Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Apa yang Dilakukan Komando Operasi Khusus AS dan Agen Lapangan CIA di Gaza? Intelijen Israel Lemah

Bantuan dari agen lapangan intelijen AS membuktikan kelemahan Intelijen Israel. Terungkap JSOC pasukan komando khusus AS siap turun ke Gaza

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Apa yang Dilakukan Komando Operasi Khusus AS dan Agen Lapangan CIA di Gaza? Intelijen Israel Lemah
khaberni/HO
Pasukan pendudukan Israel (IDF) mengawal para sandera yang bisa dibebaskan dalam operasi di Nuseirat, Gaza Tengah, Sabtu (8/6/2024). Dalam operasi itu untuk menyelamatkan 4 orang sandera, Israel membantai sebanyak 274 warga Palestina. 

Apa yang Dilakukan Komando Operasi Khusus dan Agen Lapangan CIA, AS di Gaza? Intelijen Israel Lemah!

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah laporan oleh surat kabar Amerika The Washington Post pada Jumat (14/6/2024 mengungkapkan bahwa Amerika Serikat memainkan "peran intelijen yang menentukan dalam operasi untuk membebasan empat tahanan Israel dari kamp Nuseirat" di Jalur Gaza tengah minggu lalu.

Informasi intelijen yang diberikan Washington kepada Tel Aviv berkontribusi untuk mengetahui lokasi para tahanan, menurut surat kabar tersebut.

Baca juga: Pasukan Elite SAS Inggris Terjun ke Gaza Sejak Awal Perang, AS Cuci Tangan Bantu Israel di Nuseirat

Kontribusi itu termasuk “foto-foto di atas kepala, yang merupakan foto sekunder dibandingkan dengan apa yang dikumpulkan Israel sendiri sebelum operasi tersebut.”

Pasukan IDF Menyamar di Gaza Dibantu Info Intelijen AS

Ulasan tersebut membahas tentang upaya AS yang “tidak biasa” dalam menemukan para tahanan Israel dengan menekankan kalau pihak AS tidak terjun langsung dalam operasi pembebasan itu sendiri.

"Dalam pelaksanaannya (kontribusi AS ke Israel) tidak melibatkan apa yang dapat dianggap sebagai upaya atau pencapaian yang tepat dalam arti militer," tulis apa yang dikutip Khaberni dari laporan Washington Post tersebut.

Dijelaskan, informasi intelijen AS itu digunakan pada infiltrasi dari pasukan Israel yang menyamar di antara penduduk Gaza yang kelaparan dan terlantar lewat truk bantuan kemanusiaan .

Berita Rekomendasi

Bersamaan dengan 'pemusnahan' warga sipil Palestina dalam skala besar (korban 270 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Palestina), melalui serangan udara, operasi “penyelamatan yang berhasil”  itu digembar-gemborkan sebagai kemenangan unik.

Tentara Israel (IDF) mengawal para sandera yang dibebaskan dari Nuseirat, Gaza Tengah, Sabtu (8/6/2024). Demi empat sandera ini, IDF membombardir wilayah tersebut yang menewaskan 270 orang warga Palestina. Bombardemen dilakukan saat penyamaran pasukan IDF terbongkar oleh milisi perlawanan Palestina.
Tentara Israel (IDF) mengawal para sandera yang dibebaskan dari Nuseirat, Gaza Tengah, Sabtu (8/6/2024). Demi empat sandera ini, IDF membombardir wilayah tersebut yang menewaskan 270 orang warga Palestina. Bombardemen dilakukan saat penyamaran pasukan IDF terbongkar oleh milisi perlawanan Palestina. (IDF/Press)

Libatkan Artificial Intelijen dan Program Komputer Canggih

Surat kabar itu mengatakan, "Badan intelijen AS memberikan dukungan yang luar biasa besarnya kepada rekan-rekan Israel mereka."

"Bantuan ini berkontribusi dalam menemukan para tahanan setelah “operasi pengumpulan intelijen besar-besaran.”"

The Washington Post mengutip sepuluh mantan dan pejabat intelijen AS dan Israel yang mengatakan bahwa sejak pecahnya perang di Gaza, Amerika Serikat telah mengintensifkan “pengumpulan informasi intelijen tentang gerakan Hamas di Gaza, dan telah membagikan informasi intelijen dalam jumlah yang tidak biasa berupa rekaman drone dan citra satelit, intersepsi komunikasi, dan analisis data menggunakan program canggih, beberapa di antaranya didukung oleh program komputer canggih berdasarkan kecerdasan buatan.”

