Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

AS Plin Plan, Sebut Tak Percaya Ada Genosida di Gaza tapi Singgung Israel Buat Neraka di Palestina

Penasihat Gedung Putih, Jake Sullivan menyebut AS tak percaya bila ada genosida yang terjadi di Gaza.

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in AS Plin Plan, Sebut Tak Percaya Ada Genosida di Gaza tapi Singgung Israel Buat Neraka di Palestina
DREW ANGERER / GETTY IMAGES AMERIKA UTARA / GETTY IMAGES MELALUI AFP
WASHINGTON, DC - 21 SEPTEMBER: Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan berbicara pada konferensi pers harian di Gedung Putih 21 September 2023 di Washington, DC. 

TRIBUNNEWS.COM - Pernyataan mengejutkan muncul dari Amerika Serikat (AS) ketika Israel terus mengepung Kota Rafah di Gaza selatan.

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan menyebut AS tak percaya bahwa genosida terjadi di Gaza.

Meski tak mempercayai adanya genosida di Gaza, AS tetap meminta Israel untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil Palestina.

Sullivan bersikeras bahwa tanggung jawab perdamaian berada di tangan kelompok militan Hamas.

"Kami percaya Israel dapat dan harus berbuat lebih banyak untuk menjamin perlindungan dan kesejahteraan warga sipil yang tidak bersalah."

"Kami tidak percaya apa yang terjadi di Gaza adalah genosida," kata Sullivan, dikutip dari Arab News.

Istilah genosida yang diterima secara internasional, lanjut Sullivan, mencakup pada niat untuk mencapai penilaian ini.

Berita Rekomendasi

Sullivan menambahkan, Presiden Joe Biden ingin melihat Hamas dikalahkan, tetapi menyadari bahwa warga sipil Palestina berada di "neraka".

Pernyataan Sullivan ini untuk menegaskan posisi pemerintahan Biden mengenai konflik antara Hamas dengan Israel.

Saat ini, Biden tengah mendapat kecaman dari Partai Republik karena menghentikan sejumlah pengiriman senjata untuk memenuhi tuntutannya agar Israel menunda serangan Rafah.

Sementara itu, protes di universitas-universitas AS terus meluas yang menuntut Biden untuk tidak terus mendukung Israel.

Baca juga: Dilema Besar Israel: Akan Kalah Besar jika Setop Perang, Terjun ke Jurang jika Nekat Teruskan

Serangan dari Utara dan Selatan

Pasukan Israel terus menyerbu jauh ke dalam tepi utara Gaza pada Senin (13/5/2024).

Sementara itu, di selatan ada tank dan tentara yang menerobos jalan raya menuju Rafah, membuat warga sipil Palestina berebut mencari keselamatan.

Beberapa pertempuran paling sengit selama berminggu-minggu terjadi di wilayah utara dan selatan.

Operasi Israel di Rafah, yang berbatasan dengan Mesir, telah menutup titik perlintasan utama bantuan.

Kelompok-kelompok kemanusiaan mengatakan hal ini memperburuk situasi yang sudah mengerikan.

Dikutip dari Reuters, ratusan ribu orang kembali mengungsi.

Sekitar setengah penduduk Gaza berlindung di sana setelah Israel memerintahkan evakuasi dari Gaza utara pada bulan Oktober.

Baca juga: Pemukim Israel Kembali Berulah, Cegat Truk Bantuan Menuju Gaza, Buang Paket Makanan di Jalanan

Otoritas kesehatan Gaza meminta tekanan internasional untuk membuka kembali akses melalui perbatasan selatan untuk memungkinkan masuknya bantuan, pasokan medis dan bahan bakar untuk pembangkit listrik dan ambulans.

“Yang terluka dan sakit mengalami kematian yang lambat karena tidak ada perawatan dan pasokan serta mereka tidak dapat melakukan perjalanan,” katanya.

Seorang anggota staf keamanan asing PBB tewas pada hari Senin ketika sebuah kendaraan bertanda PBB yang sedang menuju ke sebuah rumah sakit di Rafah ditabrak – kematian internasional pertama PBB dalam perang Gaza, kata seorang juru bicara PBB.

Sehingga total korban tewas personel PBB menjadi sekitar 190 orang.

Di Jabalia, Gaza utara, sebuah kamp pengungsi luas yang dibangun untuk pengungsi Palestina 75 tahun lalu, pasukan Israel mendesak ke wilayah yang mereka klaim telah membubarkan Hamas beberapa bulan lalu.

Warga Palestina yang mengungsi akibat serangan udara dan darat Israel di Jalur Gaza berjalan melalui tenda kamp darurat di Deir al Balah, Gaza, Minggu, 12 Mei 2024. (AP Photo/Abdel Kareem Hana)
Warga Palestina yang mengungsi akibat serangan udara dan darat Israel di Jalur Gaza berjalan melalui tenda kamp darurat di Deir al Balah, Gaza, Minggu, 12 Mei 2024. (AP Photo/Abdel Kareem Hana) (AP/Abdel Kareem Hana)

Baca juga: Rudal Berat Jihad Mughniyeh, Senjata Baru Hizbullah yang Langsung Hantam Tentara Israel di Sheeba

Warga melarikan diri di sepanjang jalan yang dipenuhi puing-puing sambil membawa tas berisi barang-barang.

Peluru tank mendarat di tengah kamp dan pejabat kesehatan mengatakan mereka telah menemukan 20 mayat dari serangan udara semalam.

"Kami tidak tahu ke mana harus pergi. Kami telah mengungsi dari satu tempat ke tempat lain."

"Kami berlarian di jalanan. Saya melihatnya dengan mata kepala sendiri. Saya melihat tank dan buldoser. Di sanalah jalan," kata seorang perempuan yang tidak menyebutkan namanya.

Serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Al-Nuseirat di Jalur Gaza tengah menewaskan sedikitnya delapan orang, kata Mahmoud Basal, juru bicara Layanan Darurat Sipil Gaza.

Baca juga: Kendaraan WHO Diserang Israel, Tewaskan Staf Keamanan dan Seorang Pekerja Asing Alami Luka Berat

Mahmoud Basal mengatakan beberapa orang lainnya terluka dan hilang.

Korban tewas warga Palestina dalam perang tersebut kini telah melampaui 35.000 orang, dengan 57 orang tewas dalam 24 jam terakhir, menurut pejabat kesehatan Gaza, yang angkanya tidak membedakan antara warga sipil dan pejuang.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas