Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Perang: Perintah Evakuasi Khan Yunis Mungkin Aba-aba Israel Luncurkan Agresi dalam 24 Jam

Institut Studi Perang (ISW) dan Proyek Ancaman Kritis (CTP) membahas soal perintah evakuasi yang dikeluarkan Israel terhadap wilayah timur Khan Yunis.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama
zoom-in Pengamat Perang: Perintah Evakuasi Khan Yunis Mungkin Aba-aba Israel Luncurkan Agresi dalam 24 Jam
AFP/AFP
Orang-orang berjalan di tengah puing-puing bangunan yang hancur akibat pemboman Israel di Khan Yunis, di Jalur Gaza selatan pada 16 April 2024, saat pertempuran berlanjut antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. - Institut Studi Perang (ISW) dan Proyek Ancaman Kritis (CTP) membahas soal perintah evakuasi yang dikeluarkan Israel terhadap wilayah timur Khan Yunis. 

TRIBUNNEWS.COM - Institut Studi Perang (ISW) dan Proyek Ancaman Kritis (CTP) membahas soal perintah evakuasi yang dikeluarkan Israel terhadap wilayah timur Khan Yunis.

Pengamat perang yang berbasis di Amerika Serikat (AS) itu mengatakan "operasi pembersihan" yang digerakkan di Khan Yunis timur dilaksanakan setelah pejuang Jihad Islam Palestina (PIJ) meluncurkan salvo 20 roket ke Israel dari kota selatan di Jalur Gaza.

"Biasanya berarti bahwa pasukan Israel akan memasuki wilayah tersebut dalam waktu 24 jam," kata pengamat perang soal perintah evakuasi di Khan Yunis..

Pasukan Israel telah ditarik keluar dari Khan Yunis pada tanggal 7 April 2024 kemarin.

"Pembentukan kembali pasukan Hamas di kota tersebut kemungkinan menjadi latar belakang operasi darat yang akan datang," kata para pemantau perang.

Operasi darat Israel terus berlanjut di lingkungan Shujayea, Kota Gaza di utara, tempat para pejuang Hamas menggunakan persenjataan canggih, termasuk "penetrator berbentuk peledak" yang sering digunakan untuk menargetkan kendaraan lapis baja Israel.

Pejuang Hamas tampaknya juga "setidaknya sebagian telah kembali berkumpul"di Shujayea, sejak pasukan Israel terakhir beroperasi di sana pada bulan April, menurut laporan ICW/CTP.

BERITA REKOMENDASI

Menyusul perintah evakuasi Israel dari beberapa bagian Khan Yunis, para dokter terpaksa meninggalkan Rumah Sakit Eropa di Gaza.

RS Eropa merupakan salah satu fasilitas medis terakhir yang masih berfungsi di kota itu. Hal itu telah menempatkan pasien dan warga Palestina yang mengungsi di sana pada risiko besar, kata Jeremy Hickey, seorang ahli anestesi, kepada Al Jazeera.

"Memindahkan mereka sangat sulit karena akses transportasi sangat mahal mengingat kurangnya bahan bakar karena masalah akses, tetapi juga karena sifat cedera banyak pasien yang berkelanjutan dan jangka panjang," kata Hickey.

Baca juga: Waswas Diserang IDF, Pasien RS Eropa Gaza hingga Alat-alat Medis Dipindahkan ke RS Al-Nasser

"Memobilisasi (mereka) hampir mustahil dan mengangkut pasien-pasien ini dengan ambulans juga hampir mustahil," tambahnya.

Diperkirakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan menyerang lokasi tersebut, Middle East Eye melaporkan.

Sebelumnya, tentara Israel diketahui mengirim teks peringatan ke penduduk setempat agar mereka pindah ke lokasi lain, Senin (1/7/2024).

Alasan wilayah tersebut telah menjadi "zona pertempuran berbahaya."

Akan tetapi, IDF mengaku tidak secara khusus memerintahkan mereka yang berada di rumah sakit untuk pergi.

Tentara meminta masyarakat untuk menuju ke daerah yang dikenal sebagai zona kemanusiaan di bagian barat kota, yang dikenal sebagai daerah Al-Mawasi.

Berdasarkan video yang telah diverifikasi oleh Al Jazeera, tampak seluruh departemen pelayanan di RS Eropa dikosongkan.

Area yang biasa digunakan untuk menampung pasien dan tenda-tenda pengungsi juga tidak ada lagi, Anadolu Agency melaporkan.

Rumah Sakit Eropa di Khan Yunis, salah satu rumah sakit terakhir yang berfungsi di Jalur Gaza selatan.

Dengan tidak beroperasinya Rumah Sakit Rafah dan Rumah Sakit Nasser, Rumah Sakit Eropa menjadi salah satu rumah sakit terakhir yang masih beroperasi di wilayah selatan Jalur Gaza.

Israel, yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang berkelanjutan di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 oleh kelompok Palestina Hamas.

Baca juga: Warga Palestina di Khan Younis Mulai Mengungsi, Sekjen PBB Sebut Tidak Ada Tempat yang Aman di Gaza

Setidaknya 37.900 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan sekitar 87.060 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Delapan bulan lebih perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang putusan terakhirnya memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di Rafah.

Militer Israel melakukan penangkapan besar-besaran di seluruh wilayah Tepi Barat yang diduduki

Militer Israel telah menangkap sedikitnya 16 warga Palestina dalam penggerebekan di Tepi Barat yang diduduki pada dini hari ini, kantor berita Wafa melaporkan.

Mayoritas penangkapan terjadi di provinsi Betlehem, tempat pasukan Israel menangkap 10 orang dari berbagai daerah, termasuk enam orang dari kamp Aida di utara kota Betlehem.

Dua orang juga ditangkap dari desa Artas, satu orang ditangkap dari kota Nahalin, dan satu lagi dari desa Husan.

Pasukan Israel juga menangkap dua bersaudara dari kota Nablus, dua pria dari kota Silat ad-Dhahr dan desa al-Fandaqumiya, selatan Jenin, dan dua pria dari kota Silwad, timur Ramallah.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas