Redam Amukan Putin, Sekjen NATO Buka Suara: 'Kami Tak Akan Kirim Pasukan ke Ukraina'
Mircea Geoana , Sekretaris Jenderal pakta pertahanan Atlantik Utara (NATO) menuturkan bahwa pihaknya tidak memiliki rencana
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Tiara Shelavie
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSEL - Mircea Geoana, Sekretaris Jenderal pakta pertahanan Atlantik Utara (NATO) menuturkan bahwa pihaknya tidak memiliki rencana untuk mengirim pasukan militer khusus ke Ukraina.
“NATO tidak berniat mengerahkan pasukan di Ukraina. Ketika saya mengunjungi Ukraina pekan lalu, Ukraina tidak meminta pasukan NATO, yang mereka minta adalah dukungan lebih banyak,” kata Stoltenberg dikutip dari Kyiv Post.
Pernyataan itu diungkap setelah pimpinan Rusia Vladimir Putin mulai mengintensifkan serangan hingga mengklaim telah merebut lima desa di perbatasan di wilayah Kharkiv, Ukraina.
Baca juga: Luncurkan Serangan Mendadak, Rusia Klaim Telah Rebut 5 Desa di Timur Laut Ukraina
Baru-baru ini Putin juga turut memerintahkan para pasukannya untuk menggelar latihan militer besar-besaran di dekat perbatasan Ukraina dengan melibatkan senjata nuklir canggih.
Hal ini dilakukan dengan dalih melindungi dari ancaman provokatif yang dilontarkan sejumlah pejabat Barat, salah satunya Presiden Prancis Emmanuel Macron yang berencana menempatkan sejumlah pasukan ke Ukraina.
Meski masih dalam tahap rencana, namun hal tersebut memicu kepanikan bagi Rusia. Putin menilai campur tangan negara Barat dalam perang Ukraina hanya akan memperburuk situasi. Alasan tersebut yang mendorong Rusia untuk mulai mengaktifkan senjata nuklir.
"Kami sedang berperang. Memang benar, ini dimulai sebagai operasi militer khusus tetapi segera setelah sebuah kelompok terbentuk dan kolektif Barat bergabung di pihak Ukraina, hal itu berubah menjadi perang bagi kami," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
"De jure (secara hukum) itu operasi militer khusus. Tapi secara de facto berubah menjadi perang," imbuhnya.
Gertakan seperti ini bukan kali pertama yang dilontarkan Putin, pimpinan tertinggi di Rusia itu telah berulang kali mengancam akan mengaktifkan senjata nuklir buatan negaranya apabila ada yang mengusik kedaulatan Rusia.
“Kami telah siap melakukan perang Nuklir, akan tetapi saya tidak merasa segala sesuatu di sini sedang terburu-buru. Konfrontasi nuklir akan benar-benar diaktifkan apabila Barat mengganggu kedaulatan atau kemerdekaan Moskow,” jelas Putin.
Baca juga: Rusia Bikin Zona Abu-abu Wilayah Kharkov di Deep State, Tanda-tanda Area Ukraina Bakal Berkurang
Sebagai informasi senjata taktis dirancang untuk mencapai tujuan militer yang lebih terbatas guna memenangkan pertempuran. Senjata mematikan ini dipasang pada rudal, bom yang dijatuhkan dari udara. Dengan senjata ini Rusia mengklaim hulu ledak nuklir taktis bisa memberikan fleksibilitas kepada komandan militer di medan perang.
Adapun senjata taktis buatan Rusia diperkirakan memiliki kekuatan mulai dari satu kiloton hingga 50kt. Untuk skalanya, senjata yang menghancurkan Hiroshima memiliki kekuatan 15kt. Satu kilo ton setara dengan 1.000 ton TNT.
Maka dapat disimpulkan bahwa senjata taktis buatan Rusia miliki kekuatan dan efek yang jauh lebih besar serta berbahaya ketimbang nuklir yang menghancurkan Hiroshima.