Iran Singgung Masa Lalu Pahit dengan AS: Menangnya Trump Jadi Kesempatan Revisi Kebijakan yang Salah
Iran mengatakan kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS bisa dijadikan kesempatan mengevaluasi kebijakan yang salah di masa lalu.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.com - Iran menyinggung masa lalu pahit dengan Amerika Serikat (AS), saat membicarakan kemenangan Donald Trump sebagai Presiden negara tersebut.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeili Baghaei, mengungkapkan AS saat berada di bawah kepemimpinan Trump, telah menarik diri secara sepihak pada 2018, dari perjanjian nuklir antar negara.
Padahal, AS dan Iran telah menandatangani perjanjian tersebut di tahun 2015.
Tak hanya menarik diri secara sepihak, Trump juga dikatakan menjatuhkan serangkaian saksi kejam terhadap Iran saat itu.
"Kami memiliki pengalaman yang sangat pahit dengan kebijakan dan pendekatan berbagai pemerintah AS di masa lalu," kata Baghaei, Kamis (7/11/2024), dilansir IRNA.
Lebih lanjut, Baghaei pun menilai, kemenangan Trump pada Pilpres AS 2024, menjadi kesempatan bagi Trump untuk merevisi kebijakan-kebijakan yang salah.
Baca juga: Saham Tesla Tebang 14 Persen Pasca Donald Trump Puji Elon Musk di Pidato Kemenangan Pilpres
"Hasil pemilu adalah kesempatan untuk meninjau dan merevisi pendekatan yang salah di masa lalu," ujarnya.
Meski demikian, ia menegaskan hasil Pilpres 2024 tak akan berdampak apapun bagi Iran.
Bagi Iran, yang terpenting adalah Presiden baru AS bisa mengevaluasi kebijakan-kebijakan mereka.
"Pilihan Presiden Amerika merupakan tanggung jawab rakyat negara itu, dan kini mereka telah menentukan pilihannya," urai Baghaei.
"Yang penting bagi Iran adalah kinerja pemerintah Amerika sebagai kriteria evaluasi," imbuh dia.
Sehari sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah Iran, Fatemeh Mohajerani, mengatakan Trump dan Kamala Harris tak memiliki perbedaan signifikan.
Ia juga menegaskan, hasil Pilpres 2024 AS tak berkaitan dengan Iran.
"Pemilihan Presiden AS tidak ada hubungannya dengan kami. Kebijakan umum AS dan Iran bersifat konstan (tak berubah)" kata dia, dikutip dari Press TV.