Dampak 510.000 Data Bocor, Jepang Minta Perusahaan Gabungan Naver Softbank Ditinjau Ulang
LY Corp mengumumkan pada bulan November bahwa servernya telah diretas dan sekitar 440.000 catatan, termasuk informasi pengguna untuk aplikasi Line
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang pada Selasa (14/5/2024) meminta LY Corp., operator aplikasi obrolan populer LINE dan portal internet Yahoo Jepang, untuk meninjau ulang hubungannya dengan raksasa teknologi Korea Selatan Naver.
Komentar tersebut merupakan bagian dari dokumen setebal 10 halaman yang menguraikan pedoman administratif kementerian terhadap LY Corp. setelah serangkaian kebocoran informasi pribadi mendorong penyelidikan terhadap operasi keamanan siber perusahaan tersebut.
LY Corp. mayoritas dimiliki oleh A Holdings, perusahaan patungan 50-50 antara Naver dan SoftBank Corp. Jepang, sebuah perusahaan telekomunikasi yang berafiliasi dengan konglomerat teknologi SoftBank Group.
Perkembangan ini menyoroti tantangan yang dihadapi Naver dan SoftBank, yang bekerja sama pada tahun 2019 untuk menciptakan perusahaan teknologi yang dapat menyaingi raksasa Amerika seperti Google dan Amazon di Asia.
Baca juga: Arsitektur Indonesia Tampil di Jepang, Kenalkan Keunikan Melalui Filosofi Desain
LY Corp., yang dibentuk pada Oktober 2023, memiliki basis pengguna global sekitar 320 juta di Line dan Yahoo Jepang, serta layanan lainnya. Perusahaan ini tertarik pada PayPay, salah satu layanan pembayaran seluler terkemuka di Jepang, dan situs e-commerce mode Zozo.
LY Corp mengumumkan pada bulan November bahwa servernya telah diretas dan sekitar 440.000 catatan, termasuk informasi pengguna untuk aplikasi Line, mungkin telah bocor.
Jumlah tersebut direvisi pada bulan Februari menjadi sekitar 510.000 data yang bocor.
Pada bulan yang sama, perusahaan tersebut juga mengatakan bahwa subkontraktor Korea Selatan telah menerima akses tidak sah, yang menyebabkan kemungkinan kebocoran sekitar tambahan 57.000 catatan, termasuk alamat email karyawan, nomor telepon, dan gambar wajah.
Kementerian Jepang itu menyebutkan, "Ketergantungan yang kuat pada Naver dalam hal sistem dan konfigurasi jaringan merupakan salah satu penyebab insiden tersebut. LY Corp. berada di bawah tingkat kendali modal yang cukup besar oleh Naver, meskipun pihaknya melakukan outsourcing langkah-langkah keamanan sibernya ke anak perusahaan Naver perlu diperhatikan lagi," ungkap Menteri Komunikasi Jepang.
"Hubungan ini juga mempersulit perusahaan Anda untuk menuntut tindakan keselamatan yang tepat dari Naver dan menerapkan manajemen yang tepat terhadap pihak outsourcing," tambahnya.
“Perlu dilakukan pertimbangan-pertimbangan yang tepat untuk meninjau kembali pengelolaan perusahaan LY Corp., termasuk perusahaan induk Saudara, agar pengelolaan dan pengawasan terhadap pihak outsourcing dapat berfungsi dengan baik.”
Kementerian meminta LY Corp. untuk memberikan informasi terbaru kepada kementerian mengenai upaya perbaikannya setiap tiga bulan selama setidaknya satu tahun.
“LY Corporation secara aktif menerapkan langkah-langkah untuk mencegah terulangnya hal serupa, termasuk memperkuat manajemen kontraktor, memitigasi dan memperkuat perlindungan terhadap risiko yang terkait dengan sistem dan jaringan kami, serta meningkatkan keamanan sistem karyawan kami,” ungkap LY Corp dalam siaran persnya.