasi telah pergi.
12 Warga Palestina Tewas Dibom Lewat Serangan Udara
Warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza.
Militer Israel telah membunuh beberapa warga Palestina dalam serangan udara terpisah di Gaza, kantor berita Wafa melaporkan.
Sebuah bom Israel menghantam sebuah rumah di distrik administratif Rafah tengah, menewaskan satu orang dan melukai lainnya, Wafa melaporkan.
Sebelumnya dilaporkan bahwa setidaknya 12 orang tewas dalam tiga serangan terpisah di Rafah, ketika militer Israel mengintensifkan serangannya terhadap kota di Gaza selatan.
Wafa juga melaporkan bahwa tiga orang tewas dalam serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di lingkungan al-Sabra di selatan Kota Gaza, sementara satu orang lainnya tewas ketika bom Israel menghantam sebuah rumah di kamp pengungsi al-Shati di sebelah barat Kota Gaza.
Israel Serang Rafah usai Hamas Sepakat untuk Gencatan Senjata
Militer Israel mengatakan telah melakukan “serangan yang ditargetkan” terhadap milisi Palestina Hamas di Rafah bagian timur, setelah mendesak warga sipil untuk evakuasi.
Sebagai balasan, kelompok milisi di Gaza menembakkan roket ke Israel selatan.
Operasi militer Israel dimulai setelah Hamas menerima perjanjian gencatan senjata, yang kemudian ditolak oleh Israel karena dianggap “jauh dari memenuhi tuntutan Israel”.
Belum jelas apa yang disetujui Hamas, namun usulan tersebut diperkirakan mencakup pembebasan warga Israel yang disandera Hamas dan pemulangan warga Palestina ke Gaza.
Sebelumnya, Israel telah mendesak 100.000 warga Palestina untuk meninggalkan Rafah timur sebelum operasi militer “terbatas” dilakukan.
Militer Israel mengatakan ini bukan evakuasi skala besar dan pengungsi akan diarahkan ke kota-kota tenda di Khan Younis dan al-Mawasi.
Perang dimulai ketika pejuang Hamas menyerbu Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 252 orang, menurut penghitungan Israel.
Lebih dari 34.700 orang telah terbunuh di Gaza sejak itu, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas
Berikut ini adalah yang kami ketahui tentang serangan terbaru Israel terhadap Gaza.
‘Serangan yang ditargetkan’ di Rafah usai Hamas setujui kesepakatan.
Pasukan pertahanan Israel (IDF) mengumumkan mereka melakukan serangan di Rafah pada Senin (06/05) malam waktu setempat. “Serangan yang ditargetkan” itu menyasar Hamas di Rafah timur, kata IDF.
Kantor berita Associated Press mengatakan, tank-tank Israel terlihat menuju Rafah, pada rute yang sangat dekat dengan perbatasan Gaza dan Mesir – namun BBC tidak dapat memverifikasi hal ini secara independen.
Gambar-gambar suar yang menerangi langit kota Gaza pada Senin, yang dikirim ke BBC oleh seorang petugas medis Palestina, mungkin menunjukkan keterlibatan pasukan darat dalam serangan tersebut – karena suar sering digunakan untuk penerangan dan penandaan sasaran.
Serangan itu terjadi tak lama setelah Hamas mengatakan mereka menerima usulan yang ditawarkan Qatar dan Mesir – yang memediasi Hamas dan Israel – terkait gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera dengan Israel.
Dasar dari kesepakatan tersebut adalah jeda pertempuran selama beberapa pekan dan pembebasan sejumlah sandera yang ditahan oleh Hamas.
Sementara serangan terus berlanjut di Rafah pada Senin malam, Israel mengatakan pihaknya berencana mengirim delegasi untuk merundingkan perjanjian gencatan senjata lebih lanjut setelah mengatakan bahwa perjanjian yang disepakati Hamas sebelumnya "jauh dari memenuhi tuntutan Israel".
Serangan balik Pejuang Palestina
Tak lama, sirene berbunyi di Israel bagian selatan. Itu adalah sistem peringatan untuk serangan roket yang ditembakkan ke negara tersebut, yang diandalkan oleh jutaan warga Israel setiap hari.
Sejumlah foto-foto menunjukkan sistem pertahanan Iron Dome mencegat rudal yang menuju Israel.
Jihad Islam Palestina mengatakan para pejuangnya telah meluncurkan roket dari Gaza menuju Israel selatan sebagai balasan atas serangan udara Israel di wilayah Palestina.
“Kami telah menargetkan Sderot, Nir Am, dan permukiman di wilayah selubung Gaza dengan serangan roket,” katanya dalam sebuah pernyataan, yang diterjemahkan oleh kantor berita AFP.
"Selubung Gaza" mengacu pada zona Israel selatan yang dekat dengan Gaza.
