Netanyahu akan Pidato di Kongres AS, Diperkirakan Jadi Pidato Kontroversial saat Perang Israel-Hamas
Kongres AS secara resmi mengundang Netanyahu untuk berbicara di hadapan anggota parlemen.
Penulis: Nuryanti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan berpidato di pertemuan gabungan Kongres Amerika Serikat (AS) pada 24 Juli 2024.
Pidato Benjamin Netanyahu diperkirakan akan menjadi kontroversial di tengah momen perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung di Gaza.
Para pemimpin Kongres AS mengonfirmasi tanggal pidato tersebut pada Kamis (6/6/2024).
Pekan lalu, Kongres AS secara resmi mengundang Netanyahu untuk berbicara di hadapan anggota parlemen.
Diberitakan AP News, undangan itu adalah wujud dukungan masa perang terbaru terhadap sekutu lama, meskipun terjadi perpecahan politik atas serangan militer Israel terhadap Hamas di Gaza.
“Tantangan nyata yang kita hadapi, termasuk berkembangnya kemitraan antara Iran, Rusia, dan Tiongkok, mengancam keamanan, perdamaian, dan kemakmuran negara kita dan masyarakat bebas di seluruh dunia,” ujar Ketua DPR Mike Johnson.
Pernyataan itu juga disampaikan Mayoritas Senat Pemimpin Chuck Schumer, bersama pemimpin Senat dari Partai Republik Mitch McConnell dan pemimpin Partai Demokrat di DPR Hakeem Jeffries.
“Untuk membangun hubungan yang langgeng dan menyoroti solidaritas Amerika terhadap Israel, kami mengundang Anda untuk berbagi visi pemerintah Israel dalam membela demokrasi, memerangi teror, dan membangun perdamaian yang adil dan abadi di kawasan," lanjutnya.
Penampilan Netanyahu di hadapan Kongres yang semakin terpecah, pasti akan menjadi kontroversial dan mendapat banyak protes baik dari anggota parlemen maupun dari luar gedung Capitol dari pengunjuk rasa pro-Palestina.
Dikutip dari BBC, Netanyahu akan berbicara di hadapan kedua majelis di Kongres – Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat – seiring berlanjutnya perang Israel-Gaza.
Sebelumnya, Partai Republik dan Demokrat sama-sama mengundang Netanyahu, namun tanggal pidatonya belum diumumkan secara resmi hingga hari Kamis.
Baca juga: Houthi dan Perlawanan Islam Irak Kompak Serang Kapal Israel di Pelabuhan Haifa
Bulan lalu, jaksa Pengadilan Kriminal Internasional mengajukan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin Israel dan menteri pertahanannya, Yoav Galant, atas tuduhan terkait perang.
Netanyahu mengecam tindakan ICC tersebut, dengan mengatakan ia menolak dengan rasa muak bahwa "Israel yang demokratis" disamakan dengan apa yang ia sebut sebagai "pembunuh massal".
Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden, seorang Demokrat, juga semakin kritis terhadap Israel ketika perang terus berlanjut dan jumlah korban tewas di Gaza meningkat.
Biden, yang mencalonkan diri kembali pada bulan November, mendapat tekanan politik dari sayap kiri partainya untuk berbuat lebih banyak guna meyakinkan Israel agar membatasi perangnya di Gaza.
Biden baru-baru ini mengumumkan desakan pemerintahannya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang akan memulai penghentian permusuhan selama enam minggu di Gaza.
Rencana tiga bagian yang diumumkan Joe Biden pekan lalu akan mencakup “lonjakan” bantuan kemanusiaan, serta pertukaran beberapa sandera dengan tahanan Palestina sebelum perang berakhir secara permanen.
Namun, usulan tersebut mendapat tentangan keras dari beberapa anggota pemerintah Israel, sehingga menimbulkan keraguan bahwa kesepakatan dapat dicapai.
Sebagai informasi, kunjungan Netanyahu terjadi ketika hubungan dengan AS semakin tegang, terutama di kalangan tokoh Demokrat AS.
Beberapa pemimpin progresif, seperti Senator Bernie Sanders dari Vermont, mengatakan mereka bermaksud memboikot pidato Netanyahu sebagai protes atas tindakan Israel di Jalur Gaza.
Baca juga: Indonesia Kecam Aksi Provokatif Sipil Israel yang Serbu Masjid Al Aqsa saat Acara Pawai Bendera
Netanyahu terakhir kali berbicara di hadapan Kongres AS pada tahun 2015, ketika kedua majelis tersebut dikendalikan oleh Partai Republik.
Dia menggunakan kesempatan itu untuk mengkritik Presiden Barack Obama, seorang Demokrat, yang mengejar kesepakatan dengan sekutu AS dan Iran untuk membatasi program nuklir Teheran.
Update Perang Israel-Hamas
Dilansir Al Jazeera, serangan udara Israel terhadap sekolah yang dioperasikan PBB yang menampung pengungsi Palestina di Gaza tengah menewaskan 33 orang.
Tentara Israel mengatakan pejuang Hamas juga berada di tempat perlindungan.
Mediator Mesir dan Qatar mengatakan mereka berharap Hamas akan memberikan tanggapan terhadap proposal gencatan senjata terbaru, karena tekanan terus meningkat untuk mencapai kesepakatan.
Baca juga: Isinya Diubah, Israel Tolak Proposal Joe Biden soal Gencatan Senjata dengan Hamas
Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir el-Balah adalah “kapal yang tenggelam” – penuh dengan korban luka dan tewas – setelah berhari-hari serangan tak henti-hentinya oleh pasukan Israel di Gaza tengah, kata Doctors Without Borders (MSF).
Setidaknya 36.654 orang telah tewas dan 83.309 orang terluka dalam perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Revisi jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas mencapai 1.139 orang, dengan puluhan orang masih ditawan di Gaza.
(Tribunnews.com/Nuryanti)