Kemenristek Iran Siap Berikan Beasiswa bagi Mahasiswa yang Kena DO karena Ikut Demo Pro-Palestina
Hashem menjamin para mahasiswa AS yang sebelumnya ikut memprotes kekejaman rezim Zionis di Gaza dapat melanjutkan studinya di Iran
Penulis: Bobby W
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Tak hanya memberikan dukungan moral, Iran juga siap memberikan bantuan berupa fasilitas pendidikan bagi para mahasiswa Amerika Serikat (AS) yang kena sanksi drop out (DO) atau dikeluarkan dari kampusnya karena mengikuti demo pro-Palestina.
Hal ini disampaikan Wakil Menteri Ilmu Pengetahuan, Riset, dan Teknologi Iran, Hashem Dadashpour, pada Selasa (7/5/2024) ini.
Dikutip Tribunnews dari kantor berita pusat Iran (IRNA), Hashem secara tegas menyatakan kesiapan pemerintah Iran untuk menawarkan beasiswa kepada mahasiswa AS yang telah diusir karena memprotes kejahatan rezim Zionis di Gaza.
Hashem menjamin para mahasiswa AS yang sebelumnya ikut menyatakan kemarahan dan kejijikan mereka atas kekejaman rezim Zionis di Gaza dan telah diusir dari universitas dapat melanjutkan studinya di lembaga pendidikan tinggi di Iran.
Dia mengatakan bahwa universitas-universitas Iran memiliki posisi yang tak kalah tinggi dalam peringkat dunia
Karena hal itu, Hashem meminta mahasiswa-mahasiswa Amerika yang telah menunjukkan solidaritas mereka dengan rakyat Palestina untuk tak ragu lagi guna melanjutkan pendidikan mereka di Iran jika mereka menginginkannya.
"Iran selalu menjadi pendukung bagi orang-orang yang tertindas di dunia dan negara ini selalu mendukung perlawanan terhadap kesombongan yang ditunjukkan pemerintahan AS," ungkap Hashem.
Sudah 2 Ribu Orang Peserta Demo Pro-Palestina di AS Ditangkap
Setidaknya polisi telah menangkap lebih dari 2.100 orang selama protes pro-Palestina di kampus-kampus di seluruh Amerika Serikat (AS) dalam beberapa pekan terakhir.
Petugas terkadang menggunakan peralatan antihuru hara, kendaraan taktis, dan perangkat flash-bang untuk membersihkan tenda perkemahan dan bangunan yang diduduki.
Seorang petugas secara tidak sengaja melepaskan senjatanya di dalam gedung administrasi Universitas Columbia saat membersihkan para pengunjuk rasa yang berkemah di dalamnya, ungkap pihak berwenang pada Kamis (2/5/2024).
Baca juga: Badan Nuklir Dunia IAEA Kunjungi Iran, Ketegangan dengan PBB Ikut jadi Topik Bahasan
Meski begitu, tidak ada yang terluka akibat kesalahan petugas tersebut.
"Ada petugas lain tetapi tidak ada siswa di sekitar lokasi kejadian," kata para pejabat, Kamis, dilansir AP News.
Lebih dari 100 orang ditahan selama tindakan keras di Columbia, hanya sebagian kecil dari total penangkapan yang terjadi akibat protes kampus baru-baru ini mengenai perang Israel-Hamas.
Penghitungan yang dilakukan oleh The Associated Press pada hari Kamis menemukan setidaknya 50 insiden penangkapan di 40 perguruan tinggi atau universitas berbeda di AS sejak 18 April 2024.
Pada Kamis pagi, petugas menyerbu kerumunan demonstran di Universitas California, Los Angeles, dan akhirnya menahan 200 pengunjuk rasa setelah ratusan orang menentang perintah untuk pergi.
Langkah Pemerintahan Biden Dikecam Advokasi Muslim AS
Tak hanya dicecar di luar negeri, langkah pemerintahan Biden yang dengan semena-mena meringkus peserta demo Pro-Palestina juga ikut dikritik dari dalam negeri.
Hal ini ditunjukkan melalui pernyataan Kelompok advokasi dan hak sipil Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) yang mengecam pidato Presiden Joe Biden yang ia sampaikan pada hari Kamis (3/5/2024).
Dalam pidatonya tersebut, Biden menegaskan bahwa dirinya mengecam keras protes mahasiswa pro-Palestina yang terus berlangsung di sejumlah kampus universitas dan perguruan tinggi di Amerika Serikat (AS).
Mirisnya, Biden enggan membahas perlakuan represif aparat kepolisian yang melakukan peringkusan para mahasiswa dengan menggunakan metode kekerasan.
Ucapan Biden tersebut dinilai CAIR sangat tidak mewakili realita yang terjadi di lapangan terkait serangan terhadap mahasiswa oleh polisi dan kelompok pro-Zionis di AS.
