4 Hal tentang Pemilu Inggris 2024: Partai Buruh Diprediksi Kalahkan Partai Konservatif Rishi Sunak
4 hal yang perlu diketahui tentang pemilu Inggris 2024. Partai Konservatif yang sudah berkuasa selama 14 tahun, diperkirakan akan kalah.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Warga negara Inggris akan memilih perdana menteri dan parlemen baru, Kamis (4/7/2024).
Dilansir NPR, jajak pendapat menunjukkan bahwa hasil pemilu kali ini akan dimenangkan Partai Buruh.
Sementara Partai Konservatif, partai pimpinan PM Rishi Sunak, diprediksi akan kalah.
Rishi Sunak bahkan mungkin menjadi perdana menteri pertama yang kehilangan kursinya di parlemen.
Sementara partai oposisi, Partai Buruh, diperkirakan akan membentuk pemerintahan Inggris berikutnya.
1. Siapa saja yang akan bersaing?
Politik Inggris didominasi oleh dua partai utama, yakni Partai Konservatif berhaluan kanan-tengah dan Partai Buruh yang berhaluan kiri-tengah.
Pemimpin Partai Konservatif adalah Rishi Sunak, yang menjabat sebagai perdana menteri Inggris sejak Oktober 2022 dan mencalonkan diri kembali.
Sedangkan Partai Buruh dipimpin oleh Keir Starmer, ketua partai oposisi utama sejak April 2020.
Ada juga beberapa partai kecil, termasuk Partai Demokrat Liberal berhaluan tengah yang dipimpin oleh Ed Davey, Partai Hijau yang peduli lingkungan yang dipimpin oleh Carla Denyer dan Adrian Ramsay, dan partai sayap kanan Reformasi Inggris yang dipimpin oleh Nigel Farage.
2. Partai konservatif sepertinya akan tersingkir
Partai Konservatif, juga dikenal sebagai Tories, telah memerintah Inggris, dengan serangkaian perdana menteri yang berbeda, selama 14 tahun.
Partai ini sering menganggap dirinya sebagai “partai alami dalam pemerintahan” Inggris.
Baca juga: Pemilu Inggris: Akankah Krisis Dana Publik Bidani Pergantian Kekuasaan?
Hal ini karena Partai Konservatif mendominasi politik dan lebih sering memimpin pemerintahan dibandingkan partai mana pun di Inggris selama satu abad terakhir.
Namun jajak pendapat menunjukkan Partai Konservatif bisa kehilangan lebih dari dua pertiga kursi parlemen yang mereka pegang saat ini.
Ini adalah perubahan dramatis dari pemilihan umum terakhir pada tahun 2019, ketika Partai Konservatif dan pemimpin saat itu Boris Johnson menang dengan selisih besar dan berjanji untuk menyelesaikan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.