Para pejabat Israel mengatakan kepada surat kabar tersebut kalau mereka berterima kasih atas bantuan Amerika, yang "dalam beberapa kasus memberikan Israel kemampuan unik yang tidak mereka miliki sebelum serangan mendadak lintas batas Hamas,".

"Meski berterima kasih, namun pada saat yang sama pihak Israel bersikeras kalau seringkali, Amerika Serikat tidak memberikan apa pun yang tidak dapat mereka (Israel) peroleh sendiri," menurut surat kabar tersebut.

Pasukan Amerika Serikat di Timur Tengah. Sebuah dokumen berisi perintah Pentagon dilaporkan memberi instruksi agar tentara AS yang berada di Irak bersiaga jika dibutuhkan untuk dikerahkan langsung dalam Perang Gaza membantu Israel melawan Hamas.
Pasukan Amerika Serikat di Timur Tengah. Sebuah dokumen berisi perintah Pentagon dilaporkan memberi instruksi agar tentara AS yang berada di Irak bersiaga jika dibutuhkan untuk dikerahkan langsung dalam Perang Gaza membantu Israel melawan Hamas. (Photo: The US Army, via Wikimedia Commons)

Komunikasi Intens dengan Agen Lapangan JSOC dan CIA

Mengenai latar belakang peran Amerika, surat kabar tersebut melaporkan, mengutip pejabat Amerika, bahwa sejak Hamas melakukan operasi “Banjir Al-Aqsa” pada tanggal 7 Oktober 2023, “anggota Komando Operasi Khusus Gabungan (JSOC) Angkatan Darat AS telah mulai bekerja berdampingan dengan petugas Badan Pusat INtelijen (CIA) di Israel.

Seorang pejabat Amerika mengatakan bahwa anggota CIA mulai bertemu dengan rekan-rekan mereka di negara tersebut “setiap hari.”

Para pejabat dan mantan pejabat Amerika dan Israel mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa pada minggu-minggu pertama perang, para pejabat Israel meminta informasi spesifik dari Amerika untuk membantu mengisi "kesenjangan" mengenai apa yang mereka ketahui dari sumber mereka sendiri tentang keberadaan para tahanan.

Menurut surat kabar tersebut, “Ini mencakup informasi spesifik, serta teknik dan keahlian untuk menganalisis gambar dalam jumlah besar untuk menghasilkan gambar yang lebih detail, termasuk gambar tiga dimensi dari medan di Gaza.”

Surat kabar yang sama mengutip seorang pejabat senior Israel yang mengatakan bahwa mereka "memberi kami beberapa kemampuan yang tidak kami miliki sebelum tanggal 7 Oktober,".

Sementara pejabat senior Israel lainnya mengindikasikan bahwa Amerika Serikat memberikan citra satelit yang sangat rinci yang tidak dimiliki Israel.

Intelijen Israel Lemah di Jalur Gaza

Menurut surat kabar tersebut, operasi untuk membebaskan keempat tahanan tersebut bergantung pada informasi akurat tentang lokasi para tahanan.

Laporan menambahkan, “tingkat intelijen yang 'dapat ditindaklanjuti' adalah sesuatu yang tidak dimiliki Israel selama bertahun-tahun di Gaza, karena terlalu bergantung pada sumber daya manusia, teknologi, dan kegagalan membangun jaringan mata-mata manusia di lapangan.”

Ini mengindikasikan, intelijen Israel yang tersohor tersebut ternyata lemah dalam kapasitasnya menggali informasi sensitif di Gaza

Para pejabat mengatakan kepada surat kabar tersebut kalau pengolahan data dan analisis intelijen baru dilakukan setelah pasukan IDF di lapangan melakukan penyerbuan ke titik-titik yang dicurigai sebagai lokasi Hamas.

"Analis intelijen Israel menemukan informasi intelijen yang berguna di antara server, komputer, ponsel, laptop, dan dokumen lain yang ditemukan di “tempat persembunyian atau pusat komando Hamas,” tulis laporan tersebut.

Laporan mencatat kalau analis AS juga ikut membantu menggali sumber-sumber tersebut untuk mendapatkan bukti keberadaan tahanan Israel di Gaza.

Surat kabar tersebut mengutip seorang pejabat senior Israel yang mengatakan, “Menggabungkan informasi yang diperoleh dari catatan elektronik dan fisik dengan sumber intelijen lainnya membantu Israel menentukan lokasi para tahanan selama dua operasi penyelamatan sebelum operasi minggu lalu.”

