Senjata Buatan AS Tak Mampu Tahan Rudal Rusia, Bom Luncur Saja Meleset Hingga 1,2 KM, Ini Sebabnya
Amerika Serikat dikabarkan sepenuhnya menghentikan pengiriman peluru Excalibur pada setengah tahun lalu.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Amerika Serikat dikabarkan sepenuhnya menghentikan pengiriman peluru Excalibur pada setengah tahun lalu.
Penghentian dilakukan setelah Washington tahu bahwa peluru berpemandu GPS tersebut tak mampu menahan rudal-rudal yang ditembakkan dari wilayah Rusia ke Ukraina.
Surat kabar Washington Post mengungkap bahwa senjata buatan AS untuk Kiev yang mengandalkan satelit tak berdaya di hadapan teknologi Rusia.
Baca juga: Ukraina Klaim Tentara Rusia yang Tumbang Tembus Setengah Juta Personel
Teknologi pengacau Rusia berhasil 'mengebiri' bukan hanya Excalibur roket untuk sistem peluncuran roket ganda HIMARS, dan bom luncur yang dijatuhkan oleh pesawat JDAM tidak efektif menyerang.
Bahkan JDAM dikabarkan ada yang meleset hingga 1,2 kilometer dari sasaran.
Washington Post mengungkap, militer Ukraina pun sulit menggunakan sebagian dari persenjataan tersebut karena kemampuan perang elektronik Rusia yang lebih mumpuni.
Surat kabar tersebut mengatakan bahwa mereka juga telah meninjau penilaian internal Kiev, yang menyatakan bahwa tingkat keberhasilan amunisi tersebut turun menjadi hanya 10 persen dalam beberapa bulan.
“Teknologi Excalibur dalam versi yang ada telah kehilangan potensinya,” demikian bunyi dokumen tersebut, seraya menambahkan bahwa pertemuan dengan jamming Rusia telah menyangkal reputasinya sebagai senjata “satu tembakan, satu sasaran”.
Padahal, Rusia dulunya sempat khawatir saat AS menyatakan akan membantu Ukraina dengan mengirimi HIMARS.
Baca juga: Pejabat AS Ramai-Ramai Minta Ukraina Diizinkan Serang Wilayah Rusia, Kremlin Mencak-Mencak
Saat rudal tersebut dikirim pun Barat percaya bahwa peperangan segera berakhir dengan kekalahan Vladimir Putin.
Sayangnya harapan tersebut tidak terjadi, teknologi Rusia yang sebelumnya diremehkan oleh Barat ternyata memberi bukti berbeda.
"Rusia mengerahkan peperangan elektronik, sinyal satelit dinonaktifkan, dan HIMARS menjadi sama sekali tidak efektif,” kata pejabat senior militer Ukraina.
Oleh karena itu, Kiev terpaksa menggunakan “peluru yang sangat mahal” untuk menyerang target-target dengan prioritas lebih rendah.
Tingkat keberhasilan JDAM juga turun secara signifikan hanya beberapa minggu setelah pertama kali diberikan ke Kiev pada bulan Februari 2023 karena “ketidaktahanan” mereka terhadap jamming terungkap, demikian penilaian Ukraina menekankan.