AS-Mesir-Israel Gelar Rapat, Kairo Ogah Buka Perbatasan Rafah Saat IDF Kuasai Koridor Philadelphia
Mesir tidak akan membuka penyeberangan Rafah selama Israel tetap memegang kendali penuh dan berada di bagian perbatasan wilayah Palestina.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Pada tanggal 7 Mei, tentara Israel melancarkan serangan darat ke Rafah di Gaza selatan, tempat pengungsi Palestina berlindung.
Tentara IDF merebut sisi Palestina dari Penyeberangan Perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir, dan menutup penyeberangan tersebut.
Situasi ini membuat pengiriman bantuan melalui Rafah tidak mungkin dilakukan atau mengevakuasi orang-orang terluka yang membutuhkan perawatan di luar Gaza.
Mesir menyatakan bahwa mereka tidak akan menerima "kebijakan fait accompli" Israel dan penerapannya di Penyeberangan Perbatasan Rafah, dan menolak untuk berkoordinasi dengan Israel.
Kairo menyalahkan Tel Aviv atas penutupan perbatasan dan potensi konsekuensi yang akan semakin meningkatkan krisis di Gaza.
Truk Bantuan Terbatas Memasuki Gaza
Selama panggilan telepon pada tanggal 24 Mei, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Presiden Amerika Joe Biden setuju untuk sementara waktu mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui penyeberangan perbatasan Karem Abu Salem, yang juga dikenal di Israel sebagai Kerem Shalom.
Namun, sejak 24 Mei, hanya sejumlah kecil truk bantuan yang dapat memasuki Gaza melalui Penyeberangan Perbatasan Kerem Abu Salem karena pembatasan ketat yang dilakukan Israel.
Perlintasan Perbatasan Kerem Abu Salem telah ditutup untuk masuknya bantuan ke Gaza sejak 5 Mei.
Selama bulan Mei, perlintasan tersebut dibuka dan ditutup dua kali, dengan hanya beberapa lusin truk komersial yang masuk.
Namun sebagian besar warga Gaza tidak memiliki sumber pendapatan atau kemampuan untuk membeli barang dari sektor swasta karena serangan yang terus berlanjut sejak 7 Oktober.
Menurut Kantor Media pemerintah Gaza, hanya 215 truk bantuan, termasuk 109 truk berisi tepung dan enam truk berisi obat-obatan, berhasil memasuki Gaza pekan lalu melalui titik yang ditetapkan oleh tentara Israel di sebelah barat Beit Lahia.
Kantor media pemerintah di Gaza mengatakan pada hari Minggu bahwa dermaga sementara yang dibangun AS di pantai Gaza hanya mengirimkan 100 truk bantuan dalam seminggu sejak operasi dimulai.
Dermaga apung tersebut runtuh karena kondisi cuaca dan gelombang yang kuat dan AS memperkirakan perbaikannya akan memakan waktu lebih dari seminggu.
Para pejabat di Gaza dan organisasi internasional bersikeras bahwa tidak ada alternatif lain selain membuka seluruh penyeberangan perbatasan untuk memerangi krisis kemanusiaan di Gaza. Pemerintah di Gaza menyatakan bahwa AS sedang berusaha memperbaiki “citra buruknya” dengan dermaga tersebut.