Tentara AS berpatroli di daerah kota Tal Hamis, tenggara kota Qameshli di provinsi Hasakeh timur laut Suriah, pada 24 Januari 2024.
Tentara AS berpatroli di daerah kota Tal Hamis, tenggara kota Qameshli di provinsi Hasakeh timur laut Suriah, pada 24 Januari 2024. (Delil SOULEIMAN / AFP)

JSOC Siap Terjun ke Gaza

Selain informasi intelijen yang diberikan oleh Amerika Serikat, surat kabar tersebut mengungkapkan bahwa pasukan operasi khusus Amerika telah bersiap memasuki Jalur Gaza pada hari-hari pertama perang dengan tujuan untuk mengambil (membebaskan) tahanan Amerika yang berada di tangah Hamas dalam serangan 7 Oktober 2023.

“Anggota Komando Operasi Khusus Gabungan (JSOC), pasukan operasi khusus elite dengan pengalaman mendalam dalam operasi penyelamatan sandera, tiba di Israel pada hari-hari awal perang,” katan laporan itu mengutip pejabat Amerika.

Ditambahkan, kalau anggota pasukan JSOC tersebut bekerja di Israel dalam kemitraan dengan perwira intelijen Amerika, tak lama setelah perang dimulai.

Laporan menyatakan kalau pasukan elite tersebut siap dikerahkan ke Gaza untuk “menyelamatkan warga Amerika” yang ditahan oleh Hamas.

"Namun hanya ada sedikit informasi khusus tentang tahanan Amerika yang ada di Gaza," menurut seorang pejabat Amerika yang berbicara kepada surat kabar tersebut.

Asap mengepul diatas Khan Yunis di Jalur Gaza Selatan selama pemboman Israel pada 18 Februari 2024, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok pejuang rakyat Palestina Hamas. dari sejumlah sumber Israel menargetkan Kota Rafah untuk menjadi sasaran berikutnya. (SAID KHATIB/AFP)
Asap mengepul diatas Khan Yunis di Jalur Gaza Selatan selama pemboman Israel pada 18 Februari 2024, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok pejuang rakyat Palestina Hamas. dari sejumlah sumber Israel menargetkan Kota Rafah untuk menjadi sasaran berikutnya. (SAID KHATIB/AFP) (AFP/SAID KHATIB)

Dilarang untuk Memburu Pimpinan Hamas

Terlepas dari dukungan intelijen Amerika yang jelas hingga membuat Pasukan Israel bisa menemukan dan membebaskan para tahanan, para pejabat Amerika dan Israel mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa Washington membatasi informasi intelijen yang diberikan kepada Israel.

Informasi intelijen dari AS ke Israel itu dibatasi hanya dalam upaya untuk menemukan para sandera.

"Mereka menunjukkan bahwa Washington telah melarang penggunaan informasi (dari) Amerika (oleh Israel) untuk menargetkan anggota tetap Hamas dalam operasi militer apa pun, termasuk serangan udara," tulis laporan tersebut.

Pembatasan ini ditunjukkan oleh adanya kritik di Amerika Serikat terhadap perilaku Israel, dan tuntutan untuk mencegah Israel menggunakan informasi Amerika yang melibatkan Washington dalam pemboman dan pembunuhan warga sipil, menurut apa yang dinyatakan dalam laporan surat kabar tersebut.

Dalam konteks ini, surat kabar tersebut mengutip Jason Crow (Demokrat dari Colorado), seorang anggota Perwakilan Komite Intelijen DPR, yang bertanya: “Bagaimana pejabat pemerintah dapat memastikan bahwa Israel tidak menggunakan informasi intelijen yang mereka terima sebagai bagian dari kampanye militer melawan Hamas, yang mengakibatkan puluhan kematian?” Ribuan korban sipil?

Menurut surat kabar tersebut, Crowe, seorang veteran Angkatan Darat, berpartisipasi dalam penyusunan undang-undang yang disahkan tahun lalu yang mewajibkan Direktur Intelijen Nasional untuk memberi tahu Kongres jika intelijen yang diberikan oleh Amerika Serikat ke negara lain menyebabkan korban sipil.

Crowe mengatakan kepada surat kabar tersebut: “Perdana Menteri Israel (Benjamin) Netanyahu menerapkan strategi yang gagal di Gaza. Banyaknya korban sipil, kelaparan, dan kurangnya strategi yang koheren sangat memprihatinkan konsisten dengan kepentingan Amerika.”

(oln/twp/khbrn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas