Jadi Pemilik Tanah secara Historis, Warga Palestina Bertekad Tetap Tinggal di Jalur Gaza saat Perang
Warga Palestina dilaporkan tetap ingin tinggal di Gaza, meski sedang terjadi perang.
Penulis: Nuryanti
Editor: Garudea Prabawati
Di Gaza, mereka merupakan mayoritas penduduk, dengan sebagian besar keluarga telah diusir dari wilayah yang sekarang menjadi Israel bagian tengah dan selatan.
Israel menolak apa yang dikatakan Palestina sebagai hak mereka untuk kembali karena jika hak ini dilaksanakan sepenuhnya, kemungkinan besar akan menghasilkan mayoritas Palestina di dalam wilayah Israel.
Kini, ketidaksepakatan mengenai masa depan Gaza telah menyebabkan meningkatnya ketegangan publik antara Israel dan Amerika Serikat (AS), sekutu terdekatnya.
AS juga telah terang-terangan menentang serangan Israel ke Rafah, yang dianggap Israel penting untuk mengalahkan Hamas tetapi di mana lebih dari separuh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang telah mencari perlindungan.
Baca juga: Penembak Jitu Israel Serang Warga Sipil di Kota Gaza, IDF Perintahkan Evakuasi Lagi
Update Perang Israel-Hamas
Pertahanan Sipil Gaza mengatakan bahwa puluhan mayat berserakan di gang-gang dan di dalam rumah-rumah yang hancur di kawasan industri Kota Gaza setelah penarikan pasukan Israel.
Setidaknya delapan orang tewas di kota Rafah, Gaza selatan, dan jenazahnya dipindahkan ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis.
Sebanyak empat orang tewas di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza tengah.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa ia mendukung kerangka gencatan senjata Gaza, tetapi menuduh Hamas membuat tuntutan yang bertentangan dengannya sambil juga menegaskan kembali bahwa pertempuran tidak akan berhenti sampai Hamas dikalahkan.
Militer Israel telah mengebom sebuah rumah di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, menewaskan tiga orang, termasuk seorang bayi, kantor berita Wafa melaporkan.
Baca juga: Pentagon Bakal Menutup Permanen Dermaga Apung di Gaza, Total Cuma Beroperasi 12 Hari
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menggambarkan pemerintahan Benjamin Netanyahu sebagai "kurang kooperatif" dalam hal mengizinkan bantuan masuk ke Gaza, dan menambahkan bahwa perang Israel di wilayah Palestina "harus segera diakhiri".
Berbicara pada pertemuan puncak NATO ke-75, Biden juga menggambarkan kabinet perang Israel sebagai “salah satu yang paling konservatif” dalam sejarah Israel.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan negaranya tidak akan mendukung kelanjutan kemitraan NATO dengan pemerintah Israel.
Militer Israel telah mengumumkan bahwa seorang prajurit cadangan tewas setelah serangan pesawat tak berawak Hizbullah di dekat komunitas utara Kibbutz Kabri.
Setidaknya 38.345 orang tewas dan 88.295 orang terluka dalam perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober diperkirakan mencapai 1.139, dan puluhan orang masih ditawan di Gaza.
(Tribunnews.com/Nuryanti)