Edward Ahmed Mitchell, wakil direktur nasional CAIR, mengatakan bahwa presiden yang berasal dari Partai Demokrat tersebut seharusnya mengecam serangan aparat terhadap para pengunjuk rasa dan kekerasan oleh penegak hukum bukan makin menyudutkan para mahasiswa.
"Ucapan Joe Biden tersebut terlalu samar, pidatonya yang berpihak pada kedua belah pihak gagal secara spesifik menyebutkan dan mengutuk serangan-serangan kekerasan yang dilancarkan oleh para perusuh pro-Israel dan petugas penegak hukum terhadap para mahasiswa yang memprotes genosida Gaza di UCLA dan sekolah-sekolah lain di seluruh negara," ungkap Mitchell seperti yang dikutip Tribunnews dari Al Jazeera.
Mitchell lebih lanjut mengkritik Biden karena tidak menyalahkan rezim Zionis atas memicu protes dan karena gagal menyebutkan insiden-insiden Islamofobia dan "rasisme anti-Palestina."
"Jika Presiden Biden prihatin tentang kerusuhan di kampus-kampus, dia seharusnya mulai secara khusus mengecam serangan terhadap para pengunjuk rasa yang damai dan menghentikan pendanaan terhadap genosida yang telah memicu protes mahasiswa," kata Mitchell, menambahkan bahwa "Sampai saat itu dia bagian dari masalah."
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa tatanan harus dijaga di perguruan tinggi di Amerika Serikat.
Pernyataan ini dilontarkan oleh Joe Biden hanya beberapa jam setelah polisi melakukan penggerebekan dan membongkar perkemahan protes lainnya.
"Hak atas kebebasan berpendapat dan supremasi hukum harus ditegakkan, tetapi menekankan bahwa protes dengan kekerasan tidak dilindungi," kata Joe Biden dalam konferensi pers, Kamis, dikutip dari Al Jazeera.
“Vandalisme, masuk tanpa izin, memecahkan jendela, menutup kampus, memaksa pembatalan kelas dan wisuda – semua ini bukanlah protes damai."
"Mengancam masyarakat, mengintimidasi masyarakat, menimbulkan ketakutan pada masyarakat bukanlah protes damai,” ujarnya.
“Perbedaan pendapat sangat penting bagi demokrasi, namun perbedaan pendapat tidak boleh mengarah pada kekacauan atau penyangkalan hak-hak orang lain agar mahasiswa dapat menyelesaikan semester dan pendidikan perguruan tinggi mereka."
“Ada hak untuk melakukan protes, namun tidak ada hak untuk menimbulkan kekacauan," papar Biden.
Dalam pidato singkatnya, Biden tidak memberikan tanggapan terhadap kebijakan universitas atau penggunaan kekerasan oleh polisi.
Dia juga tidak memberikan komentar terhadap laporan bahwa demonstran pro-Israel telah menyerang demonstran pro-Palestina di perkemahan UCLA minggu ini.
Sebaliknya, ia menyatakan bahwa tidak ada tempat di kampus untuk "anti-Semitisme atau ancaman kekerasan terhadap mahasiswa Yahudi".
Meskipun demikian, para demonstran mahasiswa menolak tuduhan bahwa perkemahan mereka bersifat anti-Semit atau menimbulkan ancaman.
“Ada (rasa) kekecewaan, tapi ini bukan kejutan,” ujar Kali, seorang mahasiswa pengunjuk rasa di Universitas George Washington di Washington, DC.
“Bagi pemerintahan Biden yang menjelek-jelekkan kami dengan cara ini sungguh sangat mengecewakan."
“Ini menargetkan generasi muda Arab, Muslim, Palestina, dan anti-Zionis," lanjutnya.
Baca juga: Pasukan Israel Baku Tembak di Perbatasan Mesir, Presiden Al-Sisi Ditelepon Joe Biden
Komentar Biden muncul tak lama setelah polisi menangkap 132 mahasiswa pengunjuk rasa di Universitas California, Los Angeles (UCLA), Kamis.
UCLA adalah salah satu dari puluhan universitas Amerika di mana mahasiswanya mendirikan kamp selama beberapa minggu terakhir untuk menuntut diakhirinya perang Israel di Gaza.
Banyak juga yang menyerukan sekolah mereka untuk melakukan divestasi dari perusahaan mana pun yang terlibat dalam pelanggaran yang dilakukan Israel.
Protes tersebut mendapat reaksi keras dari administrator universitas, serta anggota parlemen dan kelompok pro-Israel.
Pada Kamis, mahasiswa dan pengamat lainnya dengan cepat mengecam pernyataan Biden karena gagal mengakui bahwa perguruan tinggi dan universitas di AS telah mengerahkan pasukan polisi bersenjata lengkap ke kampus mereka untuk membubarkan demonstrasi tanpa kekerasan.
(Tribunnews.com/Bobby/Nuryanti)
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia