Keluarga Tawanan Israel: Kami Tak akan Biarkan Netanyahu Mainkan Politik demi Para Sandera
Keluarga para sandera Israel menyerukan pemilihan umum diadakan dan kesepakatan gencatan senjata bagi tawanan.
Penulis: Nuryanti
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Keluarga para tawanan Israel berdemonstrasi di luar kediaman pribadi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu di Kota Kaisarea, Kamis (20/6/2024).
Keluarga para sandera itu menyerukan pemilihan umum diadakan dan kesepakatan gencatan senjata bagi tawanan harus disetujui.
Mereka juga mengingatkan Benjamin Netanyahu agar tak memainkan politik terkait sandera Israel.
“Kami datang untuk memberitahu perdana menteri bahwa kami tidak akan membiarkan Anda memainkan politik kecil-kecilan demi kepentingan para sandera,” kata Einav Zangauker, yang putranya ditahan di Gaza, lapor surat kabar Haaretz.
“Kami tidak akan membiarkan Anda meninggalkan para sandera, meninggalkan wilayah utara, dan menawan seluruh negara demi kelangsungan politik Anda. Itu tidak akan terjadi,” tegasnya.
Minta Netanyahu Mundur
Sementara itu, pengunjuk rasa lainnya mendesak Benjamin Netanyahu agar mundur dari jabatan perdana menteri.
Ia menuntut agar dilakukan pemilihan umum.
“Anda adalah pemimpinnya – Anda bersalah, mundurlah sekarang!” teriak para pengunjuk rasa, Kamis, dikutip dari The Jerusalem Post.
Di Yerusalem sekitar 1.500 orang dan di Kaisarea sebanyak 10.000 orang berunjuk rasa, menurut Israel Democracy HQ.
“Mengingat kelalaian dan ketidakberdayaan pemerintahan Netanyahu, kami melanjutkan dan mengintensifkan tekanan dengan tuntutan yang adil dan mendasar – mengembalikan mandat kepada publik."
Baca juga: Netanyahu Rela Dibully AS Asalkan Israel Dapat Kiriman Senjata Lagi
"Pengabaian terhadap warga negara dan penderitaan mereka harus dihentikan."
"Rakyat Israel tidak lagi bersedia menanggung akibat atas korupsi dan kegagalan Netanyahu."
"Masa depan kita sedang dalam bahaya, dan ini adalah momen yang tepat untuk bertanggung jawab dan solidaritas bersama."
"Ini saatnya untuk meninggalkan rumah kita dan bergabung dalam perjuangan, menyerukan pemilu sekarang sebelum terlambat,” kata organisasi tersebut dalam sebuah pernyataan.
Shai Kedar, seorang tentara cadangan dari Kibbutz Sde Nehemia mengatakan, ratusan ribu dunam telah dibakar dalam beberapa minggu terakhir di Utara.
"Rumah, pekarangan, hutan, dan lahan pertanian terbakar, dan hati kami ikut terbakar,” lapor Shabakat Ha'poel.
Update Perang Israel-Hamas
Diberitakan Al Jazeera, tank-tank Israel masuk lebih dalam ke Rafah barat di Gaza selatan, menembakkan peluru ke tenda-tenda pengungsi, dan satu kendaraan lapis baja diledakkan oleh alat peledak rakitan yang ditanam Hamas.
Gedung Putih menggambarkan kritik Benjamin Netanyahu terhadap penangguhan pengiriman senjata AS ke Israel sebagai hal yang “menjengkelkan” dan “mengecewakan” karena keretakan publik antara kedua sekutu tersebut terus meningkat.
Baca juga: Hamas Bantah ICC soal Surat Perintah Penangkapan 3 Pemimpinnya, Sebut Jaksa Karim Khan Pro-Israel
Pasukan Israel telah melakukan serangan udara mematikan di Gaza selama 24 jam terakhir, termasuk serangan terhadap sebuah rumah yang telah menewaskan delapan orang di lingkungan Zeitoun di Kota Gaza.
Pakar PBB memperingatkan produsen senjata agar tidak mengirimkan senjata ke Israel, dengan mengatakan hal itu dapat membuat mereka terlibat dalam pelanggaran hukum internasional yang dilakukan di Gaza.
Setidaknya 37.431 orang telah tewas dan 85.653 orang terluka dalam perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan pimpinan Hamas mencapai 1.139 orang karena puluhan orang masih ditawan di Gaza.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel