Ahli Indonesia Temukan Teknologi Pemadam Kebakaran untuk Baterai Lithium EV
Tren eletrifikasi yang digenjot Pemerintah Indonesia diharapkan bisa mendorong Indonesia mencapai net zero emission
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tren eletrifikasi yang digenjot Pemerintah Indonesia diharapkan bisa mendorong Indonesia mencapai net zero emission pada tahun 2060.
Presiden Prabowo Subianto optimistis target itu bisa direalisasikan lebih cepat menjadi 2050.
Namun itu bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan karena banyaknya tantangan yang harus dihadapi serta potensi risiko yang perlu diwaspadai seperti risiko kebakaran pada kendaraan listrik yang sulit dipadamkan menggunakan APAR biasa.
Baca juga: Perkuat Ekosistem Mobil Listrik, Terra Charge Kembangkan Jaringan SPKLU
“Risiko krusial yang hingga hari ini dihadapi setiap industri kendaraan listrik di seluruh dunia hampir sama yaitu banyaknya tragedi kebakaran ekstrem yang terjadi di mana-mana," kata Chief Executive Officer PT FAST Willy Hadiwidjaja di kegiatan diskusi bersama bertajuk “Revolutionizing EV Safety in Indonesia: Breaking Solutions with Innovation” di Jakarta, Senin, 25 November 2024.
Menurut dia, hal ini disebabkan oleh thermal-weight dari baterai lithium yang memiliki karakter berbeda dari api biasa dan sangat mustahil untuk dipadamkan dengan APAR konvensional.
Contohnya kasus kebakaran yang terjadi pada sebuah mobil listrik Mercedes-Benz di Korea Selatan belum lama ini.
"Kebakaran tersebut menghanguskan satu area parkir basement yang menyebabkan kerusakan parah hingga 142 unit, kita tidak ingin ini terjadi di Indonesia,” ungkapnya.
Willy menceritakan, lithium fire killer adalah alat pemadam kebakaran ringan (APAR) khusus EV atau kendaraan listrik maupun baterai lithium murni temuan anak bangsa pertama di dunia.
Baca juga: Banyak Pabrik Baterai Mulai Beroperasi, Harga Mobil Listrik Bisa Makin Kompetitif
“Founder kami bernama Randall Hartolaksono. Dia menempuh pendidikan di UK dan sekitar 1962 diajak ke Tanah Air oleh Pak Fanny Habibie kemudian diperkenalkan kepada Presiden Soeharto."
"Atas dorongan Pak Harto, Randall mendirikan perusahaan pabrik kimia pemadam api pada 1994 bernama PT Hartindo Chemicatama Industri. Hingga hari ini, kami bisa memastikan bahwa kami adalah satu-satunya manufaktur di Asia Tenggara yang memproduksi bahan kimianya,” beber Willy.
Dia menjelaskan, sejak awal berdiri Hartindo tidak pernah sekalipun memasarkan produknya secara ritel, namun memasok produk chemical-nya ke institusi pemerintahan seperti instansi BUMN hingga militer.
Khusus untuk penemuan APAR untuk kasus kebakaran pada baterai lithium sudah ditemukan sejak 2013.
Willy mengatakan, Randall adalah ilmuwan yang sangat perfeksionis dan berupaya temuannya tersebut lulus uji di lembaga-lembaga pengujian dan sertifikasi dunia diantaranya dari Kementerian Perhubungan Amerika.
"Beliau juga berupaya memastikan bahwa temuannya ini tidak hanya mampu membunuh kobaran api di baterai lithium, tapi tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan."