Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Biden Tunda Pengiriman 3.500 Bom ke Israel, Takut Digunakan untuk Menyerang Rafah

AS menghentikan sementara pengiriman bom ke Israel karena kekhawatiran terhadap Rafah, kata pejabat AS.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Biden Tunda Pengiriman 3.500 Bom ke Israel, Takut Digunakan untuk Menyerang Rafah
AFP/-
Warga Palestina berkerumun di jalan saat asap mengepul di dekatnya akibat serangan Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 7 Mei 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Photo by AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintahan AS Joe Biden memutuskan untuk menghentikan sementara pengiriman sekitar 3.500 bom ke Israel pekan lalu karena kekhawatiran senjata tersebut akan digunakan di Rafah.

Kabar tersebut baru dikonfirmasi oleh seorang pejabat senior pemerintah AS, Rabu (8/4/2024).

Dilansir ABC News, pengiriman senjata lainnya, termasuk penjualan Joint Direct Attack Munition, atau perlengkapan JDAM, juga sedang diteliti dengan cermat.

Keputusan untuk menghentikan sementara pengiriman dan mempertimbangkan pengiriman yang lambat adalah perubahan besar dalam kebijakan pemerintahan Biden.

Ini adalah kasus pertama di mana AS menolak bantuan militer yang diminta sekutu dekatnya itu sejak perang Israel-Hamas dimulai.

Menurut pejabat senior pemerintah yang membocorkan informasi ini, penundaaan tersebut dilakukan karena pembicaraan AS-Israel mengenai kebutuhan kemanusiaan di Rafah belum sepenuhnya membuat AS tenang.

Lebih dari separuh pengiriman yang dihentikan minggu lalu terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon.

Berita Rekomendasi

Sisanya sebanyak 1.700 bom merupakan bahan peledak seberat 500 pon, kata pejabat itu.

Anak-anak Palestina berjalan melewati reruntuhan setelah pemboman Israel di distrik Tal al-Sultan Rafah di Jalur Gaza selatan pada 7 Mei 2024. - Tentara Israel mengatakan mereka mengambil
Anak-anak Palestina berjalan melewati reruntuhan setelah pemboman Israel di distrik Tal al-Sultan Rafah di Jalur Gaza selatan pada 7 Mei 2024. - Tentara Israel mengatakan mereka mengambil "kontrol operasional" di sisi Palestina di perbatasan Rafah yang melintasi antara Gaza dan Mesir pada tanggal 7 Mei dan pasukan sedang memindai daerah tersebut. (Photo by AFP) (AFP/-)

“Kami secara khusus fokus pada penggunaan bom seberat 2.000 pon tersebut dan dampaknya di wilayah perkotaan yang padat seperti yang kita lihat di wilayah lain di Gaza,” kata pejabat tersebut kepada ABC News.

“Kami belum membuat keputusan akhir tentang bagaimana melanjutkan pengiriman ini.”

Kasus-kasus lain yang masih dalam peninjauan termasuk peralatan JDAM, yang memungkinkan penargetan bom secara presisi.

Baca juga: Bantuan ke Gaza Terhenti Setelah Pasukan Israel Merebut Perbatasan Rafah, IDF Tutup Jalur Bantuan

Beberapa pejabat AS lainnya juga mengkonfirmasi keputusan kebijakan tersebut pada hari Selasa, hari yang sama ketika Israel memulai apa "operasi terbatas" di Rafah.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan operasi di Rafah tidak bisa dihindari dan diperlukan untuk melenyapkan Hamas.

Gedung Putih menolak untuk membahas secara spesifik saat konferensi pers, dan malah menunjuk pada dukungan AS secara keseluruhan terhadap Israel.

“Komitmen kami terhadap keamanan Israel tetap kuat,” kata juru bicara Gedung Putih John Kirby.

"Tidak ada yang berubah mengenai komitmen kami terhadap keamanan Israel.”

Update Perang Israel-Hamas

Sementara itu, setidaknya 34.844 orang telah tewas dan 78.404 luka-luka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober, mengutip Aljazeera.

Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober mencapai 1.139 orang dengan puluhan orang masih ditawan.

Israel terus memborbardir Rafah dan seluruh Jalur Gaza.

Warga Palestina masih terjebak setelah Israel merebut persimpangan penting Rafah yang menghubungkan Jalur Gaza dengan Mesir.

Sekretaris Jenderal PBB memperingatkan bahwa invasi besar-besaran ke Rafah oleh pasukan Israel akan menjadi kesalahan strategis, bencana politik, dan mimpi buruk kemanusiaan.

“Setiap hari pihak berwenang Israel memblokir bantuan yang menyelamatkan nyawa, semakin banyak warga Palestina yang berisiko meninggal,” kata Human Rights Watch.

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan proposal gencatan senjata yang disetujui oleh Hamas tidak memenuhi tuntutan Israel, namun delegasi Israel telah tiba di Kairo untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas