Hamas Cibir Seruan Netanyahu yang Minta Perlawanan Menyerah dan Letakkan Senjata: Israel Ketakutan
Netanyahu menyatakan kalau perang Gaza dapat dihentikan jika Hamas menyerah, meletakkan senjatanya, dan membebaskan sandera.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
SDB-1 adalah bom luncur berpemandu presisi yang mengemas 250 pon bahan peledak.
Bantuan tersebut merupakan bagian dari pengiriman yang disetujui sebelumnya ke Israel, bukan paket bantuan tambahan senilai $95 miliar yang disahkan Kongres AS pada bulan April.
2. Mengapa AS menangguhkan pengiriman bom tersebut?
AS sedang meninjau bantuan keamanan jangka pendek,dalam konteks peristiwa yang terjadi di Rafah, ujar Menteri Pertahanan Lloyd Austin pada sidang Senat hari Rabu (8/5/2024).
“Kami sudah sangat jelas sejak awal bahwa Israel tidak boleh melancarkan serangan besar-besaran ke Rafah tanpa mempertimbangkan dan melindungi warga sipil yang berada di wilayah pertempuran tersebut,” kata Austin.
Lebih dari satu juta warga sipil Palestina mencari perlindungan di Rafah, banyak yang sebelumnya mengungsi dari wilayah lain di Gaza setelah perintah Israel untuk mengungsi dari sana.
Keputusan AS ini diambil karena kekhawatiran mengenai penggunaan bom seberat 2.000 pon tersebut dan dampaknya di wilayah perkotaan yang padat, kata seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.
Baca juga: Biden Tunda Pengiriman 3.500 Bom ke Israel, Takut Digunakan untuk Menyerang Rafah
3. Kapan keputusan itu dibuat? Apakah Biden terlibat?
Keputusan itu dibuat minggu lalu, kata para pejabat AS.
Biden terlibat langsung dalam pengambilan keputusan.
4. Kerusakan macam apa yang dapat diakibatkan bom seberat 2000 pon?
Bom besar seperti bom seberat 2.000 pon mempunyai dampak di wilayah yang luas.
Menurut PBB, tekanan dari ledakan dapat merusak paru-paru, memecahkan rongga sinus, dan merobek anggota tubuh yang berjarak ratusan meter dari lokasi ledakan.
Komisi Internasional Palang Merah pada tahun 2022 melaporkan bahwa penggunaan bahan peledak dengan area luas di wilayah padat penduduk sangat mungkin menimbulkan dampak sembarangan atau melanggar prinsip proporsionalitas.
5. Bagaimana respons Israel?
Setelah berita tersebut tersiar pada hari Selasa di Washington, seorang pejabat senior Israel menolak untuk mengkonfirmasi laporan tersebut.
“Jika kami harus bertarung dengan sekuat tenaga, maka kami akan melakukan apa yang harus kami lakukan,” kata sumber tersebut.
Seorang juru bicara militer mengatakan setiap perselisihan diselesaikan secara pribadi.
6. Apakah bom-bom seperti itu legal digunakan di Gaza?
Legal atau tidaknya menjadi perdebatan sengit.
Hukum humaniter internasional tidak secara eksplisit melarang pengeboman udara di wilayah padat penduduk.
Namun warga sipil tidak boleh menjadi sasaran dan sasaran militer tertentu harus proporsional dengan kemungkinan korban atau kerusakan warga sipil.
(oln/khbrn/*)