Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jelang Pilpres Iran Putaran Kedua, Pezeshkian dan Jalili Berdebat Sengit terkait Visi Misi Ekonomi

Debat yang digelar pada Selasa malam (2/7/2024) antara Masoud Pezeshkian dan Saeed Jalili tersebut berpusat pada masalah ekonomi.

Penulis: Bobby W
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Jelang Pilpres Iran Putaran Kedua, Pezeshkian dan Jalili Berdebat Sengit terkait Visi Misi Ekonomi
Dokumen IRNA
Tangkap layar debat Pilpres Iran 2024 putaran kedua pada Selasa malam (2/7/2024) antara Masoud Pezeshkian dan Saeed Jalili 

TRIBUNNEWS.COM - Jelang dimulainya pemilihan Presiden Iran 2024 putaran kedua pada 5 Juli 2024 mendatang, dua kandidat yang akan bertarung yakni Masoud Pezeshkian dan Saeed Jalili kembali bertarung dalam debat terakhir yang disiarkan di televisi Iran pada Selasa (2/7/2024).

Adapun debat yang digelar tiga hari jelang pengumpulan suara tersebut berpusat pada masalah ekonomi.

Dikutip Tribunnews dari IRNA, keduanya bertemu pada Selasa malam untuk menyampaikan pandangan mereka mengenai rencana ekonomi jika mereka terpilih sebagai kepala eksekutif negara.

Dalam debat tersebut, Pezeshkian dan Jalili bertukar pendapat mengenai sanksi ekonomi yang diterima Iran, inflasi, perumahan, dan menyajikan rencana masing-masing untuk menangani masalah-masalah mendesak tersebut.

Menanggapi topik tersebut, Pezeshkian berbicara tentang langkah-langkah yang akan diambilnya untuk melawan sanksi dan cara untuk menetralkannya.

"Saya akan mematuhi undang-undang aksi strategis parlemen untuk menetralkan sanksi," kata Pezeshkian, merujuk pada legislasi yang menyerukan langkah-langkah untuk menjauh dari kesepakatan nuklir 2015 sebagai tekanan kepada negara-negara Barat untuk sanksi yang ilegal.

Kedua rival tersebut memiliki perdebatan sengit mengenai kebijakan luar negeri.

BERITA REKOMENDASI

Pezeshkian sendiri menekankan perlunya dialog dengan pihak lain dalam JCPOA (kesepakatan nuklir Iran dengan negara barat) untuk mengangkat sanksi dari negara-negara barat demi membantu perekonomian.

Jalili membela kebijakan luar negeri yang ditempuh oleh almarhum Presiden Ebrahim Raisi dan mengatakan bahwa sanksi dapat dinetralkan jika Iran dapat meningkatkan hubungan dengan negara-negara tetangga mereka di Afrika dan Asia.

"Negara Barat berutang banyak kepada Iran dalam hal sanksi dan JCPOA," katanya.

Jalili menambahkan bahwa pemerintahannya akan memaksa negara-negara Barat untuk mengangkat sanksi tersebut dengan menetralkan dampaknya.

Baca juga: Jika Israel Perluas Perang ke Lebanon, Iran akan Mendukung Hizbullah dengan Segala Cara

"Meskipun ada sanksi, ada begitu banyak peluang dan potensi pertumbuhan." sambung Jalili.


Dalam debat tersebut, kedua kandidat juga saling menyalahkan atas ketiadaan solusi untuk sanksi

Jalili khususnya menyalahkan Pezeshkian bahwa ia bermaksud memberikan lebih banyak konsesi tanpa mendapatkan imbalan apa pun .

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas