Syarat Berat AS Jika Ukraina Ingin Bergabung dengan NATO
Amerika Serikat mengungkapkan syarat yang cukup berat bagi Ukraina agar diterima bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Amerika Serikat mengungkapkan syarat yang cukup berat bagi Ukraina agar diterima bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara.
AS yang merupakan dedengkot NATO tersebut mengatakan Ukraina harus memenangkan konflik dengan Rusia jika ingin menjadi bagian dari aliansi pertahanan itu.
“Pertama-tama, mereka harus memenangkan perang ini,” kata Koordinator Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby dalam sebuah pengarahan dikutip dari The New York Times, Selasa (18/6/2024).
Baca juga: Negara Selain AS dan Rusia Pemilik Bom Nuklir, Ada yang Provokatif
Syarat tersebut sangat berat bagi Ukraina karena dalam peperanga melawan Rusia, negara pimpinan Volodymyr Zelensky terebut kalah segalanya, baik jumlah tentara maupun senjata. Wilayah negara itu terus digerogoti oleh Rusia.
Meski demikian, jelasnya, Presiden AS Joe Biden masih percaya bahwa Ukraina bisa diterima gabung NATO di masa depan.
“Presiden telah menyatakan bahwa dia percaya bahwa NATO akan menentukan masa depan Ukraina. Dan masih banyak yang harus dilakukan sebelum mereka dapat bergabung dengan Aliansi. Seperti halnya setiap anggota NATO sebelum bergabung dengan Aliansi. momennya adalah masa depan Ukraina," tambah juru bicara Gedung Putih.
Sebelumnya Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa dia tidak mendukung aksesi Ukraina ke NATO.
Biden mengatakan telah melihat “korupsi yang signifikan” dan “keadaan yang sulit.”
Peserta KTT NATO di Washington pada Juli mendatang akan menyatakan bahwa untuk bergabung dengan Aliansi Atlantik Utara, Ukraina harus memenangkan perang.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengumumkan hal ini pada konferensi pers menjelang pertemuan para menteri pertahanan Aliansi di Brussels.
“Kita perlu memastikan Ukraina menang. Ini adalah syarat minimum bagi Ukraina untuk menjadi anggota Aliansi,” kata Stoltenberg, menjawab pertanyaan para jurnalis tentang apakah NATO pada pertemuan puncak bulan Juli dapat menjanjikan “orang-orang Ukraina di garis depan” bahwa negara tersebut akan bergabung dengan Aliansi.
Baca juga: Putin Mau Damai jika Ukraina Jauhi NATO dan Rusia Rebut 4 Wilayah
Menurut Stoltenberg, para menteri pertahanan NATO juga menyetujui rencana untuk mengalokasikan senjata ke Ukraina senilai $40 miliar per tahun. Aliansi akan mengoordinasikan pasokan.
“Saya berharap para menteri akan menyetujui rencana untuk memperkuat peran NATO dalam memberikan bantuan kepada Ukraina. Ini adalah elemen kunci dari paket bantuan untuk Ukraina, yang akan disepakati pada pertemuan puncak di Washington,” kata Sekretaris Jenderal NATO.
Dia menambahkan, sesuai dengan rencana, negara-negara NATO harus memasok bantuan militer senilai $40 miliar ke Ukraina setiap tahunnya.
“Sejak awal konflik, negara-negara NATO telah memberikan bantuan militer sebesar $40 miliar setiap tahun. Kita harus mempertahankan jumlah minimum ini selama diperlukan,” kata Stoltenberg.
Bloomberg menulis bahwa negara-negara NATO menolak untuk mempertimbangkan usulan Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg mengenai rencana mengalokasikan $100 miliar ke Ukraina.
Stoltenberg mempresentasikan sebuah rencana dimana negara-negara NATO akan berkomitmen untuk mengalokasikan jumlah ini ke dana khusus selama lima tahun.
Sekarang rencana lain sedang dipertimbangkan - untuk mengalokasikan setidaknya 43 miliar dolar per tahun, setengahnya akan disumbangkan oleh Amerika Serikat. Hal ini mencakup dukungan militer dan dukungan non-mematikan.