Jihad Islam Palestina adalah kelompok milisi terbesar kedua di Gaza dan – seperti Hamas – dikategorikan sebagai organisasi teroris terlarang di Inggris dan negara-negara lain.
Baca juga: Kemenristek Iran Siap Berikan Beasiswa bagi Mahasiswa yang Kena DO karena Ikut Demo Pro-Palestina
Israel lanjutkan perintah evakuasi
Seiring dengan serangan yang terus berlanjut di Rafah, pasukan Israel telah meminta warga Palestina untuk meninggalkan kota tersebut.
Pada saat jumpa pers, juru bicara IDF Daniel Hagari bilang: “Malam ini, kami juga menyerukan kepada mereka yang tinggal di wilayah tertentu yang telah kami komunikasikan dan jelaskan melalui segala cara – radio, media, internet, dan selebaran” di Rafah timur untuk pergi.
Israel telah mendesak sekitar 100.000 orang di bagian timur Rafah, di bagian selatan Gaza, untuk pindah ke wilayah kemanusiaan yang diperluas di wilayah al-Mawasi dan Khan Younis – sekitar 10 km ke utara Rafah.
Israel menggambarkan tindakan tersebut sebagai evakuasi warga sipil “terbatas dan sementara” dari beberapa bagian kota Rafah, yang populasinya bertambah menjadi 1,4 juta orang – dan banyak warga Gaza mencari perlindungan di sana.
Peta terbaru di bawah ini menunjukkan lokasi wilayah-wilayah tersebut di Jalur Gaza, termasuk zona kemanusiaan al-Mawasi, wilayah kemanusiaan yang diperluas, dan zona evakuasi.
'Saya khawatir hari ini akan tiba'
Pengungsi Palestina di Rafah mengungkapkan reaksi mereka terhadap seruan Israel untuk mengevakuasi bagian timur kota tersebut.
Abu Ahmed menanyakan perintah evakuasi Israel, sebab menurutnya, Rafah adalah daerah yang paling aman bagi dirinya dan keluarganya.
“Hari ini, mereka menyuruh kami keluar dari Rafah. Ke mana orang-orang akan pergi? Haruskah mereka pergi ke laut? Ke mana orang-orang akan pergi setelah mereka memberi tahu kami bahwa ini adalah daerah yang aman," ujarnya.
Seorang perempuan Palestina, Aminah Adwan, bercerita dia mendapati perintah evakuasi itu di pagi hari, ketika hujan deras turun dan menggenangi tendanya.
“Kami bangun di pagi hari dan mendapati hujan deras, kami tergenang dalam hujan, pakaian dan barang-barang kami juga -- kami berada di jalanan. Kami juga mendapat berita yang jauh lebih buruk, seruan untuk mengevakuasi Rafah,” ujar Aminah Adwan.
“Saat ini hujan deras dan kami tak tahu harus pergi ke mana. Saya selalu khawatir hari ini akan tiba, saya sekarang harus mencari tahu ke mana saya bisa membawa keluarga saya,” ujar Abu Raed, salah satu pengungsi di Rafah.
Apa kesepakatan yang disetujui Hamas?
Wakil pemimpin Hamas di Gaza mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa persyaratan gencatan senjata yang disetujui pada Senin (06/05) mencakup pertukaran tahanan Israel-Palestina dalam tiga tahap.
BBC belum bisa memverifikasi informasi tersebut secara independen saat ini, namun berikut rinciannya:
Fase pertama: Akan mencakup periode gencatan senjata selama 42 hari, Hamas akan membebaskan 33 sandera sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.
Hal ini juga akan melibatkan penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza dan memungkinkan warga Palestina untuk bergerak bebas dari selatan ke utara.
Fase kedua: Melibatkan periode gencatan senjata selama 42 hari, “ketenangan berkelanjutan” akan dipulihkan di Gaza dan pasukan Israel akan ditarik sepenuhnya.
Hamas juga diperkirakan akan membebaskan tentara cadangan Israel dan beberapa tentara yang disandera sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina dari penjara.
Frase ketiga: Pertukaran jenazah akan selesai dan dimulainya rekonstruksi sesuai dengan rencana yang diawasi oleh Qatar, Mesir dan PBB.
Hal ini juga akan mengakhiri blokade penuh Jalur Gaza.
Seperti yang telah kami laporkan, rincian pasti dari proposal yang disetujui oleh Hamas masih belum jelas dan Netanyahu dari Israel mengatakan bahwa perjanjian tersebut "jauh dari memenuhi tuntutan Israel", dan menambahkan bahwa ia akan mengirim tim ke Kairo untuk melakukan negosiasi lebih lanjut.
(Tribunnews.com/Chrysnha, Bahrir)