Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jadi Pemilik Tanah secara Historis, Warga Palestina Bertekad Tetap Tinggal di Jalur Gaza saat Perang

Warga Palestina dilaporkan tetap ingin tinggal di Gaza, meski sedang terjadi perang.

Penulis: Nuryanti
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Jadi Pemilik Tanah secara Historis, Warga Palestina Bertekad Tetap Tinggal di Jalur Gaza saat Perang
AFP/EYAD BABA
Kamp pengungsi di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 11 Juli 2024. Warga Palestina dilaporkan tetap ingin tinggal di Gaza, meski sedang terjadi perang. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang jurnalis warga negara Kanada-Palestina, Mansour Shouman, menyebut warga Palestina tetap ingin tinggal di Gaza, meski terjadi perang.

Melaporkan dari Gaza selama tahap awal perang, Mansour Shouman menggambarkan perasaan di wilayah kantong tersebut.

“Warga Palestina tidak ingin meninggalkan rumah mereka, bukan hanya karena tidak ada tempat untuk dituju, tetapi karena bagi mereka, ini sudah menjadi bagian dari keyakinan mereka, narasi keseharian mereka, dan bagian dari keyakinan mereka bahwa mereka tidak ingin terulang kembali peristiwa 1948 dan 1967,” kata Shouman kepada Al Jazeera, Jumat (12/7/2024).

Pernyataan Mansour Shouman merujuk pada dua perang yang mengakibatkan eksodus ratusan ribu orang dari Palestina.

“Mereka percaya bahwa mereka adalah pemilik tanah tersebut secara historis dan bahwa mereka berada di pihak yang benar dalam genosida ini,” kata Shouman.

“Mereka percaya bahwa pada akhir (perang), mereka akan menang," jelasnya.

Tragedi Nakba

Perdebatan mengenai visi pascaperang untuk Gaza muncul saat pertempuran kembali meletus di tempat-tempat yang menjadi target Israel pada awal perang dan diklaim telah dikuasainya, serta di kota paling selatan Gaza, Rafah, yang telah menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi.

BERITA TERKAIT

Dikutip dari AP News, bagi warga Palestina, pemindahan itu telah memunculkan kembali kenangan menyakitkan pengusiran massal dari wilayah yang sekarang merupakan wilayah Israel dalam perang sekitar pembentukan negara itu pada tahun 1948.

Perang terakhir dimulai pada 7 Oktober dengan serangan Hamas di Israel selatan, melalui beberapa wilayah yang sama tempat warga Palestina melarikan diri dari desa mereka beberapa dekade sebelumnya.

Respons keras Israel telah menghancurkan seluruh permukiman di Gaza dan memaksa sekitar 80 persen penduduk meninggalkan rumah mereka.

Baca juga: Israel Mundur dari Kota Gaza, 60 Jenazah Warga Palestina Ditemukan Bergeletakan di Jalan

PBB mengatakan ada kelaparan yang meluas dan bahwa Gaza utara mengalami "kelaparan hebat."

Adapun Nakba, yang dalam bahasa Arab berarti malapetaka, merujuk kepada 700.000 warga Palestina yang melarikan diri atau diusir dari wilayah yang saat ini merupakan wilayah Israel sebelum dan selama perang tahun 1948.

Lebih dari dua kali lipat jumlah tersebut mengungsi di Gaza dalam perang terakhir.

Para pengungsi dan keturunan mereka berjumlah sekitar 6 juta orang dan tinggal di kamp-kamp pengungsian yang dibangun di Lebanon, Suriah, Yordania, dan Tepi Barat yang diduduki Israel.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas