Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
BBC

Siapa Masoud Pezeshkian, mantan ahli bedah jantung reformis terpilih jadi presiden Iran?

Mantan ahli bedah jantung dan menteri kesehatan itu berjanji untuk memoderasi pandangan konservatif Iran dan meningkatkan hubungan…

zoom-in Siapa Masoud Pezeshkian, mantan ahli bedah jantung reformis terpilih jadi presiden Iran?
BBC Indonesia
Siapa Masoud Pezeshkian, mantan ahli bedah jantung reformis terpilih jadi presiden Iran? 

Pezeshkian belajar ilmu kedokteran sebelum revolusi Islam pada 1979. Sebagai dokter baru, ia mengorganisir bantuan medis bagi tentara yang terluka selama Perang Iran-Irak pada 1980-an.

Dia lalu mengambil spesialis dalam bidang bedah jantung setelah konflik.

Pada tahun 1994, Pezeshkian menghadapi tragedi pribadi ketika istri dan putranya tewas dalam kecelakaan mobil. Sejak saat itu, dia memilih untuk tidak menikah lagi.

Pezeshkian membesarkan seorang putri dan dua putranya sendirian – sebuah kisah yang dia ceritakan selama masa kampanye.

Dia menjanjikan kepada para pendukungnya: “Karena saya setia kepada keluarga saya, saya akan setia kepada Anda.”

Pezeshkian terjun di dunia politik pada awal 2000-an sebagai menteri kesehatan selama masa jabatan kedua pemerintahan reformis Presiden Mohammad Khatami antara tahun 2001 dan 2005.

Kemudian, dia mewakili kota Tabriz di barat laut dalam parlemen sejak 2008 dan menjadi wakil ketua parlemen sejak 2016 hingga 2020.

BERITA REKOMENDASI

Usai rangkaian tindakan keras terhadap kerusuhan pasca-pemilu presiden 2009 yang bermasalah, Pezeshkian menarik perhatian atas sikap kritisnya terhadap perlakuan pemerintah ke pengunjuk rasa, yang memicu reaksi balik dari politisi garis keras Iran.

Menyeimbangkan perubahan dengan loyalitas

Pencalonan Pezeshkian dalam pemilihan presiden tahun ini didukung oleh mayoritas kelompok reformis dan Khatami, serta mantan presiden moderat Hassan Rouhani.

Dia unggul tipis atas Saeed Jalili pada putaran pertama pemilu, ketika jumlah pemilihnya mencapai rekor terendah yaitu 40%, di tengah seruan boikot dari para penentang kelompok ulama.

Di putaran kedua selisih suara keduanya melebar, hampir 10%. Pezeshkian mendominasi dengan 53,7% (16,3 juta suara), sedangkan Saeed memperoleh 44,3% (13,5 juta suara).

Dalam sebuah unggahan di media sosial X setelah kemenangannya, Pezeshkian mengatakan kepada Iran bahwa hasil ini menandai awal dari sebuah "kemitraan".

"Jalan sulit di masa depan tidak dapat dihaluskan tanpa kerja sama, simpati, dan kepercayaan Anda. Saya mengulurkan tangan kepada Anda dan bersumpah demi kehormatan saya, saya tidak akan meninggalkan Anda sendirian dalam perjalanan ini. Jangan tinggalkan saya sendiri," tulisnya.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
BBC
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas