Netanyahu Minta Mesir Gabung Israel untuk Kelola Jalur Bantuan di Rafah
Netanyahu meminta Mesir bergabung dengan Israel untuk mengelola jalur bantuan di Rafah, Jalur Gaza selatan yang saat ini ditutup selama agresi IDF.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
"Masalahnya bukan masalah kami. Kami tidak menghalangi pembukaan penyeberangan Rafah," lanjutnya.
Mesir menolak untuk bekerjasama dengan Israel mengenai Rafah karena khawatir bahwa pengendaliannya akan menjadi bagian dari rencana Netanyahu untuk melancarkan serangan darat skala besar ke Rafah.
Kemarin, Rabu (15/5/2024), Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry, mengatakan Israel memutarbalikkan fakta dan menghindari tanggung jawab atas krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.
Jumlah Korban
Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 35.233 jiwa dan 79.141 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (16/5/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Israel memperkirakan, kurang lebih ada 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel