Jadi Target Serangan Israel, Kondisi Komandan Militer Hamas Mohammed Deif Disebut Selamat dan Sehat
Israel menargetkan Mohammed Deif dengan serangan udara besar-besaran yang menurut pejabat kesehatan setempat menewaskan 90 orang.
Penulis: Nuryanti
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Hamas mengatakan komandan militernya yakni Mohammed Deif dalam keadaan sehat, Minggu (14/7/2024).
Pernyataan Hamas ini disampaikan sehari setelah militer Israel menargetkan Mohammed Deif dengan serangan udara besar-besaran yang menurut pejabat kesehatan setempat menewaskan 90 orang, termasuk anak-anak.
Namun, kondisi Mohammed Deif masih belum jelas setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Sabtu (13/7/2024) malam bahwa "masih belum ada kepastian mutlak" bahwa ia terbunuh.
Sementara itu, Kepala Angkatan Darat Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan kepada wartawan bahwa Israel menyerang kompleks tempat Deif 'bersembunyi'.
"Masih terlalu dini untuk menyimpulkan hasil serangan, yang coba disembunyikan Hamas," katanya, Senin (15/7/2024), dilansir AP News.
Pemimpin Hamas Kecam Pembantaian Israel
Diberitakan Arab News, Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pada hari Sabtu menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berusaha menghalangi gencatan senjata dalam perang Gaza.
Pasukan Israel disebut melakukan pembantaian keji, kata sebuah pernyataan oleh kelompok militan Palestina itu.
Mediator internasional lalu diminta untuk bertindak menyusul dua serangan di Gaza yang menurut pejabat Palestina menewaskan lebih dari 100 orang.
Serangan Israel di kamp Al Mawasi untuk orang-orang terlantar, yang menurut Israel telah menargetkan kepala militer Hamas, menewaskan 90 orang dan melukai 300 orang, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas itu.
Mohammed Deif Paling Dicari Israel
Di sisi lain, perwakilan Hamas tidak memberikan bukti untuk mendukung pernyataan mereka tentang kesehatan Mohammed Deif.
Baca juga: Militer Israel Klaim Bunuh 2 Pemimpin Hamas, Netanyahu Malah Berkata Sebaliknya
Pembunuhan terhadap Mohammed Deif akan menandai pembunuhan paling terkenal terhadap pemimpin Hamas oleh Israel sejak perang dimulai.
Deif telah lama berada di puncak daftar orang paling dicari di Israel dan telah bersembunyi selama bertahun-tahun.
Militer Israel mengatakan Rafa Salama, seorang komandan Hamas yang digambarkan sebagai salah satu rekan terdekat Deif, tewas dalam serangan hari Sabtu.
Adapun Salama diketahui memimpin brigade Khan Younis milik Hamas.
Netanyahu mengatakan semua pemimpin Hamas "ditandai untuk dibunuh" dan menegaskan bahwa membunuh mereka akan membuat Hamas semakin dekat untuk menerima kesepakatan gencatan senjata.
Hamas menolak gagasan bahwa perundingan gencatan senjata yang dimediasi telah ditangguhkan.
Juru bicara Jihad Taha mengatakan "tidak diragukan lagi bahwa pembantaian yang mengerikan itu akan memengaruhi segala upaya dalam perundingan".
Ia menambahkan bahwa "upaya dan usaha para mediator masih terus berlangsung".
Pejabat politik Hamas juga menegaskan bahwa saluran komunikasi tetap berfungsi antara para pemimpin di dalam dan luar Gaza setelah serangan di wilayah selatan tersebut.
Para saksi mengatakan serangan itu terjadi di wilayah yang telah ditetapkan Israel sebagai wilayah aman bagi ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi.
Namun, militer Israel tidak mengonfirmasi hal itu.
Baca juga: Hamas Tegaskan Tak akan Mundur dari Perundingan Gencatan Senjata Gaza
Pada hari Minggu, sejumlah korban marah karena serangan yang menargetkan Deif terjadi tanpa peringatan di area yang mereka yakini aman.
"Saya mendengar hantaman pertama, dan anak saya datang sambil berteriak, 'Ayah, Ayah,' dan berlindung bersama saya," kata Mahmoud Abu Yaseen, yang memeluk erat anak-anaknya tetapi kemudian terbangun di rumah sakit dan mendapati putranya telah meninggal.
Keluarganya telah mengungsi lima kali sejak perang dimulai.
"Ke mana kami harus pergi?" tanyanya.
Sebagai informasi, setidaknya 300 orang terluka dalam serangan itu, salah satu serangan paling mematikan dalam perang sembilan bulan.
Serangan yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan itu menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera lebih dari 200 orang.
Baca juga: Jusuf Kalla Bertemu Pemimpin Politik Hamas Haniyeh, 5 Tokoh Nahdliyin Malah Bertemu Presiden Israel
Sementara, lebih dari 38.400 orang di Gaza telah tewas dalam serangan darat dan pemboman Israel sejak saat itu, menurut Kementerian Kesehatan wilayah tersebut.
Kementerian tersebut tidak membedakan antara kombatan dan warga sipil dalam penghitungannya.
Pada hari Minggu, serangan Israel di Nuseirat di Gaza tengah menewaskan 14 orang di gerbang sekolah yang digunakan sebagai tempat penampungan bagi para pengungsi, menurut seorang wartawan Associated Press yang mengunjungi dua rumah sakit.
Anak-anak termasuk di antara 15 orang lainnya yang terluka.
(Tribunnews.com/Nuryanti)